Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife

Kepemimpinan Autentik - Profetik, Bisakah Kita Menjalankannya?

22 Agustus 2024   18:30 Diperbarui: 22 Agustus 2024   18:35 14
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Credit to Harvard Business School online

3.  Disiplin

Pemimpin autentik tidak hanya mampu berkomitmen tapi juga melakukan apa yang direncanakan dan dikatakan. Untuk menjalankan yang direncanakan baik secara organisasi maupun individu pemimpin, diperlukan kedisiplinan yang kuat. Jangan lupa bahwa seorang pemimpin adalah penginspirasi, pemicu dan pemacu misi dan program dan menjalankannya memerlukan kekukuhan dan konsistensi dalam melaksanakannya. Itulah kedisiplinan.

4.  Diarahkan oleh Misi

Misi adalah apa yang dilakukan untuk menggapai Visi yang tentunya belum tercapai. Berkomitmen terhadap misi atau tugas adalah bagian yang tidak dapat dipisahkan dari kepemimpinan autentik.

Menurut survei yang dilakukan oleh EY dan Harvard Business Review Analytic Services, 89 persen eksekutif menyatakan bahwa tujuan kolektif mendorong keterlibatan karyawan, dan 84 persen mengatakan hal ini menghasilkan kesuksesan yang lebih besar dalam upaya perubahan kepada yang lebih baik. Misi yang dilakukan harus dipandang sebagai suatu arah perjalanan menuju pencapaian tujuan organisasi.

5.  Menginspirasi suatu Rasa Yakin

Meraih rasa percaya (trust) rekan kerja dan anak buah dan mengupayakan agar mereka percaya dan bergerak dalam menjalankan misi organisasi adalah satu prinsip utama dari kepemimpinan autentik yang tentunya efektif.

Dari gambaran di atas, dapat dikatakan bahwa Pemimpin Autentik memiliki segala aspek yang luhur dan beradab dari karakteristik seorang manusia, seperti layaknya seorang nabi, yang secara manusiawi tetaplah manusia yang tidak sempurna. Karena itu sering dikatakan karakteristik dari Pemimpin Autentik sifatnya profetik atau memiliki sifat-sifat kenabian.

Jika kita melihat sifat-sifat Nabi Muhammad SAW yaitu: sidik (jujur), amanah (dapat dipercaya), fathonah (cerdas), dan tablig (menyampaikan/mengajak). Untuk bahasa manajemen, ke empat sifat tersebut adalah berintegritas (integrity), dipercaya (trust), Penyadaran diri/potensi diri (Self Awareness) dan Menginspirasi dengan mengajak kepada kebenaran. Sementara kedisplinan dan diarahkan oleh misi, adalah keniscayaan, karena seorang Nabi tentu mendapatkan tugas untuk mengajak kepada kebenaran dan menyembah Tuhan. Di dalam menjalankan misinya, tentu diperlukan kedisplinan yang kuat. Bahkan satu lagi sifat yang dimiliki seorang Nabi dan dijalankannya adalah tidak ada rasa takut terhadap manusia dan hanya takut kepada Tuhan yang Maha Esa. Tidak mudah sifat-sifat kenabian (profetik) ini dimiliki oleh pemimpin yang bukan seorang nabi; namun, karena nabipun seorang manusia, tidak mustahil sifat-sifat luhurnya dapat diadopsi dan setidaknya mendekati kualitas seorang nabi.

Cara untuk menjadi Pemimpin Autentik

Credit to Tudor Collegiate Strategies
Credit to Tudor Collegiate Strategies

Kita tentu ingin menjadi seorang Pemimpin yang memiliki kualitas profetik atau kenabian itu. Ingat seorang nabi adalah manusia, sehingga sifat-sifatnya tetap bisa kita adopsi, namun soal kualitas kita harus melatih mandiri dan tentunya melalui proses dan pengalaman dalam hidup.

Hal itupun tidak lepas kaitannya dengan sifat intrinsik manusia yaitu Karakter Dasar yang digagas oleh Charles Handy (Zeus, Apollo, Athena, Dionysus) di mana untuk menjadi pemimpin saja baik autentik atau tidak, orang dengan sifat-sifat Zeus dan Athena yang secara intrinsik berbakat sebagai pemimpin. Untuk lebih memahami karya Charles Handy tersebut, bisa dilihat pada link Karakter Dasar.

Sementara untuk tipologi karya William Moulton Marston yaitu DISC (Dominant, Influencing, Steady, Compliant) di mana yang memiliki DNA sebagai pemimpin adalah dominant sifatnya D dan I. Link pembahasan topik ini pada DISC.

Terlepas dari apakah seseorang memiliki DNA atau sifat sejak lahir sebagai pemimpin, ada 5 cara untuk berlatih menjadi seorang Pemimpin Autentik.

1.  Bayangkan apa itu 'imej kepemimpinan'.

Keinginan tulus dan kuat untuk mempelajari dan kemauan melakukan perubahan adalah tentang membangun imej suatu kepemimpinan. Dengan kesadaran seperti itu, maka bisa dilihat dan jika perlu dilakukan asesmen untuk menemukan dan mengisi kesenjangan antara apa yang kita miliki dan apa yang diperlukan untuk menjadi seorang pemimpin autentik yang ingin kita proyeksikan. Hambatan terbesar adalah ketika kita terlalu ingin mempertahankan model yang kita punya tanpa menyadari bahwa standar yang kita yakini tetap memerlukan penajaman, pemantapan dan mungkin perubahan.

2.  Sering kita tidak menyadari benar apakah yang kita tunjukkan dan ekspresikan kepada orang sekeliling kita sudah mencerminkan imej yang kita inginkan.

Kita memerlukan umpan balik dari teman, keluarga atau kolega kita untuk menyampaikan kepada kita apakah sudah sesuai atau belum mencerminkan yang kita inginkan. Orang lain sering bisa melihat hal yang berbeda dengan apa yang kita maksudkan. Misalnya, kita merespon dengan kata-kata yang lugas dan keras untuk setiap persoalan. Kita berharap bahwa orang lain melihat kita sebagai orang yang tegas dan tanpa kompromi. Ketika kita meminta umpan balik tentang cara tersebut, ternyata di mata orang lain, kita dipandang sebagai sombong dan meremehkan orang lain.

3.  Tingkatkan Kesadaran Diri

Komponen kunci untuk dapat berperilaku secara autentik adalah memahami apa yang paling kita suka perhatikan. Mengetahui tentang diri kita sendiri adalah cara untuk memberi penyadaran kepada kita. Kita perlu pahami apakah nilai yang kita pegang, apakah yang kita sukai dan tidak sukai serta apa yang menjadi kelemahan kita. Kelihatannya sederhana, namun kita sering merasa terlalu yakin dan tidak mau mendengar masukkan dari orang lain. Sadari juga apakah kecakapan yang kita miliki masih bisa dikembangkan atau tidak dan apakah kita cukup cakap untuk hal-hal tertentu. Menjadi lebih dan tetap terbuka terhadap kritik dan saran akan menjadi kunci penting bagi kesadaran diri kita.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun