Wike bergegas sambil terus menggenggam lengan April menuju balandongan tempat peringatan Rojaban di sekolahnya. Namun apa mau dikata, acara Rojaban telah dimulai beberapa saat lalu. Kedua gadis itu terlambat. Agak menyesal juga, tapi keduanya tak mungkin menyalahkan tamu yang datang menemuinya di lobby sekolah. Wajah April tampak biasa, namun tidak demikian dengan Wike.
“Aku kehilangan momen penting.... “ bisik Wike, yang biasa pula dipanggil Keke, sambil memperlihatkan kamera Canon Eos-nya.
“Momen apaan?”
“Ya mulai pembukaan laah, harusnya sejak awal aku sudah duduk di sini. Dengan optical zoom 100X , aku bakal memilik karya artistik.”
“Nggak ngerti!” kata April tampak kesal.
“Ya ampun Pril!”
“Judulnya apa si?”
“Qori kaseep ... yang ganteng!” bisik Wike meyakinkan sahabatnya.
“Oalaaahhhh... Keke! Norak kamu! Ternyata sulit jadi wanita sholihah ya hihihi....”
“Apaan sih?”
“Ini pengajian Ke, masa kamu malah mikirin cowok!”