Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Mengeksplorasi York yang Eksotik

1 Desember 2024   22:01 Diperbarui: 2 Desember 2024   13:51 592
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Menunggu KA menuju Manchester - Dok. Pribadi

Perjalanan di Inggris # 11 - Eksplorasi York

Setelah 2 hari 2 malam menikmati Edinburgh, 12 Oktober 2024 hari Sabtu pagi-pagi bersiap ke Waverley Station menuju Manchester, kandangnya klub sepakbola terkenal Mancester United dan Manchester City, sekaligus ingin berkunjung ke Old Trafford.

Ada dua jalur yang akan menuju Manchester yaitu North dan South Transpennine Express. Untuk jalur selatan adalah jalur kiri yang akan melewati Lockerbie, Lancaster, Preston sampai ujungnya Manchester Picadilly. 

Menyebut Lockerbie jadi ingat pesawat PanAm nomor penerbangan 103 tahun 1988 hancur berkeping karena bom waktu yang meledak di udara, menewaskan 259 isi pesawat serta 11 orang di darat terkena pecahan pesawat yang jatuh di Lockerbie. Salah satu sejarah kelam penerbangan yang sulit terlupakan.

Credit to TransPennine Express
Credit to TransPennine Express

Sementara jalur utara melewati Newcastle, Durham, York, Leeds dan berujung di Manchester Piccadilly. Sesuai dengan rencana, jalur utara yang diambil dan mampir di York selama 5 jam sebelum naik kereta lagi menuju Manchester. 

Dari Edinburgh menuju York tidak lama, hanya sekitar 2,5 jam. Sesampainya di York langsung turun bersama beberapa koper yang dibawa dari Edinburgh. Karena ingin menjelajah York tentu akan kurang leluasa kalau membawa-bawa koper berkeliling.

York Train Station - Credit to iStock
York Train Station - Credit to iStock

Akhirnya ketemu, via aplikasi, lokasi stasher (tempat penitipan koper) di dalam kota York. Baru selesai hujan waktu keluar dari stasiun dan masih ada sedikit sisanya, hujan rintik-rintik. 

Pilihannya adalah memanggil Uber, namun info dari aplikasi kalau berjalan kaki bisa ditempuh hanya dalam 15 menit. Pas mau pesan Uber, jalan di sekitar York Train Station terlihat padat. 

Daripada harus menunggu, rasanya tantangan berjalan kaki layak dihadapi. Yang biasanya berjalan kaki agak malas di tanah air, di UK jadi kebiasaan dan menyenangkan. Karena disamping kaki jadi terasa ringan, banyak yang bisa dilihat di kiri kanan jalan. 

Sungai Ouse - Dok. Pribadi
Sungai Ouse - Dok. Pribadi

Ouse River

Perjalanan menuju stasher penuh perjuangan dan termasuk untuk roda-roda di koper karena sebagian trotoar ada yang tidak rata dan jalannya ada yang menanjak menjelang jembatan sungai Ouse. 

Beberapa lapisan tambahan dari roda koper yang berbahan silikon lepas selama perjalanan. Dalam hati, ... biar saja, siapa tahu bisa balik lagi ke York nanti karena ada yang tertinggal. (itu candaan atau suara hati ketika beberapa benda, seperti pelapis roda tadi, yang kita bawa dari tanah air, terjatuh atau hilang; biar nanti bisa kembali lagi ...)

Sambil berjalan menyusuri trotoar, berhenti sejenak di jembatan sungai Ouse (River Ouse) yang membelah kota York. Terlihat ada beberapa perahu untuk mengarungi sungai, namun karena hujan gerimis, perahu-perahu itu kosong, dan memang tidak ada atapnya. 

Nah, ini yang mengesankan ketika lihat ke sungai, ada beberapa ekor bebek yang berenang secara beriringan (seperti sedang antri) dan perlahan-lahan masuk ke bawah jembatan seperti menghilang.

bebek berenang menuju bawah jembatan - Dok. Pribadi
bebek berenang menuju bawah jembatan - Dok. Pribadi

Sejarah York

Dengan arsitektur dari abad pertengahan, rumah-rumah di York bermodel Georgia (gaya abad 17-18) yang megah, dan dengan stasiun kereta api bergaya Victoria. Setiap bagian dari York mengesankan bahwa setiap aspek kehidupan saat ini dari York terkait erat dengan masa lalunya.

York didirikan oleh bangsa Romawi pada tahun 71 sebelum masehi; pernah diserang dan ditaklukkan oleh bangsa Viking; Viking lalu dikalahkan oleh tentara muslim dari Cordoba, selanjutnya York ditaklukkan oleh bangsa Normandia, serta diperebutkan selama Perang Saudara Inggris.

The Vikings - Credit to Drinking Horn
The Vikings - Credit to Drinking Horn
Bangsa Viking, yang menyebut York dengan Jorvik, berasal dari negara-negara skandinavia yaitu Norwegia, Swedia dan Denmark. Namun utamanya adalah Norwegia. Mereka dikenal sebagai pelaut hebat yang berlayar dan menaklukan area yang cukup luas dari benua Eropa. Ada juga yang menyebutnya sebagai bajak laut dari bumi utara. 

Mereka tidak hanya ingin berperang, tapi juga berdagang dan bertani dan juga orang-orang yang suka membangun hubungan baik. Sehingga, sebagian juga bermigrasi dan menyatu dengan penduduk lokal Inggris, Skotlandia, Irlandia, Iceland. Jejaknya kuat di benua Eropa yang penduduk aslinya adalah anglo-saxon.

Toko menjual merchandise hantu - Credit to Uncomfortable Oxford
Toko menjual merchandise hantu - Credit to Uncomfortable Oxford
Sejarah York yang penuh dengan perang dan berlumuran darah menjadikannya sebagai kota paling berhantu dalam sejarah. Yayasan Penelitian Hantu Internasional (The International Ghost Research Foundation) pernah menyatakan bahwa ada sampai 504 laporan tentang hantu di dalam tembok kota yang dahulu dibangun bangsa Romawi. 

Di York juga ada Ghost Bus Tours dimana kita akan dibawa ke tempat tempat yang diperkirakan ada hantu di kawasan kota York. Itu menjadi trademark dari York, hiiiii....

Bus  Tur Hantu - Credit to Uncomfortable Oxford
Bus  Tur Hantu - Credit to Uncomfortable Oxford

Lalu kalau ingat kata York, mesti juga mengetahui bahwa ada kota di Amerika bernama New York atau orang suka menyingkatnya menjadi NY atau NYC. 

Apakah ada hubungannya antara York dengan York Baru atau New York yang sering juga disebut Big Apple di Amerika Serikat?

New Netherland adalah nama sebelumnya dari New York yang terbangun pada tahun 1925. Tahun 1664 the Duke of York (Sir James) diberi wilayah New Netherland di Benua Amerika oleh Raja Charles II, kakaknya. Sebagai cara untuk menghormati the Duke of York yang menjadi penguasa, nama New Netherland diganti menjadi New York. Setelah itu dilaksanakan kemitraan antara dua kota yang dipisahkan oleh Samudera Atlantik itu. 

New York -  credit to iStock
New York -  credit to iStock

Masuk York

Setelah melewati jembatan dengan hujan rintik-rintik, kami terus berjalan kaki dan masuk ke pusat kota York. Pas sampai St. Helen's Square kami dikagetkan dengan suara musik hidup yang dimainkan pemusik jalanan dengan speaker yang volume suaranya cukup keras. 

Sebagian orang menonton 'konser' ini dan memberikan apresiasi serta ada yang memasukkan uang ke tempat yang ada di dekat pemusik dan ada juga yang menyumbang menggunakan contactless card. 

Volume suara musik tersebut keras dan cukup mengagetkan, karena biasanya musik jalanan tidak menggunakan sound system, cukup dengan suara yang dihasilkan alat musiknya saja. 

Sejauh ini sangat langka musik jalanan menggunakan pengeras suara, bahkan di mall atau super market, biasanya tidak ada suara musik yang keras dimainkan. York mungkin berbeda, setidaknya saat ini.

York Minster - Brittanica
York Minster - Brittanica

Setelah ikut menonton 'konser' tersebut, kaki langsung melangkah ke The Shambles Market. Pasar ini menarik karena para pedagang menjual beragam komoditi termasuk suvenir-suvenir khas York. Juga di pojok ada semacam pujasera dengan meja dan tempat duduk untuk makan di tempat. 

Suasananya seperti tempat makan di Indonesia dimana pembeli menikmati sarapan di bawah atap dan terdengar ramai mengobrol sambil menikmati makanan.

Setelah membeli beberapa suvenir, kami langsung berjalan ke salah satu jalan paling ikonik di York, the Shambles yang lokasinya tidak jauh dari Shambles Market. The Shambles adalah jalan bersejarah di York, Inggris, menampilkan bangunan abad pertengahan yang dilestarikan, beberapa berasal dari abad ke-14. 

Ini yang menarik adalah jalannya sempit, dengan banyak bangunan berbingkai kayu dengan bagian atasnya menjorok beberapa meter ke jalan. 

Jadi jalannya seperti dipayungi oleh bagian atas dari bangunannya. Jika kita berjejer dari satu toko ke toko didepannya, hanya cukup untuk 4 atau 5 orang. Nah kalau pengunjung berjalan-jalan, lokasi berjalan terasa sempit, namun unik.

The Shambles - Vacation UK
The Shambles - Vacation UK
Shambles sendiri artinya kacau dan tidak beraturan. Mengapa namanya seperti itu ya? Konon dahulunya jalan ini adalah jalan para penjual daging. Shambles sendiri berasal dari kata bahasa Inggris kuno yaitu "fleshammels," yang artinya rumah jagal. Namun saat ini dengan bangunan yang terpelihara, suasana yang khas juga toko-toko yang menjual barang yang menarik, the Shambles menjadi salah satu tujuan tujuan wisata yang seru sampai saat ini.  

Oh ya ada juga toko merchandise perhantuan. Menariknya menurut survey, 34% orang Inggris percaya akan adanya hantu dan 9% menyatakan bisa berkomunikasi dengan yang sudah meninggal. Fenomena perhantuan ini mungkin juga ada di Indonesia dengan proporsi yang berbeda. 

Namun yang jelas, soal hantu di York menjadi sesuatu yang bisa dijadikan unsur penarik pariwisata. Setelah cukup menjelajah, berfoto, mampir ke toko suvenir khas York, langsung menuju ujung the Shambles. 

Pas keluar ada susu gratis ambil sendiri di pinggir jalan dengan 3 rasa yang bisa dicoba, vanilla, cokelat dan rasa tawar. Di sebelahnya ada toko susu ternyata, tapi minum semua sampel susu tetap bisa kita lakukan tanpa harus berbelanja.

The Shambles, sempit tapi ramai- Dok. Pribadi
The Shambles, sempit tapi ramai- Dok. Pribadi

Penampil Jalanan

Keluar dari the Shambles langsung ada lapangan terbuka yang cukup luas dengan pepohonan di tepiannya. Hujan gerimis masih turun, topi dipakai dan payung disiapkan kalau hujan membesar. Lapangan itu basah, namun ada semacam pertunjukkan jalanan. Tidak ada barang atau apapun yang dijual. 

Dia melakukan pertunjukkan memainkan obor api (juggling) sambil berbicara dengan berteriak karena tidak menggunakan mikrofon atau speaker. 

Semakin lama semakin banyak orang yang datang dan ingin melihat pertunjukannya. Dia belum mengeluarkan tempat untuk sumbangan misalnya kotak atau contactless scanner. 

Karena cukup lama pertunjukannya dan ditunggu-tunggu masih belum sampai pertunjukkan puncaknya, sementara waktu terus berjalan, jadi tidak bisa menonton sampai selesai. 

Akhirnya kami tinggalkan menuju ke area lainnya yang dekat dengan lokasi itu, yaitu York Minster. Di bawah ini ada video penampil jalanan tersebut.


Di York Minster yang merupakan salah satu ikon York berfoto dan tidak bisa lama-lama karena hujan semakin besar. Waktu sudah semakin sore dan kami bergegas kembali ke Stasher untuk mengambil koper kembali dan kembali ke Stasiun Kereta Api York.

Menunggu KA menuju Manchester - Dok. Pribadi
Menunggu KA menuju Manchester - Dok. Pribadi

Menunggu beberapa lama dalam cuaca autumn di stasiun, sambil duduk di kursi di dekat peron yang yang sesuai dengan kedatangan kereta api. 

Di dalam stasiun terasa dingin sekali karena sudah mulai gelap dan juga menjelang winter. Jam 18.05, kereta api menuju Manchester datang. Kami segera naik dan kereta berangkat jam 18.10 menuju Manchester Piccadilly. Salam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun