Mohon tunggu...
Penglaris Melengkung
Penglaris Melengkung Mohon Tunggu... Lainnya - RATED - W (- 00^00yo )

Didalam pikiran ini terdapat pikiran yang kepikiran!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Seorang Anak Perempuan dan Senjata

18 Februari 2024   11:12 Diperbarui: 18 Februari 2024   11:15 93
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

          "Kau dengar Middletown, ini cuma tugas mudah. Tarik pelatuknya, dan kita kembali ke pangkalan." Kinneley memasukkan pipanya ke celana. Lalu dia mengarahkan pistolku ke seorang anak. Anak perempuan. Tidak ada seorangpun gerilyawan di sini. Mereka cuma lima orang wanita tua, dua orang anak perempuan, dan seorang pria tua berkaki satu.

           "Tembak, Prajurit!" Cepat!" Kata Kinneley sambil merogoh saku celananya. Aku bisa melihat keringatnya mulai mengalir dari dahinya. Keringat yang sama mulai membanjiri wajahku.

          "Tar!Tar!Tar!" Dan hutan belantara seketika mulai penuh kilatan cahaya. Aku bisa melihat asap mulai mengepul dari belakang penduduk desa yang duduk di depanku.

            Aku bisa mendengar suara tangis mereka yang terbungkam suasana. Suara-suara isak tangis yang tertahan. Semakin lirih, membuat hatiku terguncang. Andai bukan giliranku hari ini. Andai aku bisa tetap di pangkalan, sambil memandangi foto Dorothy. Dorothy istriku yang bertubuh ramping, yang rajin mengirimiku surat setiap bulan. Dorothy yang rambutnya terurai seperti sungai kecil di belakang rumah kami. Dorothy yang mulai bersiap melahirkan anak kami. Seorang anak perempuan, tulis Dorothy pada surat terakhirnya kepadaku.

          "Apa susahnya menarik pelatuk, Middletown!" Lamunanku buyar seketika. Kinneley, membentakku. Dia langsung mengambil pistolnya. Dengan segera Kinneley mengarahkan pistolnya ke kepalaku. Aku bisa melihat urat-urat di lengannya yang kekar membesar. Kapanpun dia bisa meledakkan kepalaku yang mulai terasa menciut.

            Suara-suara para penduduk desa makin membahana isak tangisnya. Ada seorang wanita tua yang menangis sambil meraung-raung di atas tanah. Ada juga seorang wanita tua yang memeluk temannya. Tetapi ada juga seorang pria tua yang masih tenang, sambil menunduk, berdoa.

            "Tembak anak perempuan itu! Atau aku yang mengeksekusimu. Dengan tuduhan melawan perintah atasan!" Kinneley mengarahkan pistolnya ke kepalaku. Dari sudut mataku, aku melihat tangannya gemetaran.

               Perang ini begitu kejam. Perang yang memaksa kami untuk mengalirkan darah sesama manusia. Tetapi kembali ke negara kami juga bukan jaminan. Hidup tanpa pekerjaan. Musim dingin yang sebentar lagi datang, akan membuat kami kelaparan. Tanpa makanan.

                Tiba-tiba angkasa menggelegar ditingkahi raungan membahana. Semua orang menengadah. Kepala-kepala itu menjelajahi angkasa sambil menanti sesuatu yang tak kentara.

                 Blarrr! Blarrr! Blarrr!... Suara dentuman mengelegar mengoyak susana. Dan bumi berguncang dengan hebatnya. Dedaunan kering berguguran dari pohonnya. Ranting-ranting pohon berderak patah, jatuh ke bumi.

                 "O'Connor, O' Connor, mana O'Connor? Batalkan serangan udara! Batalkan serangan udara!" Dari balik kepulan debu, aku bisa melihat Kinneley berjuang keras untuk berlari secepat kilat, meski terhalang tubuhnya yang mulai gemuk.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun