"Benar, Baginda," jawab Abu Nawas enteng. "Tapi memang sudah sepatutnya dia mendapatkannya, Baginda."
Sang Raja pun menjadi bingung.
"Begini, Baginda," abu Nawas meneruskan ucapannya. "Ketika mau masuk ke istana, hamba dicegat terlebih dahulu oleh dia. Dia minta kalau nanti hamba diberi hadiah oleh Baginda, maka dia minta hadiah itu dibagi separuh dengannya. Nah, pas hamba keluar tadi, dia pun menagihnya. Hamba pun memenuhinya, Baginda."
Kini giliran Sang Raja yang menjadi marah kepada pengawal istananya. Sang Raja pun mengancam, jika penjaga itu masih juga melakukan praktik pemerasan, maka ia akan dipecat dan diberi hukuman yang berat. Abu Nawas pun kemudian diperbolehkan pulang.
Hari-hari kemudian, Abu Nawas kembali sering bertingkah seperti orang gila. Hingga akhirnya Sang Raja menyangka Abu Nawas benar-benar telah menjadi gila, akibat ditinggal pergi ayahnya.
Akhirnya, Sang Raja pun membatalkan niatnya untuk mengangkat Abu Nawas menjadi kadi dan memilih orang lain. Sang Raja memilih seseorang yang sebenarnya tidak begitu cakap, namun ia telah berhasil mempengaruhi orang-orang di sekitar Sang Raja hingga saat Sang Raja berkonsultasi kepada mereka, mereka pun menunjukkan seseorang tersebut.
Saat ayahnya merasa ajal telah hampir dekat, ia memanggil Abu Nawas untuk mendekat kepadanya. Ia meminta anaknya itu untuk mencium dari dekat kedua telinganya. Abu Nawas pun menuruti. Saat mencium telinga ayahnya yang sebelah kanan, Abu Nawas mendapati bau yang sangat harum. Namun sebaliknya, saat mencium telinga ayahnya yang sebelah kiri, ia mendapati bau yang sangat busuk.
Ayahnya kemudian meminta Abu Nawas untuk menceritakannya secara jujur, apa yang telah diciumnya barusan. Abu Nawas pun dengan jujur menceritakannya. Ayahnya pun kemudian berkata,"Suatu hari datang dua orang kepadaku. Mengadu tentang persoalan yang sedang mereka hadapi.
Terhadap orang yang pertama, aku sangat memperhatikannya. Namun, terhadap orang yang kedua, karena aku tidak begitu menyukainya, maka aku tak dengarkan pengaduannya.
Itulah, Nak. Jika kau kemudian menjadi kadi, maka kau pun akan mengalami resiko yang sama. Namun, jika kau tidak ingin menjadi kadi, maka kau harus mencari alasan agar Sang Raja tidak akan memilihmu. Meski, tetap saja Sang Raja akan memilihmu."
Abu Nawas memang akhirnya tidak dipilih oleh Sang Raja untuk menjadi kadi. Namun, Sang Raja masih suka memanggil Abu Nawas ke istana untuk dimintai pendapat tentang suatu perkara. Bahkan, terkadang Abu Nawas hanya dipanggil ke istana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang aneh dan tidak masuk akal dari Sang Raja.