Mohon tunggu...
Dicky CahyaGobel
Dicky CahyaGobel Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Mencari tahu dalam ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Esai: Tahun Baru, Kita Yang Baru

30 Desember 2020   16:55 Diperbarui: 31 Desember 2020   15:37 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cureight.com

pendidikan sudah tereduksi oleh pola-pola globalisasi, industrialisasi dan kapitalisasi, yang menjauhkan dari esensi yang sebenarnya, ialah membangun kesadaran akan nilai kemanusiaan. karena boleh dikatakan, bahwa pendidikan gaya perusahaan yang diterapkan selama ini telah mematikan sedikit demi sedikit rasa kemanusiaan, kepekaan lingkungan, dan hasrat akan kepedulian terhadap sesama.

Kesalahan dalam dunia pendidikan indonesia tidak hanya pada sistem pendidikannya, melainkan visi pendidikan indonesia yang tidak jelas adanya, alias hitam putih. Berbeda halnya dengan visi pendidikan yang ada di negara-negara Eropa atau Timur Tengah, yang selaras dengan visi negaranya. Misalnya Turki, yang dengan mengembangkan nuklir sebagai salah satu visi negaranya. Terlepas dari isu (kontroversi) global, Turki mampu melihat potensi yang ada di negaranya : yaitu nuklir, maka semua lini di negara tersebut pun dikerahkan ; termasuk pendidikan, untuk menopang visi tersebut.

Indonesia yang kita ketahui bersama, memiliki potensi sumber daya alam yang melimpah, harusnya bisa menjadi modal besar untuk membawa peradaban bangsa ini jauh lebih baik kedepannya, dengan menyelaraskan potensi sumberdaya daya alam yang ada dengan kemampuan sumber daya manusia yang memiliki kompetensi tentunya.

Memang cukup sulit untuk dapat menyelesaikan berbagai permasalahan di atas. Selain dengan membentuk kesadaran kognitif di tiap-tiap insan, keasadaran akan pentingnya aspek sosial sudah menjadi tanggung jawab kita sebagai manusia. Terus berupaya melakukan berbendaharaan dalam segala dimensi sosial, diharapkan bisa menciptakan tatanan sosial yang lebih kondusif dengan manusia-manusia yang produktif tentunya.

Kembali ke pembahasan awal, bahwa mungkin perayaan pergantian tahun kali ini sangatlah berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya. Meskipun banyak hal negatif yang terjadi, mulai dari aktivitas terbatas karena pandemi, kasus korupsi yang merajalela sana-sini, penuntasan HAM yang belum seutuhnya teratasi serta kegamangan besar menyelimuti generasi muda hari ini dan masih banyak lagi problem sosial lainya, tapi kita harus tetap berupaya untuk mencari problem solving itu kedepan. Artinya, dengan adanya momentum perayaan kali ini, seyogyanya kita melakukan refleksi guna memperbaiki diri dan menata kondisi yang jauh lebih baik di esok hari.

Terakhir, ucapan "Selamat" dari saya untuk mereka yang tetap ingin melakukan perayaan. sebab sedari awal saya tidak mempersiapkannya, karena bagi saya "akan sangat memalukan bila memaksakan perayaan di tengah situasi penjajahan". Berilah kesan di tahun baru dengan memaksimalkan potensi kita yang baru.

Sekian ...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun