"Sesungguhnya Allah hanya menyayangi hamba-hambaNya yang penyayang "(HR At-Thobrooni dalam al-Mu'jam al-Kabiir, juz 2 halaman 324)
Dari hadis di atas mengingatkan saya kepada satu cerita berikut ini.
Seorang santri yang jarang mengaji entah karena apa hari ini santri tersebut mengaji. Sebut saja santri A. Berbanding terbalik dengan santri yang rajin mengaji entah karena apa juga hari ini ia tidak mengaji. Sebut saja si Fulan. Kemudian santri A menyetorkan hafalannya yang belum begitu lancar dan masih acak-acakan kepada kyainya yang benama KH Mufid Mas'ud. Setelah selesai, kyai mufid menahan santri A kemudian berkata, "hai kamu, carikan si fulan. Cari sampai ketemu, dimanapun ia berada. Pokoknya fulan harus mengaji. Kalau tidak nanti saya hukum". Santri A pun langsung mencari si fulan.
Begitu bijaksananya kyai Mufid yang dengan menyuruh santri A mencari fulan maka dengan sendirinya santri tersebut akan merasa malu dan akhirnya ia pun akan ikut rajin mengaji.
Hal tersebut mencerminkan kasih sayang seorang kyai kepada santrinya. Tidak memandang santri yang rajin mengaji maupun santri yang jarang mengaji sekalipun.
Peran guru dan kyai sangatlah besar untuk mengangkat murid dari kejahilan. Oleh karena itu sangat pantas mereka mendapat penghormatan dari murid-muridnya. Guru (dalam Bahasa arab: mu'allim) bagaikan mengalirkan samudera ilmu di atas bumi yang tandus, dan membuat bumi menjadi subur, dipenuhi dengan tumbuh-tumbuhan hijau, sehingga menghasilkan buah-buahan yang matang. Â Â Â Â Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H