Tapi alasan soal penuh atau tidak untuk alasan berbicara mungkin hanya selera atau cara membenarkan orang yang suka berbicara.
Karena ada di antara kita yang akan menyeleksi apa yang didengarkan. Untuk hal-hal yang tidak penting, maka dia tidak akan mau mendengar apalagi menyimpannya. Jadi asumsi bahwa kepala yang overloaded dan harus ada yang dikeluarkan melalui kata-kata terasa tidak terlalu kuat.
Karakter Dasar - Kepribadian
Penulis berpendapat bahwa praktik orang berbicara lebih banyak daripada mendengar lebih dikaitkan dengan DNA (Deoxyribonucleic acid) atau sifat dasar yang turun dalam dirinya dari orang tuanya.
Jika kita mengamati Karakter Dasar yang digagas Charles Handy, ada 4 sifat dasar yaitu Zeus, Apollo, Athena dan Dionysus.
Dari ke empat sifat dasar tersebut yang biasanya suka berbicara dengan percaya diri dan lebih suka didengarkan daripada mendengarkan adalah Zeus yang diibaratkan rajanya dewa-dewa dalam mitologi yunani.
Apollo cenderung kalem, Athena berbicara namun lebih memberikan kesempatan kepada temannya untuk berbicara sementara Dionysus irit bicara dan banyak lebih suka fokus kepada dirinya sendiri.
Sementara jika kita amati DISCÂ dari William Moulton Marston, yang paling suka menjual ide ataupun pemikiran adalah orang I atau Influencing.
Untuk orang D tidak banyak bicara namun Dominant dan memang tetap cenderung ingin didengarkan karena sifat dominannya itu.
Untuk S atau Steady lebih banyak bekerja daripada bicara dan C atau Compliant adalah lebih banyak diam, namun akan berbicara kalau terkait dengan hukum atau aturan.
Dari pengamatan seperti ini, barangkali aspek sifat dasar atau karakter nampaknya lebih tepat menentukan apakah orang lebih suka berbicara atau mendengarkan? Yang utama di pelajari, itupun kalau bersedia, adalah teknik dan prinsip kapan harus bicara dan kapan harus mendengar.
Artinya, kemampuan Mendengar Aktif adalah soal keinginan dan kemampuan yang bisa dipelajari karena menyadari kebutuhan akan hal itu.Â