Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kepemimpinan Autentik - Profetik, Bisakah Kita Menjalankannya?

22 Agustus 2024   18:30 Diperbarui: 22 Agustus 2024   18:35 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kepemimpinan Autentik 

Tulisan in membahas tentang Kepemimpinan Autentik, model ke empat dari artikel seri kepemimpinan. Model ini menggunakan kata awalnya autentik yang terasa biasa jika dikaitkan dengan dokumen atau benda. Namun ketika dihubungkan dengan Kepemimpinan Autentik (Authentic Leadership) agak terasa tidak biasa.

Kata Autentik sendiri dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) diartikan sebagai otentik sesuatu yang asli/tulen/sah/dapat dipercaya. Sementara itu di dalam Cambridge Dictionary disebutkan If something is authentic, it is real, true (Jika sesuatu autentik, maka sesuatu itu riil, benar) . Sementara Collins Dictionary menyatakan bahwa sesuatu yang autentik adalah that can be believed or accepted; trustworthy; reliable (yang bisa dipercaya atau diterima; terpercaya; terandal). Dan Oxford Dictionary menyatakan kata yang sama sebagai known to be real and what somebody claims it is and not a copy (diketahui sebagai riil dan apa yang diakui sebagai sesuatu dan bukan suatu tiruan).

Dari paragraf di atas bisa disimpulkan bahwa secara umum kata autentik dinyatakan sebagai asli, dapat dipercaya dan benar. Jika kita hubungkan dengan Kepemimpinan Autentik (Authentic Leadership) menjadi menarik karena nilai-nilai luhur kepemimpinan merupakan salinan atau cermin nilai keluhuran manusia yang memiliki sifat-sifat yang profetik, mulia dan agung. Sepertinya keluhuran budi seseorang menjadi ukurannya pada model ini. Masalahnya apakah ada pemimpin yang autentik?

Kepemimpinan Autentik ini adalah teori kepemimpinan dengan pendekatan yang menekankan pada keutamaan lead by example atau walk the talk dari individu pemimpin yang jujur pada dirinya dan juga pada nilai yang dia pegang ketika memimpin anak buahnya. Fokus dari kepemimpinannya adalah memperkuat rasa percaya, Transparansi, dan perilaku etik dalam kepemimpinan. Konsep ini dipopulerkan oleh Bill George yang menulis buku berjudul Authentic Leadership: Rediscovering the Secrets to Creating Lasting Value (Jossey-Bass, A Wily Imprint, 2003). Bill George menyatakan bahwa seorang pemimpin yang autentik bersifat menginspirasi dan memotivasi anak buahnya melalui ekspresi diri yang asli, tidak dibuat-buat dan berkomitmen terhadap nilai-nilai inti kepemimpinannya.

Sepertinya konsep kepemimpinan autentik ini berpusat pada pemimpinnya yang harus menjadi contoh atau teladan yang memberikan gambaran seperti apa harus bersikap dan berbuat. Sepertinya tidak mudah untuk menjadi pemimpin autentik karena tuntutannya tidak mudah. Di samping itu yang utama adalah nilai-nilai kebenaran atau kejujuran yang dipegang seorang pemimpin. Pertanyaannya, apakah ada nilai nilai yang universal terhadap kejujuran, kebaikan dan kebenaran, termasuk nilai dalam memandang manusia sebagai mahluk yang luhur.

Deasa ini, terdapat pergeseran fokus ketika dibahas tentang kualitas suatu kepemimpinan, di mana tidak lagi berfokus pada ciri-ciri (traits) tapi lebih pada perilaku yang dibutuhkan. Dan untuk Kepemimpinan Autentik ini ada beberapa perilaku yang dipersyaratkan agar masuk dalam area Kepemimpinan Autentik.

Harvard Business School menyoroti beberapa karakteristik dari Pemimpin yang Autentik yaitu:

Credit to Harvard Business School online
Credit to Harvard Business School online

1.  Berkomitmen menjadi lebih baik

Syarat pertama sebagai pemimpin yang autentik adalah memiliki niat kuat untuk menjadi lebih baik dalam segala hal. Karena seorang pemimpin adalah contoh bagi anak buahnya, tidaklah akan menginspirasi jika tidak menunjukkan sikap dan tindakan yang akan meningkatan kualitas dirinya.

2.  Menggali Kesadaran Diri Sendiri

Menyadari siapa diri sendiri dan memahami kekuatan serta kelemahan adalah cara-cara untuk menggali kesadaran diri. Kecerdasan emosi yang dikuatkan dengan pemahaman diri sendiri akan membuat dia menjadi pemimpin yang memahami dirinya sendiri di tengah lingkungan apapun yang dia masuki.

3.  Disiplin

Pemimpin autentik tidak hanya mampu berkomitmen tapi juga melakukan apa yang direncanakan dan dikatakan. Untuk menjalankan yang direncanakan baik secara organisasi maupun individu pemimpin, diperlukan kedisiplinan yang kuat. Jangan lupa bahwa seorang pemimpin adalah penginspirasi, pemicu dan pemacu misi dan program dan menjalankannya memerlukan kekukuhan dan konsistensi dalam melaksanakannya. Itulah kedisiplinan.

4.  Diarahkan oleh Misi

Misi adalah apa yang dilakukan untuk menggapai Visi yang tentunya belum tercapai. Berkomitmen terhadap misi atau tugas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan autentik.

Menurut survei yang dilakukan oleh EY dan Harvard Business Review Analytic Services, 89 persen eksekutif menyatakan bahwa tujuan kolektif mendorong keterlibatan karyawan, dan 84 persen mengatakan hal ini menghasilkan kesuksesan yang lebih besar dalam upaya perubahan kepada yang lebih baik. Misi yang dilakukan harus dipandang sebagai suatu arah perjalanan menuju pencapaian tujuan organisasi.

5.  Menginspirasi suatu Rasa Yakin

Meraih rasa percaya (trust) rekan kerja dan anak buah dan mengupayakan agar mereka percaya dan bergerak dalam menjalankan misi organisasi adalah satu prinsip utama dari kepemimpinan autentik yang tentunya efektif.

Dari gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa Pemimpin Autentik memiliki segala aspek yang luhur dan beradab dari karakteristik seorang manusia, seperti layaknya seorang nabi, yang secara manusiawi tetaplah manusia yang tidak sempurna. Karena itu sering dikatakan karakteristik dari Pemimpin Autentik sifatnya profetik atau memiliki sifat-sifat kenabian.

Jika kita melihat sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yaitu: sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tablig (menyampaikan/mengajak). Untuk bahasa manajemen, ke empat sifat tersebut adalah berintegritas (integrity), dipercaya (trust), Penyadaran diri/potensi diri (Self Awareness) dan Menginspirasi dengan mengajak kepada kebenaran. Sementara kedisplinan dan diarahkan oleh misi, adalah keniscayaan, karena seorang Nabi tentu mendapatkan tugas untuk mengajak kepada kebenaran dan menyembah Tuhan. Di dalam menjalankan misinya, tentu diperlukan kedisplinan yang kuat. Bahkan satu lagi sifat yang dimiliki seorang Nabi dan dijalankannya adalah tidak ada rasa takut terhadap manusia dan hanya takut kepada Tuhan yang Maha Esa. Tidak mudah sifat-sifat kenabian (profetik) ini dimiliki oleh pemimpin yang bukan seorang nabi; namun, karena nabipun seorang manusia, tidak mustahil sifat-sifat luhurnya dapat diadopsi dan setidaknya mendekati kualitas seorang nabi.

Cara untuk menjadi Pemimpin Autentik

Credit to Tudor Collegiate Strategies
Credit to Tudor Collegiate Strategies

Kita tentu ingin menjadi seorang Pemimpin yang memiliki kualitas profetik atau kenabian itu. Ingat seorang nabi adalah manusia, sehingga sifat-sifatnya tetap bisa kita adopsi, namun soal kualitas kita harus melatih mandiri dan tentunya melalui proses dan pengalaman dalam hidup.

Hal itupun tidak lepas kaitannya dengan sifat intrinsik manusia yaitu Karakter Dasar yang digagas oleh Charles Handy (Zeus, Apollo, Athena, Dionysus) di mana untuk menjadi pemimpin saja baik autentik atau tidak, orang dengan sifat-sifat Zeus dan Athena yang secara intrinsik berbakat sebagai pemimpin. Untuk lebih memahami karya Charles Handy tersebut, bisa dilihat pada link Karakter Dasar.

Sementara untuk tipologi karya William Moulton Marston yaitu DISC (Dominant, Influencing, Steady, Compliant) di mana yang memiliki DNA sebagai pemimpin adalah dominant sifatnya D dan I. Link pembahasan topik ini pada DISC.

Terlepas dari apakah seseorang memiliki DNA atau sifat sejak lahir sebagai pemimpin, ada 5 cara untuk berlatih menjadi seorang Pemimpin Autentik.

1.  Bayangkan apa itu 'imej kepemimpinan'.

Keinginan tulus dan kuat untuk mempelajari dan kemauan melakukan perubahan adalah tentang membangun imej suatu kepemimpinan. Dengan kesadaran seperti itu, maka bisa dilihat dan jika perlu dilakukan asesmen untuk menemukan dan mengisi kesenjangan antara apa yang kita miliki dan apa yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin autentik yang ingin kita proyeksikan. Hambatan terbesar adalah ketika kita terlalu ingin mempertahankan model yang kita punya tanpa menyadari bahwa standar yang kita yakini tetap memerlukan penajaman, pemantapan dan mungkin perubahan.

2.  Sering kita tidak menyadari benar apakah yang kita tunjukkan dan ekspresikan kepada orang sekeliling kita sudah mencerminkan imej yang kita inginkan.

Kita memerlukan umpan balik dari teman, keluarga atau kolega kita untuk menyampaikan kepada kita apakah sudah sesuai atau belum mencerminkan yang kita inginkan. Orang lain sering bisa melihat hal yang berbeda dengan apa yang kita maksudkan. Misalnya, kita merespon dengan kata-kata yang lugas dan keras untuk setiap persoalan. Kita berharap bahwa orang lain melihat kita sebagai orang yang tegas dan tanpa kompromi. Ketika kita meminta umpan balik tentang cara tersebut, ternyata di mata orang lain, kita dipandang sebagai sombong dan meremehkan orang lain.

3.  Tingkatkan Kesadaran Diri

Komponen kunci untuk dapat berperilaku secara autentik adalah memahami apa yang paling kita suka perhatikan. Mengetahui tentang diri kita sendiri adalah cara untuk memberi penyadaran kepada kita. Kita perlu pahami apakah nilai yang kita pegang, apakah yang kita sukai dan tidak sukai serta apa yang menjadi kelemahan kita. Kelihatannya sederhana, namun kita sering merasa terlalu yakin dan tidak mau mendengar masukkan dari orang lain. Sadari juga apakah kecakapan yang kita miliki masih bisa dikembangkan atau tidak dan apakah kita cukup cakap untuk hal-hal tertentu. Menjadi lebih dan tetap terbuka terhadap kritik dan saran akan menjadi kunci penting bagi kesadaran diri kita.

4.  Ukur dan Evaluasi

Ketika kita sudah memantapkan nilai yang kita pegang, apa yang kita sukai dan tidak sukai serta apa yang menjadi kelemahan untuk kita sadari dan atasi, kita akan bisa memahami bagaimana memadukan perilaku kita dengan nilai dan etika yang secara universal benar dan baik. Tentukan tujuan bagi kita sendiri yang selaras dengan nilai yang kita pegang.

5.  Lakukan Tindakan dan Dapatkan Dukungan

Lakukan perubahan atau pemantapan dari aspek perilaku autentik. Eksekusi rencana dan rasakan denyutnya dalam pembuluh darah kita. Melakukan perubahan besar mungkin perlu dilakukan, namun lakukanlah dengan bertahap sambil menyelaraskan perilaku dengan nilai-nilai yang kita yakini benar. Kita ingatkan diri kita bahwa perubahan autentik sangat jarang yang tiba-tiba atau dramatis. Perubahan yang tiba tiba biasanya dipandang sebagai perilaku manipulatif atau palsu.

6.  Jadilah seorang Komunikator Jempolan

Komunikasi adalah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam membangun kepercayaan dan menunjukkan keautentikan dalam memimpin. Komunikasi yang efektif dalam dilatih dan dikuasai dengan benar. Beberapa saran disampaikan di bawah ini:

Bawakan Cerita

Dengan bercerita sebagai contoh dari suatu topik membuat pimpinan dan anak buah lebih dekat. Kita kan mempengaruhi budaya organisasi ketika kita menceritakan tentang apa yang sudah terjadi, tentang masalah yang terselesaikan atau tentang seseorang yang melakukan suatu tindakan heroik misalnya.

Kuasai pesan yang kita sampaikan

Kejelasan pemikiran dan pesan sangat menentukan, jadi kita persiapkan apa yang ingin kita sampaikan. Setiap pertanyaan dan percakapan adalah peluang kita untuk menampaikan pemikiran, visi dan nilai-nilai dengan jujur atau apa adanya. Perlu kita cermati juga keseimbangan antara kebanyakan detil atau kurang detil. Juga seberapa mendominasi dan memberi kesempatan kepada yang lain untuk berbicara. Ada batas waktu di mana kita harus mendominasi dan kapan kita harus berbagi waktu dengan orang lain. Meskipun orang yang respek kepada kita selalu memberikan kesempatan kepada kita berbicara, ketika sampai pada tahap terlalu lama.

Beri Bobot Lebih pada Jaringan Kepemimpinan

Ini bukan tentang mengoleksi kartu nama relasi bisnis tapi tentang membangun hubungan dan dan membuat jaringan dalam rangka tujuan organisasi. Untuk mengukur jaringan kita dan meningkatkan komunikasi, kita lihat prioritas saat ini dan tantangan yang dihadapi. Setelah itu buatkan semacam diagram jejaring yang berkait dengan faktor-faktor penentu dan prioritas kita. Beri bobot kepada orang-orang yang berperan pada kinerja kita dan identifikasi apa saja yang sudah dilakukan, belum dilakukan dan intensitas komunikasi yang perlu ditingkatkan, agar jejaring kita efektif dan berpengaruh positif kepada kita sebagai pemimpin. Analisis seperti ini bisa dilatih dan bisa menjadi pegangan kita dalam bertindak.

Berlatih Tekanan dan Bobot Ujaran

Orang mendengarkan dengan lebih baik pada pola ujaran yang menyenangkan. Berikan perhatian dan minta umpan balik dari orang lain terhadap intonasi, kecepatan berujar, diksi (pilihan kata), tempo dan volume suara kita. Cek apakah kita kadang menggunakan kata-kata yang sama berulang-ulang atau lupa jeda dan berbicara terlalu cepat atau menggebu. Hal praktis ini memerlukan perhatian kita untuk komunikasi yang lebih efektif.

Fokus pada kata 'kita'

Pemimpin yang menggunakan kata-kata inklusif seperti 'kita' akan menginspirasi rasa tertarik yang mendengarkan karena mereka dianggap bagian dari ide yang disampaikan..

Senyum

Cara yang efektif untuk menunjukkan kehangatan hubungan adalah dengan senyum. Senyum membuka peluang untuk mendapatkan dukungan dan membuat suasana lebih rileks. Senyum tidak hanya ketika ada hal yang personal tentang anak-anak misalnya, tapi juga dalam kegiatan bisnis. Suasana positif akan lebih mudah terbangun dalam bisnis dengan suasana hangat yang sama.

Dampak Visual

Beberapa pakar bisnis mengatakan bahwa penampilan yang pas dan apik adalah 50% keberhasilan dari bisnis itu sendiri. The Love at The First Sight, pandangan pertama adalah kunci dari keberhasilan perjalanan bisnis. Komunikasi non-verbal via penampilan dan menjadi imej yang pas akan lebih menarik perhatian dan ekspektasi yang positif terhadap peluang bisnis. Kepercayaan diri kita pun akan meningkat ketika orang yang kita temui menunjukkan rasa suka terhadap kita.

Kesimpulan

Menjadi pemimpin autentik tetap bisa kita lakukan meskipun karakteristiknya profetik atau menyerupai seorang Nabi. Toh seorang Nabi juga manusia, artinya sama sama terdiri dari tulang dan daging. Artinya kita bisa menjadikan sifat-sifat Nabi sebagai contoh dan tantangan untuk kita bisa menyerupainya, kalau tidak bisa menyamainya.

Ketika kita berupaya menjadi pemimin autentik, menjalankan perilaku yang baru bisa saja membuat kita kurang nyaman atau melelahkan atau aneh. Hal itu normal, yang penting kita hindari melakukan tindakan yang tidak selaras dengan nilai-nilai kebaikan, etika dan tujuan kita.

Imej kita bisa menjadi modal kuat atau beban sebagai seorang pemimpin. Membentuk diri untuk menjadi pemimpin autentik bukanlah menciptakan gambaran yang berbeda tentang kita, tapi tentang mengenali aspek sesungguhnya atau asli atau luhur dari diri kita sendiri yang kita ingin sampaikan kepada orang lain. Salam

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun