Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Tipe Adaptif atau Innovatif, Anda yang Mana?

19 Juli 2024   11:05 Diperbarui: 20 Juli 2024   21:00 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
credit to Didi (Adapted from KAI foundation)

Kirton Adaption-Innovation (KAI) Theory 

Dalam kehidupan sehari hari kita senantiasa membuat keputusan, entah mau pergi untuk berbelanja kemana, untuk pergi ke satu lokasi yang menyenangkan untuk healing, untuk memutuskan makan apa hari ini, atau memilih telepon seluler (bisa handphone biasa atau smartphone atau tablet) untuk kebutuhan kita berkomunikasi. Semuanya memerlukan pertimbangan dan kecepatan kiita dalam memutuskan.

Ternyata sebagai pemimpin atau bukan, kita senantiasa membuat keputusan dan kecenderungannya ada di rentang Adaptif atau Innovatif. Rentang tersebut sesungguhnya meliput dua aspek yang diteliti oleh seorang psikolog yang juga penulis, Michael Kirton, yaitu Kognisi dan Kreatifitas. Kita lihat definisi dari dua hal tersebut:

Kognisi adalah segala aktivitas mental yang saling berhubungan antara persepsi, pikiran, ingatan, dan pengolahan informasi. Artinya kemampuan otak kita untuk mengolah infomasi, menghitung, memperkirakan dan juga menentukan sesuatu berdasarkan data yang ada (Wikipedia)

Kreativitas mengandung arti kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan cara menghubungkan beberapa hal yang sudah ada dan menjadikan sesuatu hal yang baru (Wikipedia)

Pada tahun 1976 (dikembangkan lebih lanjut pada tahun 2003) Kirton menguraikan teori kognisi untuk memahami seseorang agar dapat mengidentifikasi pendekatan utamanya dalam pemecahan masalah. Dia menyatakan bahwa manusia berada di dalam dua rentang tersebut yaitu kecenderungan beradaptasi atau berkreasi. Secara prinsip kedua sisi tersebut bersifat kreatif namun dengan cara yang berbeda. 

Ciri Adaptor dan Inovator

Seseorang yang preferensi adaptasinya tinggi menyukai pencarian solusi melalui sistem kerja atau sumber daya yang ada, yang sudah mapan dan berjalan baik. Apabila sistem atau struktur kerja belum rapi, dia akan menata dulu, dan ketika sudah rapi, baru solusi dari masalah diupayakan.

Sementara untuk yang kemampuan berkreasinya tinggi (Kreativitas Tinggi) lebih memilih terbebas dari sistem atau struktur yang ada, karena dia melihat justru sistem yang akan mengganggu kemunculan dari kreativitas dan solusi yang baru. Secara ringkas teori Adaptasi dan Kreativitas dapat dilihat pada diagram di bawah ini:

 credit to Didi (adapted from ResearchGate)
 credit to Didi (adapted from ResearchGate)

Pada dasarnya kedua tipe orang tersebut sama-sama memiliki keahlian dalam memecahkan permasalahan dalam kehidupan. Tantangan masing-masing tipe juga berbeda. Bagi Adaptor solusi akan efektif dengan menggunakan metode yang umum digunakan dan telah terbukti berhasil, sementara bagi Inovator mencari solusi dengan cara yang biasa-biasa dirasakan   kurang menantang dan membosankan. 

Baginya mencari solusi dengan cara yang baru akan memberikan nilai lebih. Karena caranya berbeda bagi Adaptor dan Inovator, maka solusi yang dihasilkannya pun berbeda, namun satu sama lain memiliki nilai tambah tersendiri.

Kirton menekankan bahwa di dalam suatu organisasi diperlukan dua tipe ini sebagai agen perubahan, artinya setiap ada permasalahan pendekatan yang diambil tetap dari dua sisi, sisi konservatif atau sisi yang cenderung radikal. 

Misalnya dalam suatu perusahaan ada masalah tingkat kepuasan pegawai atau karyawan yang menurun. Maka diperlukan pendekatan yang lebih adaptif terhadap faktor-faktor yang sudah berjalan di perusahaan tersebut dengan melihat pada relasi antar pegawai dan juga antar struktur dalam organisasi. Bisa dilakukan survey kepuasan pegawai dan selanjutnya dibahas hasilnya bersama sama secara bertingkat dari mulai tingkatan CEO, Manajer sampai karyawan. Pembahasan secara bersama dapat dilakukan setelah semua memahami aspek-aspek yang terkait. 

Model yang lebih konservatif ini adalah untuk mencari solusi namun tidak sampai harus mengganggu jalannya produksi atau keluaran perusahaan. (do not rock the boat). Biaya yang diperlukan untuk pendekatan ini biasanya juga normal.

Sementara itu jika ada permasalahan dengan penjualan yang merosot tajam dan setalah dilihat disebabkan oleh faktor eksternal dan ketidaksiapan internal perusahaan dalam merespon, maka diperlukan pendekatan yang cenderung radikal. Diperlukan usaha ekstra yang memerlukan pemikiran dan pencarian solusi yang tidak biasa. Bisa saja dilakukan operasi besar-besaran terhadap kondisi perusahaan dan produk-produk yang dilepas ke pasar. 

Jika penyebabnya adalah masalah ketidaksiapan secara teknologi, maka investasi besar perlu disuntikkan ke perusahaan yang bisa berupa modal maupun tenaga ahli dan juga model produk yang harus mampu mengguncang pasar. Biaya yang diperlukan untuk perubahan radikal biasanya juga mahal, dengan resiko yang tinggi namun jika berhasil akan memberi keuntungan besar.

Kendaraan Listrik

credit to Antara News
credit to Antara News

Dewasa ini sedang berlangsung pertarungan antara adaptasi dengan inovasi di dalam model-model kendaraan listrik. Kita belum tahu apakah semua produsen kendaraan akan tetap bertahan dengan mesin ruang bakar (combustion engine), ataukah secara bertahap mulai menggarap kendaraan listrik atau secara total beralih menjadi produsen kendaraan listrik.

Kita lihat beberapa pemain baru yang langsung menggarap mobil listrik seperti Tesla, BYD (Build Your Dream), Neta dan bahkan yang sebelumnya hanya memproduksi smartphone sekarang menggarap mobil listrik yaitu Xiaomi. Apple juga sdg membuat mobil Apple yang sampai sekarang belum dirilis. 

Beberapa produsen mobil yang sebelumnya berinovasi dalam mobil ruang bakar mulai melirik dan memproduksi mobil listrik sesuai dengan brand imagenya sendiri. BMW dan Mercedes mulai menawarkan beberapa model, Honda dan Toyota sesungguhnya sejak lama menawarkan mobil setengah listrik atau Hybrida dan sekarang mulai juga dengan mobil listrik murni meskipun terkesan belum total. Suzuki menawarkan hybrida yang masuk dalam kelas yang ringan yang tidak mempengaruhi harga jualnya. 

Sementara untuk real hybrida dan mobil listrik harganya termasuk tinggi. Diyakini bahwa dua pendekatan dalam mengatasi permasalahan jenis kendaraan ini adalah baik itu Adaptasi maupun Innovasi. 

Michael Kirton juga sudah mengembangkan inventory (perangkat) yang bisa mengukur apakah kita tipe Adaptor atau Inovator. Dari lebih dari 500 sampel orang yang mengisi perangkat yang terdiri dari 32 pernyataan ternyata kecenderungannya seimbang antara sampel yang ekstrim Adaptor dan ekstrim Inovator, hanya masing-masing 2 % yang murni Adaptor dan Inovator, masing-masing 14% yang cenderung kepada Adaptor dan Inovator. dan sisanya ada di tengah-tengah (68%). Dengan gambaran tersebut, maka dua rentang tersebut ketika telah diukur, memunculkan kurva normal seperti pada grafik di atas.

Kesimpulan

Penulis melihat 2 jenis pembuat keputusan tersebut jika dikaitkan dengan sifat dasar atau tipologi manusia juga menyambung dengan signifikan. Jika kita melihat karakter dasar dari Charles Handy, maka model Adaptor terkoneksi dengan Apollo yang menyukai keteraturan dan sistem yang baku. Sementara Athena menyukai petualangan, namun tetap dalam koridor yang aman. Jadi Adaptor adalah kombinasi dari Apollo dan Athena. Sedangkan untuk Inovator adalah gabungan dari Zeus yang suka dengan tantangan dan spekulasi, digabung dengan Dionysus yang unik karena sering memiliki ukuran-ukuran sendiri untuk banyak hal. Inovator adalah gabungan dari Zeus dan Dionysus. Tentang Karakter Dasar karya Charles Handy bisa dibaca di sini.

Sementara untuk DISC (Dominant, Influencing, Steady, Compliance) dari William Moulton Marston, untuk Adaptor selaras dengan yang memiliki sifat S dan C karena keduanya sama sama fokus dengan konsistensi dan aturan. Sedangkan Inovator selaras dengan D yang berani ambil resiko dan I dan mudah bosan dengan hal yang itu itu saja. Karakter Dasar gagasan Charles Handy dan DISC dari Marston sudah dibahas Penulis pada artikel-artikel sebelumnya.

Yang utama adalah kedua model ini, Adaptor dan Inovator tidak ada yang lebih baik yang satu dari yang lain, keduanya memiliki nilai masing-masing yang sesuai dengan kebutuhan perubahan yang diperlukan. Apakah perubahan yang sifatnya bertahap atau dengan hasil yang lebih mudah diprediksi atau perubahan radikal yang hasilnya sering tak bisa diduga. 

Kirton mengusulkan adanya bridge atau jembatan, yaitu seseorang yang memiliki kemampuan menjadikan kedua model ini bekerja sesuai dengan kebutuhan. Jembatan ini bisa atasannya atau koleganya yang dapat diterima dan dihargai oleh kedua agen perubahan tersebut.

Selamat melakukan perubahan!, apakah anda suka melakukan adaptasi atau perubahan yang bertahap atau dengan gradasi atau yang ingin perubahan dengan mendasar dan radikal yang berharap hasil yang tidak biasa. Tidak ada yang salah, yang penting sesuai dengan kebutuhan. Salam.

Referensi

Kirton, M. (1976). Adaptors and innovators: A description and measure. Journal of Applied Psychology, 61(5), 622-629.

Kirton, M. J. (2003). Adaption-innovation: In the context of diversity and change. New York, NY: Routledge.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun