“Kamu makcomblangin aku ya Pril? Itu taktik kamu kan? Tapi aku seneng juga sih.”
“Nggak Ke, bukan aku. Swear, aku nggak lakukan itu. Bukannya ketika festival berlangsung aku ikut maju di bawah panggung? Jadi mana mungkin aku mengambil gambarmu ketika Irfan tampil?”
“Jadi siapa yang memotret Pril?”
“Siapapun dia, dia makcomblang misteriusmu. Dia berjasa kepadamu. Dia dikirim Tuhan untuk menjawab doamu. Tapi, jangan lupa. Ada peluang sebesar satu, tapi jalan menuju peluang satu itu masih mutlak rahasia Allah. Paham maksudku?”
***
Hari itu mungkin saat-saat terakhir para alumnus menyambangi sekolah secara resmi. Pembagian ijazah dan SKHUN dibagikan secara serentak oleh para mantan wali kelas. Wike gelisah menunggu April yang belum datang. Sama, di tempat dulu ia bertemu Irfandi.
“Keke.....”
“Aaahh.... Irfan.”
“Kenapa kita ketemu lagi di sini, sama seperti dulu, tanpa April shohibmu.”
“Ya ngak tahu kenapa.”
“Eh Ke, aku mau tanya sedikit ya.”