Mohon tunggu...
Dicky Bastian Sirait
Dicky Bastian Sirait Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Pendidikan Indonesia

Penulis dengan berbagai topik menarik dengan suguhan pengalaman membaca yang menyenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Mengulik Kesetaraan dalam Hubungan Asmara pada Puisi "Tak Sepadan" Karya Chairil Anwar

22 Desember 2023   16:52 Diperbarui: 22 Desember 2023   18:54 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

  Tak dapat dipungkiri pula masih terdapat sejumlah kekurangan yang tampak dalam puisi. Secara tersirat, puisi menggambarkan bahwa sejumlah masalah seperti masalah asmara menjadi hal yang mustahil untuk diselesaikan. Puisi seolah olah menegaskan bahwa putus asa dalam pederitaan menjadi salah satu jalan dibanding terus berjuang tanpa mengenal lelah, mengingat target pembaca dan pendengar puisi adalah orang yang mengalami permasalahan dalam hubungan asmara yang didominasi oleh kaum remaja dan dewasa, hal ini bisa saja menjadi motivasi mereka untuk putus asa dalam segala hal bahkan dalam permasalahan selain hubungan asmara sekalipun sehingga menimbulkan masalah baru bagi mereka.

    Puisi ini memiliki makna yang cukup luas dan dapat dirasakan secara oleh masyarakat luas bahkan masyarakat pada zaman yang modern ini. Judul puisi secara tersirat mengangkat permasalahan isu kesenjangan yang masih marak terjadi dalam kehidupan asmara banyak orang. Ketidaksepadanan dalam hubungan asmara dianggap sebagai hal yang memalukan dan tidak pantas. Isu kesenjangan menimbulkan tekanan dari keluarga bahkan pihak eksternal selain keluarga pada pasangan yang menjalin hubungan. Tampak dalam puisi bahwa hubungan akibat ketidaksepadanan dapat kandas dan berakhir tidak baik yang dapat menimbulkan perasaan menderita dari pasangan. Puisi ini dapat menjadi protes kecil yang tersirat bagi fenomena kesenjangan yang masih marak terjadi bahkan dalam lingkungan sosial dan budaya yang sudah modern. Puisi ini juga menjadi pengingat berupa refleksi  yang singkat bagi mereka yang mengalami permasalahan dalam hubungan asmara.

        Puisi ini adalah bentuk karya sastra yang telah diciptakan oleh sastrawan yang menakjubkan pula yakni Chairil Anwar. Puisi ini menjadi bahan refleksi bahkan sebagai bentuk protes kecil terhadap isu kesetaraan dalam dunia asmara banyak orang. Dengan struktur dan unsur pembangun puisi yang sangat luar biasa menakjubkan menjadikan puisi ini dapat dirasakan oleh para pembaca maupun pendengarnya dengan syahdu. Untuk meminimalisir adanya pengaruh negatif dari puisi, diperlukan kebijakan penafsiran makna maupun bimbingan yang lebih lanjut  sehingga peristiwa putus asa yang berujung penderitaan yang dialami tokoh Aku dalam puisi ini tidak dijadikan hal yang wajib ditiru yang mana hal tersebut memperburuk keadaan hidup seseorang. Karena sejatinya puisi bukan merupakan sarana komunikasi yang praktis sehingga diperlukan pemahaman mendalam untuk membaca maupun mendengarkan puisis secara baik dan benar.

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun