Mohon tunggu...
Didik Sedyadi
Didik Sedyadi Mohon Tunggu... Administrasi - Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Suka berdiskusi tentang matematika bersama anak-anak SMAN 1 Majalengka. Hobby menulis. Tinggal di Majalengka Jawa Barat

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cerpen: Lebaran Sebatang Kara

4 Juli 2016   22:33 Diperbarui: 4 Juli 2016   22:58 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

***

Malam hari.

Darto masih tak percaya akan kepergian ayahnya. Lebih tak percaya lagi jika kepergian ayahnya justru diurus oleh Ahmad.

“Aku tak habis pikir mengapa kau urus ayahku Mad?” tanya Darto hampir tak terdengar.

“Ini wasiat ayahku sebelum meninggal. Ayah pernah mewasiatkan agar aku merawat ayahmu yang kau tinggalkan.”

“Ada urusan apa gerangan ayahmu mewasiatkan begitu?”

“Dulu ayahmu pernah menolong ayahku, menyelamatkan ayahku ketika bersama-sama menjadi buruh perkebunan di Rimo sana. Jika bukan karena ayahmu, mungkin ayahku sudah celaka di tangan orang-orang yang mengeroyoknya.”

Darto diam. Ia baru memahami. Tak banyak cerita ayahnya tentang itu. Mungkin karena keikhlasan dari otang tuanya itu, tak pernah memamerkan jasa. Ahmad sendiri juga baru tahu ketika ayahnya baru akan meninggal.

“Aku harus bayar berapa untuk biaya ayahku sakit Mad?”

“Nggak usah. Ngga jadi To.”

“Kenapa?”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun