Mohon tunggu...
Dicky Bagus
Dicky Bagus Mohon Tunggu... Wiraswasta - I'm an entrepreneur

I'm a long life learner and entrepreneur. Let's Get Movin

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Sunk Cost Fallacy, Mengejar yang Tidak Worthed

27 Mei 2021   01:14 Diperbarui: 27 Mei 2021   01:18 639
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ruang Kelas. Sumber Ilustrasi: PAXELS

Apabila anda pernah terjebak melakukan sesuatu yang tidak anda sukai, tapi perasaan anda mengatakan harus terus dilakukan atau dijalankan karena sudah berkorban terlalu banyak? Atau anda membeli tiket konser yang ditunggu - tunggu tetapi pada hari H nya anda terlalu sakit namun memaksakan diri untuk tetap berangkat, dan pada akhirnya anda lebih sakit dari pada sebelumnya ? Atau anda mengeluarkan uang terus menerus karena nilai sentimentil dari mobil yang menemani sejak anda mulai bekerja? Itu adalah beberapa contoh Sunk Cost Fallacy 

Sunk Cost Fallacy adalah Bias Pengambilan Keputusan Untuk Melanjutkan Sesuatu 

Sunk Cost Fallacy adalah suatu bias yang dapat menganggu pengambilan keputusan untuk menilai suatu tindakan itu bernilai untuk dilanjutkan atau tidak. Contoh lain adalah anda ke restoran memesan suatu menu yang mahal, namun rasanya tidak  enak dan tetap melanjutkan untuk menyelesaikan makanan tersebut karena memikirkan uang yang telah dikeluarkan 

Sunk Cost Fallacy dapat terjadi di semua aspek kehidupan mulai dari bisnis hingga kejadian sehari - hari, Saat anda terjebak oleh toxic relationship, kegiatan rutin yang menghabiskan waktu dan tenaga itu adalah bentuk - bentuk dari Sunk Cost Fallacy. 

Mengapa Sunk Cost Fallacy Terjadi 

Pengeluaran ku sudah terlalu banyak, sebaiknya kita jangan menyerah hingga disini 

Kondisi seperti ini yang disebut "Irrational Escalation of Commitment" yaitu pembenaran suatu tindakan karena tidak mau menerima kenyataan bahwa yang dikerjakan nya sia - sia atau sampah. Respon yang  dilakukan adalah mencoba untuk memperbaiki dengan menambah investasi kedalam proyek atau strategi tersebut dan dapat berakhir kerugian yang berlipat apabila diteruskan 

Saya coba sekali lagi mungkin saya akan berhasil 

Orang cenderung bertaruh untuk melakukan sesuatu meskipun kemungkinan sukses lebih kecil dibandingkan keuntungan yang didapatkan.  Misal pada toxic relationship, mungkin anda akan berusaha mati - matian untuk memperbaiki hubungan dibandingkan untuk berpisah. 

Pembenaran untuk suatu perilaku - kepada diri sendiri atau orang lain 

Tidak ada orang yang mau dianggap salah atau tindakan kita dianggap bodoh. Apabila kita mengambil keputusan untuk melakukan sesuatu, itu dikarenakan karena kita merasa itu adalah hal yang paling benar untuk dilakukan. Pada saat diri kita menolak bahwa diri kita melakukan tindakan yang salah, namun sebenarnya kita sendiri merasakan hal tersebut tidak benar maka hal tersebut dapat masuk dalam Sunk Cost Fallacy. Misal pada saat anda mengemukakan pendapat, dan anda sadar apabila pendapat anda salah, tapi tidak mau mengakui bahwa pendapat itu salah, dan anda masih beragumen bahwa pendapat itu benar agar dapat diakui oleh orang lain

Mari Kita Identifikasi 

Ada tiga indikator yang dapat kita gunakan untuk mengidentifikasi Sunk Cost Fallacy 

1. Ada perasaan berat untuk mengambil keputusan 

Pada saat anda merasakan sulit mengambil keputusan untuk berhenti karena anda sudah menempuh perjalanan atau waktu selama ini, meskipun anda sudah tidak tertarik untuk meneruskannya maka anda terjebak pada Sunk Cost Fallacy .

2. Hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang diinginkan 

Apabila proyek atau sesuatu yang anda lakukan mengarah pada hasil yang tidak anda inginkan sudah saat nya anda mengubahnya atau meninggalkannya. Pada akhirnya anda akan menemukan pilihan yang lebih baik 

3. Membayar sesuatu yang tidak anda butuhkan 

Semisal anda sudah membayar makanan yang tidak enak dan merasa harus menghabiskannya karena sudah terbeli, atau anda mengikuti suatu kursus yang sudah anda ikuti tapi sudah tidak menarik lagi untuk diikuti. Bukan berarti apabila anda sudah membayar maka harus mengikuti nya hingga selesai apabila anda sudah tidak tertarik lagi 

Setelah kita berhasil mengidentifikasi Sunk Cost Fallacy kemudian apa yang harus dilakukan setelah itu 

Pertimbangkan Pilihan Anda

Buat daftar pilihan masuk akal  apa saja yang dapat anda kerjakan. Pilih lah sesuatu  yang dapat memperbaiki keadaan dan terus maju.

Fokus Pada Masa Depan 

Apabila daftar pilihan sudah dibuat pertimbangkan beban  yang harus ditanggung dan ke depan apa yang dapat anda raih. beban tidak selalu berupa financial. Dapat juga berupa tenaga, waktu, kredibilitas, kestabilan emosi, kepuasaan terhadap pekerjaan. Terkadang sesuatu yang bersifat non-material dapat berpengaruh lebih besar dari yang material . 

Periksa kembali pilihan anda, apakah dapat terjebak kembali ke Sunk Cost kembali 

Sampah tetap lah sampah 

Sering kali kita merasa sayang untuk meninggalkan sesuatu yang sudah kita kerjakan karena telah mengorbankan waktu, tenaga, biaya dan emosi yang tidak terbayar. Namun sampah tetap lah sampah. Sampah yang sesungguh nya adalah anda masih terus mencurahkan segalanya terhadap sesuatu yang tidak dapat anda raih. 

Apabila yakin tidak berhasil lebih baik berhenti

Semisal anda mengambil seratus kupon undian dan ternyata anda tidak mendapatkan apa - apa, dan anda berharap untuk membeli satu kupon lagi untuk membuktikan bahwa anda bisa mendapatkannya. Maka lebih baik anda berhenti, karena otak anda akan menemukan alasan rasionalisasi yang asuk akal untuk tetap melanjutkannya 

Justifikasi Justifikasi Justifikasi 

Anda tidak mau berhenti karena anda khawatir apabila anda berhenti maka anda terlihat salah. Misal apabila anda mengambil jalan yang salah namun tetap terus ke depan karena malu.  Yang paling sulit adalah mengakui bahwa anda salah, hal ini membutuhkan disiplin mental, hilangkan emosi negatif dan fokus untuk memperbaiki kesalahannya 

Di adaptasi dari Program Sunk Cost Fallacy

Tulisan ini adalah part 2 dari Tantangan 40 hari menulis tanpa henti (Menantang Diri Sendiri)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun