Mohon tunggu...
Didik Agus
Didik Agus Mohon Tunggu... Mahasiswa - menulislah maka kamu akan dikenang

arabic language and literature

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

"Indonesia Mengharapkanmu", Sebuah Essay Bertema Hadis tentang Akhlak

22 Februari 2022   16:54 Diperbarui: 22 Februari 2022   17:09 310
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

"Hati-hati, Nak, dengan sepatu kayumu itu. Jangan sampai engkau tergelincir," kata imam Hanafi menasehati. Sang bocahpun tersenyum, tanda terima kasih. Lantas ia pun bertanya. "Tuan, bolehkah saya tahu namamu?" "Nu'man," Jawab sang imam" Jadi, Tuan lah yang selama ini terkenal dengan gelar al-imam al-a'dham itu?" Jawab sang bocah menimpali.

"Nak, bukan aku yang menyematkan gelar itu, melainkan masyarakatlah yang berprasangka baik dan menyematkan gelar itu kepadaku," Jawab Imam Hanafi. "Wahai sang Imam, hati-hati dengan gelarmu itu. Jangan sampai Tuan tergelincir ke neraka gara-gara dia. Sepatu kayuku ini mungkin hanya menggelincirkanku di dunia. Tapi gelarmu itu dapat menjerumuskanmu ke kubangan api yang kekal jika kesombongan dan keangkuhan menyertainya," Kata anak kecil yang memakai sepatu kayu tersebut.

Imam Hanafi pun menangis. Beliau merasa bersyukur masih ada yang mengingatkannya. Bahkan tidak disangka-sangka peringatan itu datang dari lidah anak kecil yang masih polos.

Begitulah pepatah mengatakan

Cerita tersebut memberi pelajaran kepada kita bahwasanya seorang imam besar yang memiliki ilmu tinggi, ketika peringatan datang dari seorang anak kecil sekalipun, beliau menerimanya karena apa yang dikatakan anak kecil itu benar adanya. Lantas, beliau pun tidak memarahi si anak tersebut dan juga tidak merasa gengsi. Beliau tetap rendah hati.

Bercermin dari cerita tersebut, maka akan timbul pertanyaan apakah pemerintah Indonesia sudah seperti Imam Hanafi? Apakah penerus bangsa Indonesia sudah seperti anak kecil tersebut?

Remaja Indonesia yang seharusnya menjadi harapan bangsa, yang seharusnya menjadi teladan bagi generasi selanjutnya tidaklah layak apabila berbuat dengan perbuatan yang melanggar norma hukum apalagi norma agama. Tetapi, apa yang terjadi akhir-akhir ini? Apa yang terjadi pada Indonesia? Apa yang terjadi dengan remaja Indonesia? 

Apa yang salah dengan kita? Apa yang salah dari guru kita? Murid tidak menghormati guru, murid sewenang-wenang dengan girinya, murid menganiaya gurunnya, bahkan sampai ada murid yang melukai sampai membunuh gurunya. Apa salah guru? Apa yang salah dengan guru kita? Sehingga kalian memidanakan guru hanya karena hal sepele, hanya karena mencubit, hanya karena menegur dengan memukul. Apakah kalian tak sadar? 

Apakah kalian tak sadar bahwa gurulah yang mengajarkan kalian ilmu? Apakah kalian tak sadar kalian mengetahui  berbagai macam warna, benda itu karena gurumu? Seberapa besar terima kasih kalian kepada guru? Tidak sadarkah kalian wahai pemuda? Sadarlah! Sadarlah wahai putra harapan bangsa!

Abu Zakariya An Anbari rahimahullah mengatakan:

 "Ilmu tanpa adab seperti api tanpa kayu bakar, dan adab tanpa ilmu seperti jasad tanpa ruh" 

Imam Malik rahimahullah mengatakan:

"Belajarlah adab sebelum belajar ilmu"

Wahai putra harapan bangsa! Tidak sadarkah kalian bahwa Indonesia mengharapkanmu. Apa jadinya jika kalian para remaja, para pemuda berfoya-foya, mabuk-mabukan, narkoba, pacaran, tawuran, dan sebagainya? Apa jadinya Indonesia jika para murid tidak beradab pada gurunya, bahkan sampai menganiaya gurunya. 

Belum puas dengan itu kejadian yang baru-baru ini terjadi bahkan seorang siswa di daerah Sampang, Madura memukul gurunya hingga meninggal dunia. Lalu bagaimana kalian akan mendapat ridho gurunya jika perbuatan kalian kepada gurunya seperti itu?

Sadarlah wahai pemuda Indonesia bahwa akhlak mulia kalianlah yang diharapkan oleh Indonesia. Kesungguhan kalian dalam belajar, kejujuran kalian dalam berkata, serta kemanfaatan dan keberkahan ilmu kalianlah yang diharapkan oleh Indonesia.

:

" ".

"sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan akhlaq" (HR. Ahmad, Hakim, Baihaqi)

Keteladanan dalam pendidikan merupakan metode yang berpengaruh dan terbukti paling berhasil dalam mempersiapkan dan membentuk aspek moral, spiritual, dan etos Social anak. Anak memandang pendidik sebagai figur terbaik, yang tindak-tanduk dan sopan santunnya, disadari atau tidak, akan ditiru. Bahkan perkataan dan perbuatan guru akan senantiasa tertanam dalam kepribadian anak.

Guru harus menunjukkan dirinya sebagai seorang yang selalu memperhatikan dan mengupayakan kebaikan untuk para murid tanpa pamrih. Tidak membeda-bedakan mereka, meskipun latar belakang mereka sangat beragam. Kasih sayang guru tidak saja kepada murid yang patuh dan hormat, tetapi juga kepada murid yang nakal. Guru dalam konteks kasih sayang ini tidak akan pernah merasakan terhina dan rendah diri di hadapan murid.

: :

"Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang "(HR At-Thobrooni dalam al-Mu'jam al-Kabiir, juz 2 halaman 324)

Dari hadis di atas mengingatkan saya kepada satu cerita berikut ini.

Seorang santri yang jarang mengaji entah karena apa hari ini santri tersebut mengaji. Sebut saja santri A. Berbanding terbalik dengan santri yang rajin mengaji entah karena apa juga hari ini ia tidak mengaji. Sebut saja si Fulan. Kemudian santri A menyetorkan hafalannya yang belum begitu lancar dan masih acak-acakan kepada kyainya yang benama KH Mufid Mas'ud. Setelah selesai, kyai mufid menahan santri A kemudian berkata, "hai kamu, carikan si fulan. Cari sampai ketemu, dimanapun ia berada. Pokoknya fulan harus mengaji. Kalau tidak nanti saya hukum". Santri A pun langsung mencari si fulan.

Begitu bijaksananya kyai Mufid yang dengan menyuruh santri A mencari fulan maka dengan sendirinya santri tersebut akan merasa malu dan akhirnya ia pun akan ikut rajin mengaji.

Hal tersebut mencerminkan kasih sayang seorang kyai kepada santrinya. Tidak memandang santri yang rajin mengaji maupun santri yang jarang mengaji sekalipun.

Peran guru dan kyai sangatlah besar untuk mengangkat murid dari kejahilan. Oleh karena itu sangat pantas mereka mendapat penghormatan dari murid-muridnya. Guru (dalam Bahasa arab: mu'allim) bagaikan mengalirkan samudera ilmu di atas bumi yang tandus, dan membuat bumi menjadi subur, dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan hijau, sehingga menghasilkan buah-buahan yang matang.          

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun