Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Pemimpin Itu Dilahirkan atau Diciptakan?

7 Agustus 2024   06:00 Diperbarui: 7 Agustus 2024   12:07 40
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemimpin itu dilahirkan atau diciptakan?

Jika kita lihat sekeliling kita, selalu ada pemimpin dari satu kelompok orang, baik yang dipilih maupun yang muncul sendiri,dan secara natural dia menjadi pemimpin kelompoknya. Dalam hati, penulis sering bertanya-tanya apakah pemimpin itu dilahirkan atau terlahir sebagai pemimpin, ataukah dia diciptakan oleh sistem atau proses dalam pelatihan baik dikelas maupun di luar kelas.

Apakah seorang pemimpin itu memiliki DNA (Deoxyribonucleic acid) atau sifat bawaan sebagai pemimpin dari sejak dia berada dalam kandungan dan muncul ketika sampai usia tertentu, di mana seseorang mulai berinteraksi dan menunjukkan bakat memimpin. Ataukah dia mungkin tidak mempunyai DNA pemimpin, namun karena dia mewarisi suatu organisasi atau bisnis atau seorang anak yang akan menggantikan ayahnya yang seorang raja, maka dia dilatih agar siap menjadi pemimpin, melalui proses yang bertahap dan mendatangkan beberapa guru agar benar-benar terlatih menjadi pemimpin.

Debat antara dua kubu apakah pemimpin dilahirkan atau dilatih tetap berjalan dan tidak akan pernah berakhir. Namun yang pasti ada kesepakatan bahwa yang banyak terjadi adalah kombinasi dari kedua jenis pemimpin tadi. Kemampuan memimpin mungkin memang muncul dari dalam sebagai bakat sejak lahir, tapi kualitas dan kemampuan memimpin lebih banyak berkembang dalam kurun waktu tertentu, yang melibatkan pembelajaran dan juga pengalaman.

Sisi lainnya adalah skill kepemimpinan dapat ditingkatkan jika seseorang memiliki hasrat untuk menjadi seseorang yang memiliki kompetensi lebih sebagai pemimpin. Dalam beberapa penelitian diindikasikan bahwa kepemimpinan itu hanya 30% yang sifatnya genetik atau keturunan dan selebihnya adalah berdasarkan usaha, pelatihan dan pengalaman. Dengan demikian, sangat terbuka bagi siapa saja untuk menjadi pemimpin yang lebih efektif melalui cara-cara yang menajamkan kemampuannya dalam memimpin.

Studi tentang kepemimpinan dari cerita-cerita lama bisa dinikmati lewat sejarah, dan juga film-film yang menceritakan tentang kepahlawanan yang di dalamnya ada aspek-aspek kepemimpinan. Juga cerita-cerita kuno seperti Hercules, Achilles, Ranggalawe di Indonesia, termasuk kisah para Nabi dan pengikutnya dan banyak lagi cerita kepahlawanan yang seru untuk dibaca.

Sementara untuk studi tentang kepemimpinan secara akademis akan diuraikan secara ringkas dan akan dibahas secara mendalam pada tulisan-tulisan berikutnya. Milestones nya dimulai di tahun 1961 (Robert R. Blake and Jane Mouton-Managerial Grid), dilanjutkan pada tahun 1969 (Hersey Blanchard - Situational Leadership), seterusnya tahun 1878 (James MacGregor Burns – Transformational Leadership) dan 2003 (Bill George – Authentic Leadership).

Managerial Grid (Jaringan Manajerial)

credit myorganisationalbehaviour.com/managerial-grid
credit myorganisationalbehaviour.com/managerial-grid
Model ini merupakan alat yang membantu pimpinan suatu unit kerja memprioritaskan tindakan mereka dan fokus pada hal yang paling penting bagi keberhasilan tim. Model ini memberikan kerangka kerja untuk memahami gaya dan strategi kepemimpinan yang berbeda-beda dan membantu pimpinan mengidentifikasi pengembangan dan gaya pribadinya.

Manajerial Grid yang digagas oleh Robert R. Blake and Jane Mouton (1969) dikembangkan berdasarkan studi terhadap sekitar 5.000 manajer di beberapa jenis organisasi. Inti dari Manajerial Grid adalah dua dimensi: Kepedulian terhadap manusia dan Kepedulian terhadap produksi.

Kepedulian terhadap manusia mengacu pada sejauh mana seorang pemimpin berfokus pada kesejahteraan dan pengembangan karyawannya. Kepedulian terhadap produksi berkaitan dengan penekanan pada pencapaian tujuan atau target dan pemenuhan tujuan organisasi.

Gaya kepemimpinan dengan format Managerial Grid akan kita kupas secara lebih elaboratif pada tulisan selanjutnya.

Situational Leadership (Kepemimpinan Situasional)

credit to Investopedia
credit to Investopedia

Situational Leadership dikembangkan oleh Paul Hersey and Ken Blanchard tahun 1969 dengan bukunya menjadi best seller “Management of Organizational Behavior: Utilizing Human Resources.” Buku ini terjual jutaan kopi dan memberi dampak pada dunia bisnis.

Situational Leadership adalah gagasan bahwa pemimpin yang efektif menyesuaikan gayanya dengan setiap situasi. Tidak ada satu gaya yang cocok untuk semua situasi. Pemimpin bisa menggunakan gaya yang berbeda dalam situasi dihadapi, bahkan ketika bekerja dengan tim, atau karyawan yang sama.

Kebanyakan model menggunakan dua dimensi dimana para pemimpin dapat menyesuaikan gaya mereka, pada:

  • Perilaku Tugas yaitu apakah pemimpin lebih memberi arahan atau memberi lebih banyak otonomi.
  • Perilaku Hubungan yaitu pemimpin bekerja secara lebih erat atau kurang erat.

Hersey dan Blanchard mengkarakterisasi gaya kepemimpinan dalam kaitannya dengan intensitas perilaku tugas dan perilaku hubungan yang diberikan pemimpin kepada bawahannya. Mereka mengkategorikan semua gaya kepemimpinan ke dalam empat gaya perilaku, berdasarkan kombinasi perilaku tugas tinggi atau rendah dan perilaku hubungan tinggi atau rendah, dan diberi nama S1 hingga S4.

S1 adalah Perintah (Arahan) atau Telling di mana bawahan mengikuti arahan dan perintah. Fokus kepada tugas dan bukan hubungan. Hal ini karena bawahan tidak siap secara mental dan tidak mampu secara teknis; S2 Menjual (Membimbing) atau Selling di mana bawahan siap untuk bekerja namun kurang kompeten, sehingga pimpinan membimbing bawahan sampai mampu. Berikutnya adalah S3 atau berpartisipai dan mendukung (Participating) karena bawahan mampu secara teknis namun kurang siap secara mental. Dalam hal ini, maka pimpinan ikut dalam proses kerja dan mendukung bawahan secara mental. Terakhir adalah S4 yaitu mendelegasikan (delegating) karena bawahan siap secara mental dan mampu secara teknis. Pendelegasian menunjukkan bahwa pimpinan mempercayai bawahannya akan menjalankan tugasnya dengan baik tanpa harus didampingi atau dibimbing.

Situational Leadership akan dibahas secara lebih komprehensif pada tulisan selanjutnya.

Transformational Leadership

credit to Linkedin/Sajid Khan
credit to Linkedin/Sajid Khan

Transformational Leadership atau Kepemimpinan Transformasional adalah gaya kepemimpinan yang berfokus pada konsep menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk mencapai potensi penuh mereka dan melampaui harapan mereka sendiri. Teori ini pertama kali diperkenalkan oleh James MacGregor Burns pada tahun 1978 dan kemudian dikembangkan lebih lanjut oleh Bernard M. Bass pada tahun 1980-an. Sejak saat itu, pendekatan ini banyak mendapat pengakuan dan diterapkan secara luas di berbagai organisasi, mulai dari bisnis dan pendidikan hingga layanan kesehatan dan pemerintahan.

Kepemimpinan tentu memainkan peran penting dalam membentuk budaya dan kinerja organisasi. Kepemimpinan transformasional dipandang sebagai pendekatan yang ampuh dan efektif untuk menginspirasi perubahan positif dalam organisasi. Gaya kepemimpinan ini memberdayakan para pemimpin untuk memotivasi dan menginspirasi tim mereka, mendorong inovasi, pertumbuhan, dan tujuan bersama.

Kepemimpinan transformasional berbeda dengan gaya lain seperti kepemimpinan transaksional (yang berfokus pada penghargaan dan sanksi) dan kepemimpinan laissez-faire (yang melibatkan keterlibatan minimal dari yang lain). Pemimpin transformasional lebih fokus untuk menginspirasi dan memberdayakan pengikut atau bawahan untuk mencapai potensi penuh mereka.

Kita akan membahas secara mendalam tentang Transformational Leadership dalam tulisan selanjutnya.

Authentic Leadership (Kepemimpinan otentik)

credit to LSA
credit to LSA

Authentic Leadership (Kepemimpinan otentik) adalah gaya kepemimpinan yang ditunjukkan oleh individu yang memiliki standar integritas tinggi, bertanggung jawab atas tindakannya, dan mengambil keputusan berdasarkan prinsip yang dipegang, bukan kesuksesan jangka pendek. Mereka menggunakan kompas batin untuk memandu tindakan sehari-hari, yang memungkinkan mereka mendapatkan kepercayaan dari bawahan, rekan kerja, dan pemangku kepentingan. Pemimpin otentik berupaya menciptakan lingkungan kerja yang mudah didekati dan meningkatkan kinerja tim.

Pembeda utama kepemimpinan otentik adalah motivasi yang melatarbelakanginya. Seorang pemimpin yang otentik berupaya menciptakan hubungan yang bermakna dengan timnya saat mereka berupaya mencapai tujuan yang terkait dengan misi dan sasaran organisasinya—bukan sekadar keuntungannya.

Meskipun sudah dibahas di kisaran tahun 1960, namun baru pada tahun 2003 teori Authentic Leadership diperkenalkan secara formal oleh Professor Bill George di tahun 2003 melalui bukunya berjudul Authentic Leadership. Di dalam bukunya ini Bill George menjelaskan bahwa untuk menjadi pemimpin yang berhasil adalah dengan menjadi dirinya sendiri.  

Kesimpulan

Terkait dengan apakah seorang pemimpin dilahirkan atau dibentuk, berdasarkan penelitian hanya 30% yang sifatnya genetik, selebihnya pada pembelajaran dan pengalaman. Ada asumsi penulis bahwa karakter dasar seseorang juga menentukan apakah dia memiliki DNA seorang pemimpin atau tidak. Jika dihubungkan dengan Karakter Dasar versi Charles Handy, maka seseorang yang memiliki sifat dasar Zeus dan Athena memiliki setidaknya DNA dari seorang pemimpin karena Zeus memiliki sifat yang berani mengambil resiko, sementara Athena memiliki sifat avonturir dan mampu memimpin timnya dengan gaya yang egaliter. Apollo dan Dionysus lebih khusus ke arah sistem dan juga pendekatan keilmuan. Kombinasi dari ke empat jenis karakter dasar juga bisa menjadi penentu dengan catatan yang dominannya adalah Zeus dan Athena.

Jika dikaitkan dengan DISC dari William Marston, seseorang yang dominannya D (Dominant) dan I (Influential) memiliki bakat memimpin, termasuk kombinasi antara ke empat sifat tersebut. Kombinasi seperti DI, ID, IS, IC adalah contoh yang memiliki bakat memimpin.

Dengan peran yang 30% genetik dalam kemampuan memimpin, maka pelatihan yang intensif, pembelajaran mandiri atau dalam sistem yang dirancang khusus atau pengalaman hidup menjadi modal menjadi pemimpin yang sukses,

Ke empat model kepemimpinan yang di bahas di atas memberikan gambaran deskriptif dan juga preskriptif dari seorang pemimpin. Pembahasan ke empat model kepemimpinan bersifat ringkas dan bersifat permukaan. Pada tulisan-tulisan berikutnya  akan digali secara mendalam satu persatu. Salam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun