“Irfannya serak, sakit, jadi qorinya diganti!”
“Hhhhh... ya sudah laah. Ngirim salam kan perbuatan baik.”
“Iya sih, tapi kalau Noval suka sama aku gimana? Tadi pagi shubuh dia ngirim aku SMS, katanya terima kasih salamnya. Trus, barusan ini, dia juga ngomong gituuuu....”
“Nggak usah bingung, kalau dia suka ya sudah habis perkara! Terima saja yang sudah pasti!”
“Aaaah kamu Priiil, aku nggak suka. Tolong aku Priiil!”
“Kenapa minta tolong sama aku?”
“Nggak tahu, kan Aprilnya supel, mak-comblangin aku ke Irfan!”
“Ha?! Ntar kalau Irfan suka sama aku bagaimana?” tanya April menakut-nakuti.
“Jangan Priiill ..... jangaaan!”
“Ya sudah .... coba lihat kubah masjid sekolah kita! Paham maksudku?”
Beberapa saat Wike menatap kubah masjid sekolah yang tampak dari kejauhan. Perlahan gadis itu mencerna apa yang dikatakan sahabatnya. Kubah? Masjid? Sebersit harapan melintas ketika melihat tempat itu. Ia biasa melakukan shalat dhuha. Di sujud terakhir, ia akan mencoba memulai menghiasi doanya dengan apa yang ia inginkan.