Mohon tunggu...
Dicky CahyaGobel
Dicky CahyaGobel Mohon Tunggu... Buruh - Orang biasa

Mencari tahu dalam ketidaktahuan

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Esai: Tahun Baru, Kita Yang Baru

30 Desember 2020   16:55 Diperbarui: 31 Desember 2020   15:37 343
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: cureight.com

Hegemoni dan monopol kekuasaan di segala sektor menimbulkan penyimpangan atau ketidakstabilan. Dengan kondisi demikian, mahasiswa maupun pemuda harus tanggap dalam melihat segala persoalan seperti ini. Meningkatkan sensitivitas kepedulian atau kepekaan sosial merupakan indikator yang wajib diilhami oleh segenap mahasiswa dan pemuda. Karena mahasiswa maupun pemuda mempunyai peran serta fungsi yang tidak lain dan tidak bukan selalu mengedepankan kepentingan sosial atau rakyat.

Kepekaan sosial ini berangkat dari atas terbangunnya moralitas di dalam diri setiap orang. Ketika moralitas masyarakat berdiri atas dasar kepentingan bersama, maka sikap dan tindakan yang dilakukan oleh pemuda dan mahasiswa harus beriringan atau bahkan menjadi inisiator dalam menciptakan solusi di tengah permasalahan sosial yang dialami masyarakat.

Dalam realitas sosial hari ini, mengedepankan aspek moralitas jarang ditemui pada elemen pemuda maupun mahasiswa. Adapun yang terlihat dari gerakan pemuda dan mahasiswa hanya sebatas mencari aksi panggung semata atau terjebak pada hal-hal pragmatisme dan bias terhadap esensinya. Tak mengherankan, jika hari ini tidak sedikit aksi-aksi mahasiswa dan pemuda yang mengatasnamakan kepentingan sosial atau rakyat, malah menjadi aksi yang ditunggangi oleh segelintir orang dan atau untuk kepentingan kelompok tertentu.

Minim Kemampuan Literasi

literasi adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang digunakan untuk keperluan yang dibutuhkan segenap insan manusia. Kemampuan literasi merupakan rangkaian upaya untuk memaksimalkan potensi dalam mengolah dan memahami aktivitas membaca dan menulis. Bahkan kemampuan literasi adalah faktor utama seseorang dapat menemukan rangkaian persoalan hingga dapat memecahkannya.

Menurut seorang sejarawan sosial komparatif,  yang juga merupakan profesor Bahasa Inggris dan Sejarah di Ohio State University, Harvey J. Graff, mengartikan bahwa literasi adalah kemampuan seseorang dalam membaca dan menulis. Graff mengatakan setidaknya dengan dua hal tersebut masyarakat akan lebih melek terhadap pengetahuan. Ia menambahkan, bahwa dengan pengetahuan yang didapat dari aktivitas literasi, akan meningkatkan mutu kehidupan dalam keterampilan berkomunikasi (sosial). sedangkan menurut Education Development Center (EDC), adalah kemampuan seseorang dalam memaksimalkan potensi yang ada yang tidak hanya sekedar baca tulis saja, tetapi juga meliputi skill keterampilan yang dimiliki individu tersebut.

Kemampuan literasi sangatlah penting untuk berkehidupan. Semua orang dituntut untuk memiliki dan perlu meningkatkan kemapuan literasinya, agar bangsa negara ini bisa dapat bangkit dari keterpurukan dan mampu bersaing dengan bangsa-bangsa yang lain. Mengapa demikian? Sebab, literasi adalah instrumen yang harus dimiliki oleh pemuda maupun mahasiswa sebagai nahkoda selanjutnya, dalam membawa arah bangsa negara ini jauh lebih baik kedepannya .

Literasi juga merupakan indikator utama dalam memantaskan kecakapan hidup, yang menjadikan manusia berfungsi dalam memecahkan segala macam persoalan di dalam bermasyarakat. Akan tetapi, di era sekarang literasi bisa dikatakan sudah merosot jauh dalam pola hidup anak muda hari ini. kesadaran akan kebutuhan literasi mulai diabaikan, digantikan dengan pola hidup atau habits yang tidak produktif. Hal ini akan menjadi masalah besar dikemudian hari apabila diabaikan. Ini menjadikan alasan kuat asumsi generasi sekarang mulai termarjinalkan dalam peradabannya sendiri dan cenderung konsumtif dengan hal-hal yang kontra-produktif, ketimbang memaksimalkan diri untuk berwawasan luas dan berinovasi dengan skill yang dimiliki.

Hal-hal yang menyebabkan terdegradasinya budaya literasi, sangatlah beragam. Mulai dari kebiasaan yang lebih menghabiskan banyak waktu dengan gawai pribadi, kurangnya motivasi, hingga minimnya sarana atau wadah yang mampu mengakomodir dalam meningkatkan kualitas atau kemampuan diri.

Tak bisa dipungkiri, ruang atau sarana yang berorientasi terhadap peningkatan mutu keterampilan bahkan kemampuan kognitif sangatlah minim. walapun wadah yang bermunculan di dunia kemahasiswan atau kepemudaan tidaklah sedikit, akan tetapi, tidak sedikit juga yang hanya berorientasi ke hal-hal yang bias aspek sosial. tidak jarang, kondisi ini menimbulkan ketidakfungsiannya elemen mahasiswa ataupun pemuda yang mengemban tugas dan tanggung jawab akan nilai sosial itu sendiri. Efeknya, dalam menciptakan basis-basis sentral atau bahkan membangun relasi sosial, nihil adanya. Padahal, ruang mobilatas dalam membangun suatu relasi antar satu dengan kelompok yang lain sangat diperlukan. Sebab, dengan adanya relasi sosial akan lebih memperkuat ikatan dalam suatu hubungan sosial dan mudah mendapatkan wawasan baru dalam meningkatkan mutu diri tiap mahasiswa dan pemuda.

Selain itu, corak pendidikan di negeri ini memperparah kondisi yang ada. Model yang diterapkan dalam dunia pendidikan di indonesia layaknya pasar yang hanya mengedepankan persaingan, prestise, dan hal-hal yang bersifat kuantitatif. Alhasil, para peserta didik atau mahasiswa tidak bisa berpikir secara konstruktif, analitik, dan kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun