Mohon tunggu...
Didik Siswanto MPd
Didik Siswanto MPd Mohon Tunggu... Guru - Guru PPKn di SMK 13 Sarolangun

Guru PPKn di SMK 13 Sarolangun

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Urgensi Pembelajaran Siaga Bencana dalam Dunia Pendidikan

5 Desember 2019   09:44 Diperbarui: 5 Desember 2019   10:00 86
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bencana yang datang silih berganti di bumi pertiwi pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), seperti gempa bumi dengan diiringi tsunami di Aceh pada tahun 2004, Nias tahun 2005 dan 2006, gempa bumi di DIY tahun 2006, gempa bumi di Sumatera Barat, Tsunami di Banten, Banjir Bandang di Sentani Papua dan masih banyak lagi bencana yang membawa korban materi maupun non materi.

Korban yang timbul dari bencana tersebut adalah anak-anak dan usia lanjut (LANSIA). Hal ini lebih disebabkan karena mereka yang pada usia tersebut merupakan usia yang paling rentan terhadap risiko menjadi korban dalam suatu kejadian bencana. 

Salah satu faktor utama penyebab timbulnya banyak korban akibat bencana seperti gempa bumi adalah karena kurangnya pengetahuan masyarakat tentang bencana dan kesiapan mereka dalam mengantisipasi bencana tersebut.

Tidak ada seorangpun yang menghendaki akan adanya bencana, namun seringkali bencana datang tanpa diharapkan, baik karena kejadian alam ataupun akibat ulah manusia itu sendiri. 

Beberapa upaya telah dilakukan dalam rangka mengatasi bencana tersebut antara lain, pembangunan gorong-gorong, pengerukan sungai, kegiatan penghijauan dengan penanaman satu jiwa satu pohon. Upaya tersebut belum menampakkan hasil maksimal karena program yang dijalankan tidak komprehensif.

Bencana alam yang terjadi di Indonesia telah membawa kesadaran bagi bangsa Indonesia, bahwa Indonesia berada di atas lempeng bumi yang labil, yakni terletak di daerah pertemuan tiga lempeng besar tektonik yaitu lempeng Indo Australia, Lempeng Hindia dan Lempeng Eurasia. Kondisi geografis tersebut tentunya berdampak pada kejadian bencana dan akan menjadi hal yang dekat serta akrab dengan bangsa Indonesia.

Dalam salah satu bencana seperti gempa bumi, kejadian tersebut membuat banyak orang terperangkap di dalam rumah khususnya anak-anak dan orang tua karena terjadi di pagi hari sehingga mayoritas korban merupakan orang yang berusia lanjut dan anak-anak yang kemungkinan tidak sempat menyelamatkan diri ketika gempa berlangsung. Anak-anak merupakan salah satu kelompok rentan yang paling berisiko terkena dampak bencana. 

Kerentanan anak-anak terhadap bencana dipicu oleh faktor keterbatasan pemahaman tentang risiko-risiko di sekeliling mereka, yang berakibat tidak adanya kesiapsiagaan dalam menghadapi bencana. 

Berdasarkan data kejadian bencana di beberapa daerah banyak korban terjadi pada anak usia sekolah baik di jam sekolah atapun di luar jam sekolah, hal ini menunjukkan bahwa pentingnya pengetahuan tentang bencana dan pengurangan risiko bencana diberikan sejak dini untuk memberikan pemahaman dan pengarahan langkah-langkah yang harus dilakukan saat terjadi suatu ancaman yang ada di sekitarnya untuk mengurangi risiko bencana.

Sebagai negara yang sangat rawan akan terkena dampak bencana alam, Indonesia masih memiliki masalah utama yaitu minimnya kinerja penanganan bencana, rendahnya perhatian mengenai konsep mitigasi bencana, dan masih lemahnya peran dunia pendidikan dalam memberikan pengenalan pendidikan mitigasi bencana. Dalam rangka mitigasi bencana, diperlukan kesadaran semua pihak dan juga aksi yang bersifat holistik dalam rangka meminimalisir kerugian yang diakibatkan oleh bencana.

Berbagai dampak yang telah ditimbulkan dari adanya bencana menjadi pelajaran berharga bahwa pentingnya pendidikan siaga bencana di tingkat sekolah. 

Sekolah adalah tempat yang tepat bagi anak-anak untuk menambah pengetahuan dan melatih cara menghadapi bencana agar risiko yang ditimbulkan dapat diminimalisir atau dikurangi.

Pendidikan siaga bencana perlu dikembangkan mulai tingkat pendidikan dasar guna membangun budaya kesadaran akan pentingnya keselamatan dan ketahanan khususnya untuk anak-anak dan generasi muda. Belajar dari pengalaman tentang banyaknya kejadian bencana alam dan berbagai bahaya yang terjadi di Indonesia, maka pendidikan tersebut sangat diperlukan yang mencakup tentang cara yang tepat untuk menyelamatkan diri saat bencana terjadi dan juga cara menghindari kecelakaan yang seharusnya tidak perlu terjadi dalam kehidupan sehari-hari.

Sebagai bagian dari warga negara (masyarakat) insan pendidikan juga memerlukan karakter siaga bencana. Karakter siaga bencana perlu diberikan pada insan pendidikan mengingat peran mereka di masa mendatang akan semakin berat dan mereka adalah penerus tongkat estafet pembangunan. Penyiapan karakter siaga bencana pada insan pendidikan merupakan sebuah keharusan di tengah semakin seringnya terjadi bencana alam di Indonesia.

Setiap warga negara berhak mencapai kesejahteraan baik lahir maupun batin. Meski tidak dapat dikatakan sama, namun yang dimaksudkan sejahtera antara lain jika warga negara dapat terpenuhi kebutuhan pokok dalam kehidupannya. Dengan indikator dasar dapat terpenuhi kebutuhan makan tiga kali sehari, pakaian layak, rumah, jaminan kesehatan dan hari tua dan lain-lain. Disamping kebutuhan umum tersebut, setiap warga negara membutuhkan rasa aman dalam kehidupan pribadi dan sosial.

Kesiapsiagaan ini menjadi sangat penting untuk mengurangi risiko banyaknya korban jiwa akibat bencana. Pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang memadai terkait kesiapsiagaan bencana akan menjadi modal penting dalam upaya menyelamatkan jiwa dan harta benda sebanyak mungkin. Yang lebih penting tentu saja mencegah terjadinya bencana dengan menanamkan sikap dan perilaku sadar bencana.

Berdasarkan pendapat Trianto dan Bruner dan Lewis, dapat dikemukakan bahwa kesiapsiagaan sangat dipengaruhi oleh perkembangan kognitif anak, dimana anak mengembangkan proses pikirannya sehingga timbul inisiatif dalam melakukan keterampilan yang diajarkan dan perkembangan psikologisnya sehingga anak mampu mengantisipasi, mengidentifikasi dan bisa mengendalikan diri terhadap tindakan yang seharusnya dilakukan untuk menjadi siaga pada saat terjadinya bencana serta meningkatkan kepedulian terhadap sesama dalam menghadapi bencana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun