Mohon tunggu...
Usman Didi Khamdani
Usman Didi Khamdani Mohon Tunggu... Programmer - Menulislah dengan benar. Namun jika tulisan kita adalah hoaks belaka, lebih baik jangan menulis

Kompasianer Brebes | KBC-43

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Menelusuri Asal-usul Nama Sungai Pemali Brebes pada Jejak Legenda Ciung Wanara

9 Juni 2020   22:00 Diperbarui: 11 Juni 2021   12:47 7210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sisi utara sungai Pemali yang mengarah ke laut Jawa dilihat dari jembatan yang berada pada Jalan Pantura Jawa | dok. Tangkapan layar Google Maps

Tak ada seorang pun yang mengetahui tentang peristiwa kepergian Sang Prabu dan serah terima tahta kerajaan kepada Arya Kebonan yang kemudian manglih rupa menjadi muda perkasa. Sebelum pergi, Prabu Permana sempat mewanti-wanti Arya Kebonan agar dapat memimpin kerajaan dengan adil dan bijaksana, seperti dirinya. Arya Kebonan menyanggupi.

Namun apa lacur, sepeninggal Prabu Permana, justeru Arya Kebonan menjadi lupa diri. Ia mengaku-aku sebagai Prabu Permana dan menyatakan bahwa dirinya telah kembali muda. Ia pun meminta hal tersebut diumumkan ke seluruh penjuru negeri Galuh, dengan menyematkan nama baru pada dirinya, Prabu Barma Wijaya. 

Semua orang yang tidak mengetahui ihwal yang sebenarnya, pun percaya, karena mereka pun percaya akan kesaktian Sang Prabu Permana. Kecuali Uwa Batara Lengser, penasihat Prabu Permana, yang telah mengenal betul siapa junjungannya itu. Karena seiring perubahan tersebut, Uwa Batara pun melihat perubahan watak yang begitu kentara.

Prabu Permana yang dulunya lemah lembut, kini menjadi kasar dan semena-mena. Uwa Batara yakin bahwa itu memang itu bukanlah Prabu Permana, namun Arya Kebonan yang memang mempunyai watak yang sangat mirip dengan Prabu Permana sekarang ini, yang seiring peristiwa itu pun seperti lenyap ditelan bumi. Namun, Uwa Batara pun tidak dapat berbuat apa-apa.

Prabu Permana mempunyai dua istri, Dewi Pangreyep dan Dewi Naganingrum. Keduanya pun, seperti yang lain, tidak mengetahui tentang perubahan pada suaminya tersebut, meski mereka pun merasakan adanya perbedaan pada orang yang bersanding sebagai suami mereka sekarang.

Sepeninggal Prabu Permana, Dewi Pangrenyep dan Dewi Naganingrum hamil. Dewi Pangrenyep kemudian melahirkan seorang bayi laki-laki yang kemudian dinamai Hariang Banga, sementara Dewi Nagaringrum, bahkan hingga memasuki bulan kesepuluh, belum juga melahirkan.

Suatu malam, saat mengunjungi Dewi Nagaringrum di bilik pribadinya, Prabu Barma Wijaya mendengar sebuah suara yang aneh. Suara yang keluar dari dalam perut Dewi Nagaringrum. Suara itu mengutuk Barma Wijaya bahwa kelak kekuasaannya akan berlangsung tidak lama karena telah melupakan janjinya pada Prabu Permana.

Tak ayal, Prabu Barma Wijaya pun menjadi gusar dan gelisah. Hingga kemudian diapun mencoba menghasut Dewi Pangreyep untuk menyingkirkan Dewi Nagaringrum. 

Dewi Pangrenyep yang memang sudah dilandasi dengan kecemburuan terhadap Dewi Nagaringrum, pun menuruti. Hingga akhirnya mereka dapat menyingkirkan Dewi Naganingrum, mengasingkannya ke suatu tempat. 

Sampai kemudian Dewi Nagaringrum melahirkan. Namun, dengan tipu muslihat Dewi Pangrenyep, bayi laki-laki yang dilahirkan oleh Dewi Nagaringrum digantikannya dengan seekor anjing. Sementara bayi yang dilahirkan dilarung ke sungai Citanduy.

Atas fitnah tersebut, akhirnya Dewi Nagaringrum pun dikucilkan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun