Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kepemimpinan Autentik - Profetik, Bisakah Kita Menjalankannya?

22 Agustus 2024   18:30 Diperbarui: 22 Agustus 2024   18:35 117
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

4.  Ukur dan Evaluasi

Ketika kita sudah memantapkan nilai yang kita pegang, apa yang kita sukai dan tidak sukai serta apa yang menjadi kelemahan untuk kita sadari dan atasi, kita akan bisa memahami bagaimana memadukan perilaku kita dengan nilai dan etika yang secara universal benar dan baik. Tentukan tujuan bagi kita sendiri yang selaras dengan nilai yang kita pegang.

5.  Lakukan Tindakan dan Dapatkan Dukungan

Lakukan perubahan atau pemantapan dari aspek perilaku autentik. Eksekusi rencana dan rasakan denyutnya dalam pembuluh darah kita. Melakukan perubahan besar mungkin perlu dilakukan, namun lakukanlah dengan bertahap sambil menyelaraskan perilaku dengan nilai-nilai yang kita yakini benar. Kita ingatkan diri kita bahwa perubahan autentik sangat jarang yang tiba-tiba atau dramatis. Perubahan yang tiba tiba biasanya dipandang sebagai perilaku manipulatif atau palsu.

6.  Jadilah seorang Komunikator Jempolan

Komunikasi adalah satu kunci keberhasilan seorang pemimpin dalam membangun kepercayaan dan menunjukkan keautentikan dalam memimpin. Komunikasi yang efektif dalam dilatih dan dikuasai dengan benar. Beberapa saran disampaikan di bawah ini:

Bawakan Cerita

Dengan bercerita sebagai contoh dari suatu topik membuat pimpinan dan anak buah lebih dekat. Kita kan mempengaruhi budaya organisasi ketika kita menceritakan tentang apa yang sudah terjadi, tentang masalah yang terselesaikan atau tentang seseorang yang melakukan suatu tindakan heroik misalnya.

Kuasai pesan yang kita sampaikan

Kejelasan pemikiran dan pesan sangat menentukan, jadi kita persiapkan apa yang ingin kita sampaikan. Setiap pertanyaan dan percakapan adalah peluang kita untuk menampaikan pemikiran, visi dan nilai-nilai dengan jujur atau apa adanya. Perlu kita cermati juga keseimbangan antara kebanyakan detil atau kurang detil. Juga seberapa mendominasi dan memberi kesempatan kepada yang lain untuk berbicara. Ada batas waktu di mana kita harus mendominasi dan kapan kita harus berbagi waktu dengan orang lain. Meskipun orang yang respek kepada kita selalu memberikan kesempatan kepada kita berbicara, ketika sampai pada tahap terlalu lama.

Beri Bobot Lebih pada Jaringan Kepemimpinan

Ini bukan tentang mengoleksi kartu nama relasi bisnis tapi tentang membangun hubungan dan dan membuat jaringan dalam rangka tujuan organisasi. Untuk mengukur jaringan kita dan meningkatkan komunikasi, kita lihat prioritas saat ini dan tantangan yang dihadapi. Setelah itu buatkan semacam diagram jejaring yang berkait dengan faktor-faktor penentu dan prioritas kita. Beri bobot kepada orang-orang yang berperan pada kinerja kita dan identifikasi apa saja yang sudah dilakukan, belum dilakukan dan intensitas komunikasi yang perlu ditingkatkan, agar jejaring kita efektif dan berpengaruh positif kepada kita sebagai pemimpin. Analisis seperti ini bisa dilatih dan bisa menjadi pegangan kita dalam bertindak.

Berlatih Tekanan dan Bobot Ujaran

Orang mendengarkan dengan lebih baik pada pola ujaran yang menyenangkan. Berikan perhatian dan minta umpan balik dari orang lain terhadap intonasi, kecepatan berujar, diksi (pilihan kata), tempo dan volume suara kita. Cek apakah kita kadang menggunakan kata-kata yang sama berulang-ulang atau lupa jeda dan berbicara terlalu cepat atau menggebu. Hal praktis ini memerlukan perhatian kita untuk komunikasi yang lebih efektif.

Fokus pada kata 'kita'

Pemimpin yang menggunakan kata-kata inklusif seperti 'kita' akan menginspirasi rasa tertarik yang mendengarkan karena mereka dianggap bagian dari ide yang disampaikan..

Senyum

Cara yang efektif untuk menunjukkan kehangatan hubungan adalah dengan senyum. Senyum membuka peluang untuk mendapatkan dukungan dan membuat suasana lebih rileks. Senyum tidak hanya ketika ada hal yang personal tentang anak-anak misalnya, tapi juga dalam kegiatan bisnis. Suasana positif akan lebih mudah terbangun dalam bisnis dengan suasana hangat yang sama.

Dampak Visual

Beberapa pakar bisnis mengatakan bahwa penampilan yang pas dan apik adalah 50% keberhasilan dari bisnis itu sendiri. The Love at The First Sight, pandangan pertama adalah kunci dari keberhasilan perjalanan bisnis. Komunikasi non-verbal via penampilan dan menjadi imej yang pas akan lebih menarik perhatian dan ekspektasi yang positif terhadap peluang bisnis. Kepercayaan diri kita pun akan meningkat ketika orang yang kita temui menunjukkan rasa suka terhadap kita.

Kesimpulan

Menjadi pemimpin autentik tetap bisa kita lakukan meskipun karakteristiknya profetik atau menyerupai seorang Nabi. Toh seorang Nabi juga manusia, artinya sama sama terdiri dari tulang dan daging. Artinya kita bisa menjadikan sifat-sifat Nabi sebagai contoh dan tantangan untuk kita bisa menyerupainya, kalau tidak bisa menyamainya.

Ketika kita berupaya menjadi pemimin autentik, menjalankan perilaku yang baru bisa saja membuat kita kurang nyaman atau melelahkan atau aneh. Hal itu normal, yang penting kita hindari melakukan tindakan yang tidak selaras dengan nilai-nilai kebaikan, etika dan tujuan kita.

Imej kita bisa menjadi modal kuat atau beban sebagai seorang pemimpin. Membentuk diri untuk menjadi pemimpin autentik bukanlah menciptakan gambaran yang berbeda tentang kita, tapi tentang mengenali aspek sesungguhnya atau asli atau luhur dari diri kita sendiri yang kita ingin sampaikan kepada orang lain. Salam

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun