Dalam sejarah filsafat Yunani kuno, terdapat beberapa tokoh yang berperan penting dalam perkembangan pemikiran manusia tentang alam semesta. Di antara mereka, Anaximenes dan Heraklitos adalah dua filsuf yang memberikan kontribusi signifikan terhadap filsafat alam. Pemikiran mereka menjadi dasar bagi pemahaman awal tentang realitas, substansi dasar (arkhe), serta perubahan dalam dunia ini.
Anaximenes, salah satu tokoh dari Mazhab Miletos, berpendapat bahwa udara adalah substansi dasar dari segala sesuatu. Sementara itu, Heraklitos, yang berasal dari Efesus, memperkenalkan konsep perubahan (panta rhei) sebagai hukum fundamental alam dan menjadikan api sebagai simbol realitas yang selalu bergerak.Â
akan membahas pemikiran filosofis Anaximenes dan Heraklitos, menguraikan konsep-konsep inti mereka, serta membandingkan kontribusi kedua tokoh ini terhadap perkembangan filsafat Yunani Kuno.
ANAXIMENES DAN FILSAFATNYA
Latar Belakang Anaximenes
Anaximenes (585 -- 528 SM) adalah filsu
hef ketiga dari Mazhab Miletos, setelah Thales dan Anaximandros. Ia hidup pada masa pra-Sokrates dan melanjutkan tradisi filsafat alam yang mencoba menjelaskan hakikat dasar (arkhe) dari segala sesuatu.Udara Sebagai Arkhe
Anaximenes berpendapat bahwa udara (aer) adalah substansi dasar dari segala sesuatu di alam semesta. Menurutnya, udara memiliki sifat yang fleksibel dan dapat mengalami proses pemadatan (condensation) serta pengenceran (rarefaction). Melalui dua proses inilah, berbagai bentuk materi dapat terbentuk.
1. Proses Pengenceran (Rarefaction):
Udara yang "menipis" akan menjadi api.
2. Proses Pemadatan (Condensation):
Udara yang "memadat" akan berubah menjadi angin, awan, air, tanah, dan akhirnya batu. Melalui konsep ini, Anaximenes menjelaskan bagaimana satu substansi dapat mengalami transformasi menjadi berbagai bentuk materi lainnya. Udara, sebagai sesuatu yang tak kasat mata namun esensial bagi kehidupan, menjadi simbol yang mewakili kehidupan, dinamisme, dan kontinuitas alam.Â
Keterkaitan Udara dengan Jiwa
Anaximenes juga menghubungkan udara dengan jiwa manusia. Ia berpendapat bahwa jiwa (psykhe), yang memberikan kehidupan kepada manusia, terbuat dari udara. Oleh karena itu, udara memiliki karakter ilahi dan mendasari seluruh keberadaan. Menurutnya, "Sama seperti jiwa kita, yang adalah udara, memegang kita bersama, demikian pula napas dan udara memelihara seluruh alam semesta." Pandangan ini menunjukkan kepercayaan Anaximenes bahwa udara adalah unsur fundamental yang menciptakan harmoni dan keteraturan di alam semesta.
HERAKLITOS DAN FILSAFATNYA
Latar Belakang Heraklitos
Heraklitos (540 -- 480 SM) adalah filsuf yang berasal dari Efesus, sebuah kota di Asia Kecil. Berbeda dengan Anaximenes, Heraklitos tidak hanya fokus pada substansi dasar tetapi juga pada proses perubahan dalam alam. Karena pemikirannya yang mendalam dan cenderung sulit dipahami, ia sering disebut sebagai "Heraklitos Si Gelap".
Api sebagai Arkhe
Menurut Heraklitos, api adalah substansi dasar yang paling sesuai untuk menggambarkan realitas. Hal ini bukan berarti segala sesuatu secara harfiah terbuat dari api, melainkan api melambangkan perubahan yang konstan. Api selalu bergerak, mengubah wujud sesuatu, dan memiliki sifat yang dinamis. Api mewakili transformasi, yaitu perubahan terus-menerus yang terjadi di alam semesta. Heraklitos meyakini bahwa perubahan adalah satu-satunya yang pasti, yang kemudian ia ungkapkan dalam konsep terkenal:
"Panta Rhei" (semuanya mengalir).
Konsep Perubahan: Segalanya Mengalir
Heraklitos menyatakan bahwa alam semesta berada dalam kondisi yang selalu berubah. Tidak ada sesuatu pun yang tetap; segala sesuatu mengalami transformasi secara konstan. Pemikiran ini dapat diilustrasikan melalui pernyataannya yang terkenal:
"Kamu tidak bisa masuk ke sungai yang sama dua kali."
Dalam hal ini, sungai adalah metafora dari kehidupan dan alam semesta yang terus bergerak. Air dalam sungai selalu mengalir, sehingga meskipun sungai itu tampak sama, kenyataannya ia selalu berubah.
Pertentangan (Logos) dan Kesatuan
Bagi Heraklitos, perubahan tidak terjadi secara kacau, melainkan diatur oleh prinsip universal yang disebut Logos. Logos adalah hukum yang mengatur segala sesuatu di alam semesta. menjaga keseimbangan melalui pertentangan.
Heraklitos percaya bahwa pertentangan adalah esensi dari realitas. Ia menyatakan bahwa harmoni tercipta melalui konflik dan ketegangan antara dua hal yang berlawanan. Sebagai contoh: Siang dan malam, Hidup dan mati, Panas dan dingin, Menurutnya, tanpa pertentangan, tidak akan ada keseimbangan dalam alam semesta.
PERBANDINGAN PEMIKIRAN ANAXIMENES DAN HERAKLITOS
1. Pandangan tentang ArkheÂ
Anaximenes: Udara adalah substansi dasar yang membentuk segala sesuatu.
Heraklitos: Api adalah simbol dari perubahan yang konstan.
2. Pendekatan terhadap Realitas
Anaximenes: Fokus pada substansi material yang membentuk alam.
Heraklitos: Fokus pada proses perubahan yang terus-menerus terjadi dalam alam.
3. Prinsip Harmoni dan Keteraturan
Anaximenes: Keteraturan tercipta melalui transformasi udara yang membentuk berbagai materi.
Heraklitos: Keteraturan terjadi melalui pertentangan yang diatur oleh Logos.
4. Keterkaitan dengan Kehidupan
Anaximenes: Udara adalah napas kehidupan yang menopang makhluk hidup.
Heraklitos: Perubahan adalah realitas mendasar yang dialami semua makhluk.
RELEVANSI PEMIKIRAN ANAXIMENES DAN HERAKLITOS DALAM FILSAFAT MODERN
Pemikiran Anaximenes dan Heraklitos memiliki relevansi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan filsafat modern.
1. Konsep Substansi Dasar
Pandangan Anaximenes tentang udara sebagai arkhe dapat dikaitkan dengan penelitian ilmiah tentang elemen dasar penyusun materi, seperti atom dan molekul.
2. Konsep Perubahan
Pandangan Heraklitos tentang perubahan sebagai hukum alam sangat relevan dengan teori evolusi, fisika modern, dan dinamika sistem kompleks.
3. Pertentangan dan Keseimbangan
Pemikiran Heraklitos tentang harmoni melalui konflik dapat ditemukan dalam teori dialektika Hegel dan Marx, yang menyatakan bahwa perkembangan terjadi melalui pertentangan.
Wulan Sondarika, Perkembangan Ilmu Pengetahuan di Yunani dari abad ke-5 sampai abad ke-3 SM, (Jurnal Artefak Vol.8 No.1 April 2021)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI