"Ge-er nanti dia Mas."
"Mira...  Mira... maafkan Mas ya, kalau ada anak seusia ini bawaanya kepengen  nggoda terus. Mmm.... kebetulan adik bungsu saya, seusia Mira ya kaya  gini, cantik. Saya suka menggoda dan mengerjainya."
"Kok nggak diajak?" tanya Wiwin. Denny tak segera menjawab.
"Emm.... sayang Dinar adikku sudah pergi jauh."
"Maksudnya?"
"Dinar telah mendahului kami.... tepat seminggu sebelum saya berangkat melaksanakan ibadah haji...."
"Innalillahi wa inna ilaihi rooji'uun. Turut bela sungkawa Mas." kata Wiwin yang tiba-tiba saja mengembang air matanya.
"Terima  kasih. Kadang saya sebagai kakak tak bisa melupakan dia, adik yang  sangat aku cintai. Aku semakin sayang, dan dia sesungguhnya ada di dekat  kami, berbahagia dalam rahmat Allah. Saya selalu kangen, mendengar  suara terakhir yang sempat aku rekam ketika dia sakit di akhir-akhir  hidupnya."
"Och....."
Perlahan Denny mengeluarkan HP, menekan tombol galeri untuk memunculkan rekaman suara adiknya.
"Boleh aku perdengarkan?" Denny minta ijin. Mira dan Wiwin mengangguk.