Tulisan lepas tanpa kawalan seperti seekor elang.
Jemari menari tanpa filosofi seolah coretan menggambarkan kemerdekaan.
Pikiran meronta tertatih di pucuk belenggu penguasa.
Pandang dibuat buta, namun analisa bukan dari pandang semata.
Kebutaan yang dibuat menjadikan bebas dalam berkata.
Wahai belenggu, ingat padang itu tak berarti.
Wahai belenggu, cengkraman ini kokoh.
Kebebasan ini adalah sayatan pedih dan menyakitkan.
Ah.. kenapa diri selalu berkata belenggu.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!