Mohon tunggu...
Dicky Wibowo
Dicky Wibowo Mohon Tunggu... dokter hewan -

Instagram: Mlaku Wae Project / Menulis di www.mlakuwae.blogspot.co.id serta menulis fiksi di www.pawonfiksi.blogspot.co.id / dokter hewan

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Kisah dari Bawah Pohon Waru

22 Januari 2012   10:59 Diperbarui: 25 Juni 2015   20:34 113
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


----------------


Biasanya mbah Layar hanya menghabiskan waktu bercengkerama dengan sahabatnya di laut lepas sana sekitar habis ashar sampai sebelum maghrib. Namun, hari ini, sampai habis sholat isya, belum terlihat batang hidung mbah Layar, padahal mbah Layar tidak pernah melewatkan sholat berjamaah di surau dusun Têkek. Beberapa warga pun menganggapnya sebagai sebuah pertanda bahwa akan terjadi sesuatu di dusun Têkek, sebagian beranggapan bahwa bencana besar akan terjadi. Namun, anggapan itu segera dibantah oleh lik Randhu. Lik Randhu beranggapan bahwa mbah Layar kemungkinan punya kepentingan lain.


Tak berapa lama seusai sholat isya, warga pun berbondong-bondong menuju gubug mbah Layar, dan sebagian menuju bibir pantai sambil membawa obor. Setengah jam berlalu, tak juga terlihat batang hidung mbah Layar. Warga yang mencoba masuk dan melihat sekeliling ruangan dalam gubug mbah Layar menjumpai dua buah benda, sebuah kitab Al-Quran dan sebuah gulungan kertas usang, yang mungkin usianya hampir sama dengan umur kehadiran mbah Layar di dusun Têkek. Hanya dua benda itu, tak ada lainnya, hanya ruangan kosong beralasakan dedaunan kering.


Sekitar pukul sembilan malam, terdengar teriakan warga yang sejak tadi berkerumun di bibir pantai. Tak berapa lama, semua warga dusun berdatangan ke arah suara tersebut. Sesosok mayat lelaki tua beserta bangkai tiga ekor lumba-lumba terhanyut ke garis pantai. Dengan cahaya obor yang semakin tak karuan lantaran angin darat sedang kencang-kencangnya berhembus, sekilas terlihat senyum di wajah mayat lelaki tua itu. Warga pun mengenalinya, mayat mbah Layar yang tengah dikerumuni warga tersebut. Serta-merta mayat mbah Layar tersebut dibawa ke tepi oleh warga dusun.


Tidak ada yang tahu apa yang sedang terjadi malam ini. Beberapa warga menduganya akibat dari badai yang mungkin sedang berkecamuk di tengah lautan sana. Namun, dari bangkai tiga ekor lumba-lumba yang juga ikut terhanyut ke garis pantai, mas Piyik berkesimpulan bahwa kematian mbah Layar adalah tidak wajar, alias mbah Layar dibunuh oleh pemburu lumba-lumba, lantaran terlihat dari fisik bangkai lumba-lumba yang seperti tertusuk oleh benda tajam. Selain itu, mas piyik juga mengungkapkan bahwa selama ini, banyak kapal nelayan dari daerah lain yang berniat untuk berburu lumba-lumba, dan mereka pun tahu bahwa puluhan lumba-lumba akan berkumpul di sekitar jukung mbah Layar manakala mbah Layar menghampirinya. "Mungkin saat inilah dianggap waktu yang tepat untuk memburu lumba-lumba itu", ujarnya lagi, "dan, mbah Layar tampaknya dengan sekuat tenaga telah berupaya melindungi kawan-kawannya itu, tetapi takdir berbicara lain", tambahnya lagi.


Rasa penasaran benar-benar menghantui warga dusun Têkek malam ini. Serta-merta lik Randhu membuka gulungan kertas usang peninggalan mbah Layar. Betapa kagetnya lik Randhu dan pakdhe Êntung yang melihat isi gulungan kertas itu, lantaran kertas itu berisikan tulisan beraksara sansekerta bercampur aksara Khmer disertai dengan huruf Arab. Dan betapa kagetnya lik Randhu ketika dibacanya tulisan Arab yang mungkin dipahaminya, isi surat itu merujuk pada almarhum mbah Watu, gurunya.


Serta-merta air mata menetes dari kedua mata lik Randhu. Dengan suara lirih, lik Randhu berujar bahwa mbah Layar sebenarnya datang ke dusun Têkek dengan tujuan untuk berguru kepada mbah Watu, beliau datang dari utara, dari daerah yang dulunya dikenal dengan nama Champa.


ditulis juga di wirakid.blogspot.com

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun