Mohon tunggu...
Dicky Dwi Apriyanto
Dicky Dwi Apriyanto Mohon Tunggu... Desainer - Buruh Pabrik

Halo perkenalkan nama saya Dicky dwi apriyanto, Umur 21 tahun. Hobi saya bermain sepak bola

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Takwiim Al-Ummah dalam Pembentukan Masyarakat Madani di Era Modern

5 Juli 2024   21:07 Diperbarui: 5 Juli 2024   21:24 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Karya-karya Quraish Shihab seperti "Membumikan Al-Qur'an" dan "Islamku, Islam Anda, Islam Kita" menunjukkan betapa pentingnya untuk memahami nilai-nilai Islam untuk menjaga keseimbangan antara hak individu dan kolektif dalam masyarakat kontemporer.. Sebagaimana dinyatakan oleh Shihab, masyarakat Madani harus memiliki kemampuan untuk mengintegrasikan prinsip agama mereka dengan dinamika kemajuan teknologi dan perubahan sosial.

Unsur Masyarakat Madani

Dalam konteks era modern, yang memiliki populasi etnis, budaya, dan agama yang beragam, penelitian menyoroti pentingnya inklusi. Untuk memastikan bahwa setiap masyarakat memiliki kesempatan yang sama untuk berpartisipasi aktif dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi, inklusifitas ini merupakan landasan utama. Karya-karya Nurcholish Madjid, seperti "Islam Agama Kemanusiaan" dan "Pluralisme, Toleransi, dan Demokrasi," menekankan bahwa membangun masyarakat yang menghargai pluralisme dan toleransi adalah langkah pertama menuju masyarakat Madani.

Penelitian ini tidak hanya memperhatikan inklusivitas tetapi juga bagaimana lembaga-lembaga sosial membantu memperkuat kemandirian masyarakat. Sektor-sektor ini, seperti lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, dan lembaga non-pemerintah (NGO), sangat penting dalam membangun kemampuan masyarakat untuk mengelola urusan mereka secara mandiri dan bertanggung jawab. Karya Djohan Effendi, "Masyarakat Madani: Konstruksi Intelektual Nurcholish Madjid," mencerminkan pemikiran ini.

Selain aspek kemandirian, nilai-nilai moral seperti keadilan sosial, penghargaan terhadap pluralitas, dan penegakan hak asasi manusia menjadi fokus utama dalam pembangunan masyarakat Madani. Dalam bukunya "Islam, Toleransi, dan Kebebasan", Ahmad Syafii Maarif menyelidiki bagaimana nilai-nilai agama dan prinsip-prinsip demokrasi berkorelasi dalam konteks Indonesia kontemporer.

Masyarakat Madani di Era Modern

Konsep Masyarakat Madani di Indonesia saat ini berfokus pada tujuan membangun masyarakat yang inklusif dan berkeadilan. Ini juga menekankan pentingnya menggabungkan nilai-nilai moral yang kuat dengan dinamika globalisasi dan kemajuan teknologi.

Al-Qur'an menetapkan prinsip-prinsip keadilan, persatuan, dan toleransi sebagai dasar untuk membangun masyarakat yang madani. 

يَٰٓأَيُّهَا ٱلنَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَٰكُم مِّن ذَكَرٍ وَأُنثَىٰ وَجَعَلْنَٰكُمْ شُعُوبًا وَقَبَآئِلَ لِتَعَارَفُوٓا۟ ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِندَ ٱللَّهِ أَتْقَىٰكُمْ ۚ إِنَّ ٱللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

"Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengena.l" (QS. Al-Hujurat : 13). Ayat tersebut menunjukkan bahwa pentingnya menghargai perbedaan dan keragaman menunjukkan bahwa Islam mengajarkan prinsip-prinsip seperti toleransi, inklusivitas, dan persatuan. Untuk memastikan bahwa setiap orang dihargai dan diberi kesempatan yang sama untuk berkontribusi dalam kehidupan sosial, politik, dan ekonomi tanpa memandang latar belakangnya, nilai-nilai ini sangat penting dalam membangun masyarakat madani. Prinsip-prinsip yang terkandung dalam Surah Al-Hujurat ayat 13 menjadi landasan yang relevan dan inspiratif di era modern, yang ditandai dengan kompleksitas globalisasi dan diversitas budaya. Masyarakat madani yang ideal tidak hanya mengejar kemajuan teknologi dan material, tetapi juga mempertahankan nilai-nilai moral yang membentuk fondasi untuk kehidupan yang adil dan harmonis. Indonesia dan masyarakat dunia secara keseluruhan dapat membentuk komunitas yang berbudaya, beradab, serta saling menghormati dalam semangat kebersamaan dan keadilan.

Takwiim al-ummah dianggap dalam penelitian ini sebagai alat untuk memperkuat identitas keislaman setiap orang dan menanamkan kesadaran akan pentingnya menghargai dan menjaga keberagaman sebagai bagian penting dari membangun masyarakat madani yang harmonis dan inklusif di era modern. Dalam buku “Masyarakat Madani Pluralisme Dan Multikulturalisme” Karya Dr. H. Fahruroji, M.Pd., dan Dr. Marwan Setiawan, M.Pd., Indonesia sendiri, sebagaimana dikatakan oleh Azra (2003) menyadari keragaman etnik dan budaya masyarakatnya. Sekalipun Indonesia sebuah Negara yang memiliki keragaman etnik, tetapi tetap memiliki tujuan yang sama, yakni sama-sama menuju masyarakat yang adil, makmur dan sejahtera. Akan tetapi, gagasan besar tersebut kemudian tenggelam dalam sejarah dan politik “keseragaman budaya” di zaman Soekarno dan Soeharto. Pembentukan masyarakat multicultural di Indonesia yang sehat menurut Azra tidak secara taken for granted atau trial and error. Sebaliknya, harus diupayakan secara sistematis, programatis, integrated dan berkesinambungan. Salah satu langkah yang paling strategis dalam hal ini adalah melalui pendidikan multicultural yang disenggarakan melalui seluruh lembaga pendidikan, baik formal maupun non formal, dan bahkan informal dalam masyrakat luas. Urgensi pendidikan multicultural dirasakan mendesak bagi Negara majemuk seperti Indonesia ini. Konsep takwiim al-ummah, yang memfasilitasi koordinasi waktu dan aktivitas umat Islam, dapat dilihat sebagai representasi dari upaya menyatukan dan menghargai perbedaan-perbedaan dalam masyarakat. Dalam konteks Indonesia, di mana keberagaman etnik, agama, dan budaya menjadi ciri khas utama, implementasi takwiim al-ummah secara sistematis dapat membantu memperkuat identitas keislaman individu dan mempromosikan kerjasama antarindividu dan kelompok dalam masyarakat madani yang inklusif dan berkeadilan. Pendidikan multikultural, seperti yang ditekankan oleh Azra, menjadi strategi penting dalam membangun pemahaman yang lebih dalam tentang nilai-nilai pluralisme dan menghargai keberagaman dalam masyarakat. Hal ini sejalan dengan visi takwiim al-ummah yang menggalang kesatuan melalui pengakuan dan penghormatan terhadap keragaman, menjadi landasan kuat dalam upaya membangun masyarakat madani yang harmonis dan progresif di era modern.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun