Gegap gempita perayaan Lustrum ke 9 SMPP 10/ SMA 8 Yogyakarta baru saja usai sepekan lalu. Puncak acaranya pada hari Minggu 13 Januari 2019 yang dipusatkan di halaman sekolah.
Sebelum menyampaikan tentang serunya acara lustrum dan reuni, ada baiknya sedikit mengenang sejarah tentang sekolah ini. Sekolah yang sekarang dikenal dengan SMA 8 Yogyakarta sebelumnya adalah SMPP 10 Yogyakarta.Â
Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan disingkat SMPP adalah produk sekolah menengah pada masa Orde Baru. Pada masa Orde Baru tersebut Departemen Pendidikan dan Kebudayaan periode Kabinet Pembangunan I menyelenggarakan proyek rintisan Sekolah Pembangunan. Â SMPP menggunakan metoda pengajaran yang lebih komprehensif yang berbeda dengan SMA umum pada saat itu.Â
Diharapkan dengan sistem pengajaran tersebut dapat mewadahi siswa dari semua lapisan masyarakat. Mendidiknya agar dapat mencapai perkembangan diri secara maksimal sesuai dengan kecerdasan, bakat, dan minat masing-masing. Tujuan sekolah ini pada intinya menyiapkan siswanya menjadi lebih siap. Siap untuk melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi atau siap dengan pilihan lain untuk memasuki dunia kerja.
Jika melihat angka tahunnya SMPP dipersiapkan pada saat Menteri Pendidikan dan Kebudayaan dijabat oleh Mashuri Saleh dan diberlakukan pada masa Syarief Thayeb. Diantara masa peralihan kepemimpian ada Sumantri Brojonegoro yang menjabat singkat pada periode Maret-Desember 1973.
Sesuai dengan keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan nomor 0236/0/1973 terhitung mulai tahun ajaran 1974 membuka Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP) sebanyak 34 di seluruh propinsi di Indonesia. SMPP 1 berada di Cempaka Putih Jakarta hingga SMPP 34 berada di Kupang NTT.Â
Yogyakarta mendapat urutan ke 10, sehingga menjadi SMPP 10 Yogyakarta. Sekolah ini berlokasi di Jl. Kenari Yogyakarta. Dalam perkembangannya SMPP terus bertambah.Â
Saya juga baru mengerti beberapa waktu lalu bahwa SMA 6 Surakarta dahulu juga SMPP 40, dimana sempat terjadi polemik yang mempermasalahkan ijasah Presiden Jokowi sebagai alumnus SMA 6 Surakarta. Pak Jokowi adalah salah satu produk lulusan Sekolah Menengah Pembangunan Persiapan (SMPP).
Tahun pelajaran 1977 SMPP 10 Yogyakarta ditunjuk oleh Depdikbud menjadi sekolah Pradiseminasi untuk sistem pengajaran dengan modul. Pada tahun pelajaran 1980/1981, nama SMPP 10 Yogyakarta semakin terkenal dalam masyarakat. Akibatnya animo untuk masuk SMPP 10 Yogyakarta semakin besar. (sumber: Wikipedia)
Dari tiga sekolah yang saya daftar, akhirnya menjatuhkan untuk memilih SMPP 10 walaupun pada saat itu sistem seleksi masuk sekolah memungkinkan untuk diterima di dua SMA yang lain. Pertimbangannya sederhana, apesnya tidak bisa melanjutkanke jenjang pendidikan yang lebih tinggi kita sudah lebih siap memasuki dunia kerja katimbang SMA pada umumnya.Â
Sayangnya meskipun unggul dari sisi metoda belajar mengajar entah atas pertimbangan apa SMPP akhirnya melebur menjadi SMA. Angkatan saya tahun 1985 adalah angkatan bungsu dari SMPP tersebut. Meskipun ijazahnya berstempel SMPP 10 Yogyakarta, tapi ketika legalisir sudah dengan stempel SMA 8 Yogyakarta.