Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership) Blanchard & Hersey
Ketika kita membahas kepemimpinan dan kita merujuk kepada Pemimpin, ada pertanyaan siapakah yang harus menyesuaikan diri? Pemimpin atau yang dipimpin? Yang biasa kita pahami adalah yang dipimpin selalu pada posisi harus menyesuaikan diri dengan pemimpinnya daripada sebaliknya. Hal itu barangkali tepat ketika kita membahas model kepemimpinan otokratik yang pemimpin adalah segalanya dan harus dituruti apapun keinginannya.
Kenneth Blanchard dan Paul Hersey (1970) mengusulkan suatu pola di mana yang menyesuaikan diri atau beradaptasi adalah Pemimpin bukan yang dipimpin. Teori yang diusulkannya adalah Situational Leadership atau Kepemimpinan Situasional. Artikel ini merupakan bagian ketiga dari seri artikel tentang kepemimpinan. Pada tulisan sebelumnya dibahas tentang Jejaring Manajerial atau Managerial Grid dari Blake dan Mouton. Untuk artikel ini akan dibahas secara komprehensif tentang Kepemimpinan Situasional.
Apakah Kepemimpinan Situasional?
Kepemimpinan Situasional (Situational Leadership®) adalah tentang upaya adaptasi dari gaya kepemimpinan seseorang terhadap masing-masing situasi yang unik atau tugas dalam rangka memenuhi kebutuhan dari tim atau anggota tim.
Dalam kacamata Blanchard dan Hersey, dapat dikatakan bahwa tidak ada satu gaya yang cocok untuk semua situasi. Pemimpin juga bisa menggunakan gaya yang berbeda yang dipaskan dengan masing-masing situasi yang ada, bahkan dengan tim yang sama sekalipun.
Fokus dari model Kepemimpinan Situasional ini ada dua dimensi untuk adaptasi pemimpin dalam memaksimalkan gaya memimpinya, yaitu:
Perilaku Tugas - apakah pemimpin memberikan banyak arahan atau memberikan lebih banyak otonomi
Perilaku Hubungan - apakah pemimpin bekerja dekat secara hubungan atau cenderung menjaga jarak
Para pemimpin bisa memilih untuk mengambil intensitas tinggi atau rendah untuk kedua dimensi tersebut yang sering digambarkan dalam matriks 2 x 2 d bawah ini
Teori Kepemimpinan Situasional adalah model yang dibuat saat Dr. Paul Hersey dan Dr. Ken Blanchard yang menulis buku Management of Organizational Behavior. Teori ini pertama kali diperkenalkan pada tahun 1969 dengan judul “Life Cycle Theory of Leadership” dan pada pertengahan tahun 1970-an nama nya diubah menjadi Situational Leadership Theory.
Kepemimpinan Situasional adalah salah satu dari beberapa teori atau model kepemimpinan dua faktor yang muncul mulai pertengahan tahun 1940-an dan berlanjut hingga tahun 1960-an, yang juga mencakup Managerial Grid karya Blake dan Mouton, Teori 3D karya William James Reddin, dan teori Dua faktor Frederick Herzberg.
Gaya Kepemimpinan
Dengan melihat pada pemimpin suatu organisasi pada skala besar atau unit kerja pada skala yang kecil, Blanchard dan Hersey merumuskan jenis-jenis gaya kepemimpinan yang berbeda namun ditentukan oleh intensitas pembangunan hubungan dan tingkat fokus kepada tugas. Keempat gaya tersebut diberi nama S1, S2, S3 dan S4. Penjelasannya seperti ini:
S1 (Telling – Perintahkan/ Arahkan)
Jika dilihat pada diagram di atas, S1 intensitas hubungan atau dalam hal ini interaksi dan fokus kepada tugas, dalam hal ini detail dan kadang memerlukan terjun langsung dengan cara atau teknik mengerjakannya. Istilahnya Hubungan Perilaku rendah, artinya tidak penting untuk membujuk atau meminta tapi lebih kepada pemberian perintah. Sementara untuk tugas sangat tinggi fokusnya dan intensif.
S2 (Selling/Coaching – Pendampingan)
Model ini adalah kedua dimensi yaitu Tugas dan Hubungan sama -sama tinggi, artinya staff atau anak buah pimpinan didampingi dalam mengerjakannya dan juga dengan cara yang lebih membujuk ketimbang memberikan perintah. Pada bagian bawah akan terlihat model ini akan cocok untuk jenis Kesiapan anak buah dalam menerima tugas dan tingkat kepercayaan dirinya. Pemimpin memberikan arahan terhadap tugas dan juga membangun hubungan yang cukup dekat agar anak buah lebih bersemangat.
S3 (Supporting – Partisipasi/dukung)
Untuk model ini Pemimpin menunjukkan perhatiannya dengan ikut mendukung mengerjakan tugas yang diemban anak buahnya, meskipun sifatnya sederhana karena sifatnya lebih mendukung ketimbang mengerjakan. Contohnya adalah menemani anak buahnya menyelesaikan tugas sampai selesai. Berbagi tanggungjawab dan bekerja seperti tim menjadi ciri khas gaya ini. Kesan suasananya egaliter dan penuh kehangatan.
S4 (Delegating – Pendelegasian)
Dimensi hubungan dan tugas sama sama rendah, artinya pemimpin hanya meminta keluaran sebagai hasil pekerjaannya. Pemimpin tidak perlu mengawasi apalagi ikut mengerjakan tugas dan hanya memonitor pelaksanaan tugas.
Tingkat Kematangan dan Kesiapan Staf (anak buah)
Ketika kita bahas tentang gaya kepemimpinan, tentu harus kita pahami tentang tingkat Kematangan (M-Maturity) yang lalu diubah setelah beberapa lama menjadi tingkat Kesiapan Kinerja staf atau anak buah (R-Readiness). Perubahan merupakan perkembangan karena aspek kematangan lebih condong kepada tugas. Dengan perubahan kepada Kesiapan Kinerja, maka aspek tugas dan mental akan lebih jelas. Dari aspek penjelasan dari R1 s.d. R4 juga lebih ringkas.
Tingkat Kematangan (M-Maturity) dan Kesiapan Kinerja (R-Readiness) ada 3 tingkatan yaitu Rendah, Sedang dan Tinggi. Koneksi antara Gaya Kepemimpinan dengan Tingkat Kematangan dan Tingkat Kesiapan Kinerja digambarkan pada tabel di bawah ini.
Paul Hersey berpendapat bahwa pengembangan kesiapan kinerja tidaklah linier sifatnya. Ketika mengembangkan Kesiapan Kinerja, setiap orang sifatnya unik. Orang biasanya tidak memulai dari R1, lalu maju ke R2, R3 dan kemudian R4. Seorang pemimpin yang berhasil diharapkan mampu mengembangkan kompetensi dan komitmen orang-orangnya, sehingga mereka memiliki motivasi diri dan tidak bergantung pada orang lain untuk mendapatkan arahan dan bimbingan. Dia juga mengatakan bahwa ekspektasi yang tinggi dan realistis dari seorang pemimpin memotivasi kinerja yang tinggi dari anak buah dan rendahnya ekspektasi dari seorang pemimpin juga menyebabkan rendahnya kinerja dari anak buah.
Kepemimpinan Situasional II (Situational Leadership II/SLII)
Hersey and Blanchard melanjutkan pengembangan konsep Kepemimpinan Situasional sampai dengan tahun 1977 ketika mereka mulai membentuk perusahaan terkait konsep kepemimpinan situasional. Pada akhir 1977. Paul Hersey mengubah nama konsepnya dari Situational Leadership Theory menjadi Situational Leadership.
Tahun 1985 Kenneth Blanchard mengenalkan Situational Leadership II (SLII) di dalam bukunya berjudul Leadership and the One Minute Manager: A Situational Approach to Managing People. Konsep SLII inilah yang banyak dipakai sampai saat ini dan dikembangkan terus.
Perbedaan yang signifikan dalam penggunaan istilah dari Situational Leadership ke Situational Leadership II, yang sebelumnya adalah Perilaku Hubungan (Relationship Behaviour) dipertajam menjadi Perilaku Dukungan (Supportive Behaviour), dan Perilaku Tugas (Task Behaviour) diperbaharui menjadi Perilaku Arahan/Perintah (Directive Behaviour).
Tingkat Perkembangan
Di dalam perkembangan terkini, Kenneth Blanchard dalam model Situational leadership II menggunakan istilah Kompetensi yang selaras dengan kemampuan, pengetahuan dan kecakapan dan Komitmen untuk menunjukkan kepercayaan diri dan motivasi. Kedua istilah ini menggambarkan suatu istilah baru berikutnya yaitu Perkembangan (Development).
Dalam pengembangan konsep SLII, Kenneth Blanchard mengatakan bahwa empat kombinasi dari Kompetensi dan Komitmen menghasilkan 4 Tingkat Perkembangan. Perkembangan atau Development menggunakan singkat D. Dengan demikian, maka ada 4D yang selaras dengan 4S, dengan gambaran dalam tanel di bawah ini:
Agar bisa mengelola individu atau grup dengan kriteria D1 sampai D4 ini, seorang pemimpin perlu memotivasi anak buahnya secara cermat dengan menyesuaikan gaya memimpinnya dikaitkan dengan tingkat perkembangan anak buahnya. Blanchard memperkirakan bahwa D1 memerlukan gaya yang lebih memberikan arah atau perintah (S1), sementara D2 memerlukan S2. Begitu juga D3 memerlukan gaya yang lebih mendukung (S3) dan S4 pas untuk D4.
Tingkat Perkembangan individu dipandang sebagai suatu kemajuan yang sifatnya perlahan dan bertahap. Dengan demikian, maka seorang Pemimpin harus menyesuaikan gayanya dengan anak buahnyang dia kelola.
Kunci dari suatu organisasi dikaitkan dengan kinerja pemimpin dan anak buahnya adalah kemampuan dari sang pemimpin untuk memahami anak buahnya dan menyesuaikan gaya kepemimpinannya yang tepat dengan tingkat perkembangan anak buah. Tentu saja posisi anak buah tidaklah menentukan, karena bagaimanapun peran pimpinan lebih kuat dalam mengarahkan dan mengelola organisasi dengan memberdayakan anak buahnya.
Selamat Memahami Anak Buah dan Pimpinlah dengan Strategi yang tepat! Salam, dan nantikan tulisan ketiga dari Seri Kepemimpinan yaitu Kepemimpinan Transformasi.
Referensi
- Blanchard, Kenneth H., Patricia Zigarmi, and Drea Zigarmi. Leadership and the One Minute Manager (1985): Increasing Effectiveness through Situational Leadership. New York: Morrow Print.
- Hersey, P. (1985). The situational leader. New York, NY: Warner Books. ISBN 978-0446513425
- Blanchard, K. H., & Johnson, S. (1982). The one minute manager. 1st Morrow ed. New York, Morrow. ISBN 978-0-688-01429-2
- Hersey, P. and Blanchard, K. H. (1977). Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources (3rd ed.) New Jersey/Prentice Hall, ISBN 978-0132617697
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H