Mohon tunggu...
Didi Kurniadinata
Didi Kurniadinata Mohon Tunggu... Human Resources - Pengajar, Konsultan SDM, Trainer, Penulis,

Praktisi dan pemerhati pengembangan sumber daya manusia melalui konsultansi, pelatihan, asesmen. Menyukai sepakbola, otomotif dan jalan-jalan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Tujuh Kebiasaan (Habits) Melekat pada Orang yang Sangat Efektif - Stephen Covey

28 Juni 2024   10:49 Diperbarui: 28 Juni 2024   11:46 685
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

7 Kebiasaan (Habits) Hebat

Beberapa tahun ke belakang, Stephen Covey sangat terkenal sebagai pakar dan penulis buku The Seven Habits of Highly Effective People, yang menjadi salah satu bahan diskusi, seminar dan pelatihan. Buku tersebut termasuk yang memiliki angka penjualan yang tertinggi di toko-toko buku baik offline maupun online.

Buku the seven habits ini berfokus pada perilaku dan tindakan yang Stephen Covey sebut sebagai Etika Kepribadian. Dia melakukan pergeseran dalam pembahasan tentang aspek kepemimpinan, dari yang sebelumnya pada karakter dan nilai-nilai utama menjadi tindakan atau aksi dan perilaku untuk yang dihadapi sebagai pemimpin.

Stephen Covey meyakini bahwa seseorang tidak akan menjadi orang yang lebih sukses atau lebih baik hanya dengan mengubah perilaku atau sikap yang terlihat. Penelitian yang dilakukannya menghasilkan pendekatan baru dalam manajemen yang disebut dengan Kepemimpinan yang Berpusat pada Prinsip. Stephen Covey mengusulkan agar kita memperhatikan prinsip-prinsip kita, bagaimana kita melihat dunia sekeliling kita dan persepsi kita terhadap orang lain. Selanjutnya kita bisa berperilaku yang konsisten dengan prinsip-prinsip tersebut.

Stephen Covey beranggapan bahwa sebagai manusia kita mengadopsi prinsip-prinsip hidup yang mulia dan abadi yang menjadi pegangan peradaban, komunitas, agama dan sistem etika. Dia sebelumnya menyusun daftar dari prinsip-prinsip yang sangat penting dalam kehidupan seperti keadilan, integritas, kejujuran, keluhuran manusia, pelayanan, kualitas, potensi, keistimewaan, pertumbuhan, kesabaran, ketelatenan dan dorongan.

The Seven Habits dirumuskan oleh Stephen Covey sebagai gambaran dari suatu cara berpikir, berkehidupan dan perbuatan yang selaras dengan prinsip-prinsip hidup. Kebiasaan tersebut memerlukan komitmen yang kuat untuk mencapainya dengan berbagai cara. Pertama kita perlu menghilangkan kebiasaan lama dan mengadopsi yang baru. Agar berhasil dalam mengadopsi kebiasaan yang baru, the seven habits yang dicanangkan Stephen Covey  baiknya dijalankan secara berurutan agar bisa mengikuti alur pada Rentang Kedewasaan (maturity continuum). Rentang tersebut terkait dengan ketergantungan (dependence), selanjutnya ketidaktergantungan (independence) sampai titik akhirnya adalah saling-ketergantungan (inter-dependence).  Rentang Kedewasaan ini akan dibahas pada tulisan selanjutnya, karena menarik dan memerlukan elaborasi, serta menunjukkan di tahap mana saat ini kita berada.

Tujuh Kebiasaan (The Seven Habits)

1.   Menjadi Proaktif

Proaktif adalah bagaimana kita dapat mengendalikan diri kita untuk sigap dalam melakukan inisiatif kita. Kebiasaan ini melibatkan beberapa hal sbb:

  • Tidak membiarkan hidup kita dibentuk oleh faktor penentu yang lain.
  • Menerima tanggungjawab untuk tidanakan kita dan apa yang terjadi pada diri kita.
  • Membuat keputusan kita sendiri
  • Mampu menentukan tanggapan kita terhadap apa yang terjadi di lingkungan.
  • Tidak memandang diri kita sebagai korban yang pasif dari permainan orang lain.

2.  Mulailah dengan Akhir di dalam benak kita

Kebiasaan kedua ini adalah tentang bagaimana kita bisa memiliki tujuan yang jelas, tentu berdasarkan prinsip dan ingin menjadi apa kita. Stephen Covey menyarankan dua cara untuk bisa melakukan hal ini, yaitu pertama, apa yang kita inginkan orang lain berkata tentang kita pada waktu kita meninggalkan dunia ini. Kedua, dengan cara mengembangkan suatu pernyataan pribadi yang memperjelas kehidupan seperti apa yang kita inginkan. Ini seperti cita-cita namun lebih pada aspek yang luhur, yaitu citra yang kita inginkan di dalam benak orang lain. Serupa dengan konsep Self-Fulfilling prophecy (David K Merton, 1948) di mana kita menginduksi diri kita untuk bercita-cita menjadi orang baik atau orang dengan gambaran tertentu, dan hal itu didorong oleh diri kita sendiri. Untuk mencapai tujuan itu, perilaku kitapun akan terpengaruh menjadi lebih mendukung keinginan yang ingin dicapai.

3.  Posisikan hal utama sebagai yang utama

Hal ini adalah tentang prioritas yang jelas dan memanfaatkan waktu dan sumber daya yang selaras dengan prioritas tersebut. Untuk bisa memperlakukan prioritas dengan benar Stephen Covey mendorong kita untuk mengidentifikasi satu hal yang kita tidak lakukan saat ini, namun jika dilakukan secara teratur akan memberikan dampak positif yang besar dalam hidup kita. Dia juga menyarankan agar kita mengabdikan waktu dan energi kita untuk hal-hal penting yang menyumbang signifikan pada pencapaian tujuan-tujuan kita daripada kita mengelola hal-hal yang mendesak tapi kurang penting.

Untuk membantu kita dalam memprioritaskan apa yang kita kerjakan, Stephen Covey mengusulkan 4 kuadran di bawah ini. Dia membagi kegiatan kita ke dalam 2 kontinuum yaitu Penting sampai dengan Tidak Penting dan Mendesak sampai dengan Tidak Mendesak. 2 kontinuum tersebut dipersilangkan dan menghasiljan 4 kuadran yaitu Q1 (Kebutuhan) yang terbentuk dari hal-hal Penting dan mendesak, sementara Q2 yang tidak mendesak namun penting, biasanya tentang Kualitas dan Arah Pribadi

Berikutnya adalah yang mendesak tapi tidak penting, Q3 ini dipandang sebagai suatu tipuan atau deception. Di satu sisi, hal ini juga merupakan keinginan yang terasa mendesak kita namun tidak penting. Dan kuadran Q4 berisi tentang apa yang tidak penting dan tidak mendesak. Artinya dampak kepada kita tidak akan signifikan . Kuadran Q4 ini baiknya diabaikan karena pengaruhnya kepada kita sangat kecil dan jika dipenuhi, malah akan menghilangkan fokus.

Untuk mengisi ke empat kuadran tersebut yang perlu kita lalukan adalah membuat daftar kegiatan yang kita lakukan baik yang berjangka pendek atau berjangka panjang atau jangka menengah. Kegiatan tersebut bisa saja yang kita lakukan atau yang terjadi di luar kendali kita dan kita terkena baik sebagai subyek maupun obyek. Sesudah itu kita tentukan dan beri tanda dengan dua pilihan yaitu: Penting atau Tidak Penting dan Mendesak atau Tidak mendesak.  kuadran seperti di bawah ini.

Aktifitas yang Penting yang Mendesak:

  • Pemenuhan batas waktu penyelesaian hutang
  • Pembelian perangkat bisnis

Aktifitas yang Penting yang Tidak Mendesak:

  • Membangun hubungan baik dengan rekanan
  • Menemukan pasangan hidup.

Aktifitas yang Tidak Penting yang Mendesak:

  • Membaca grup WA yang tidak terkait dengan urusan pribadi
  • Mencari dan memasang aksesori di kendaraan

Aktifitas yang Tidak Penting yang Tidak Mendesak:

  • Acara gosip di TV
  • Main game di konsol

Selanjutnya setiap butir aktivitas dimasukkan ke dalam kuadran di bawah ini, dan kita bisa menentukan fokus kita kepada Q1 dan Q2 saja sebagai fokus kegiatan prioritas kita. Kita 

credit to Didi (own collection adapted from Covey)
credit to Didi (own collection adapted from Covey)

4.  Berpikir Menang-Menang

Kebiasaan nomor 4 ini mengarahkan pada kerjasama daripada persaingan. Sementara kita memahami bahwa persaingan di dunia bisnis penting; namun, persaingan di dalam tim atau antara individu yang bekerjasama dalam mencapai tujuan bersama akan menjadi tidak produktif.

Mencapai manfaat yang dirasakan oleh semua pihak menjadi sesuatu yang penting. Berbagi komitmen bersama terhadap suatu rangkaian tindakan juga dipandang sebagai kunci keberhasilan menjalankan kebiasaan ini dan itu akan mengurangi atau menghilangkan resistensi. Pola pikir manajemen saat ini dibangun dari prinsip win-win di mana semua mendapatkan manfaat dan kepuasaan meskipun tentu model dan kadarnya sesuai dengan sifat alami suatu kerjasama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun