Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Punya Jabatan Rendah Saja Sudah Arogan, Apalagi Dikasih Jabatan Tinggi

19 Juli 2024   07:50 Diperbarui: 19 Juli 2024   07:54 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Beberapa orang bisa menjadi arogan karena jabatan dan posisi mereka di organisasi (cookie_studio/Freepik)

Mereka mungkin merasa perlu untuk terus menegaskan otoritas mereka atau menunjukkan superioritas atas orang lain sebagai bentuk perlindungan diri dari ancaman yang dirasakan terhadap identitas atau harga diri mereka.

Oleh karena itu, mengakui peran ketidakamanan dalam mempengaruhi perilaku angkuh bisa membantu kita memahami kompleksitas dinamika interpersonal di lingkungan kerja maupun dalam interaksi sosial sehari-hari.

Budaya Organisasi

Budaya organisasi memainkan peran penting dalam membentuk perilaku angkuh di tempat kerja. Budaya tersebut mencakup nilai-nilai, norma, dan sikap yang dianut dan dipraktikkan oleh anggota organisasi.

Tempat kerja yang menekankan hierarki yang kuat atau dinamika kekuasaan cenderung memupuk perilaku angkuh di antara karyawannya.

Dalam budaya yang menekankan hierarki, karyawan mungkin memandang jabatan atau posisi sebagai sumber kekuatan yang memberi mereka hak untuk mengendalikan atau mengatur orang lain.

Hal ini bisa memicu perilaku dominan atau merendahkan yang didasarkan pada posisi mereka dalam struktur organisasi.

Selain itu, budaya yang tidak mempromosikan saling menghargai atau kerendahan hati bisa menguatkan perilaku angkuh, karena individu mungkin merasa kalau angkuh atau merendahkan orang lain adalah cara yang diterima untuk mempertahankan atau meningkatkan posisi mereka dalam hierarki.

Peran budaya organisasi dalam membentuk perilaku angkuh menunjukkan kalau tidak cuma faktor individual seperti kepribadian atau pengalaman pribadi yang mempengaruhi, tapi juga konteks organisasional yang lebih luas.

Oleh karena itu, membangun budaya kerja yang inklusif, di mana nilai-nilai seperti empati, kolaborasi, dan penghargaan terhadap kontribusi setiap individu dihargai, bisa membantu mengurangi prevalensi perilaku angkuh dan menciptakan lingkungan kerja yang lebih sehat dan produktif.

Dampaknya pada Lingkungan Kerja dan Masyarakat

Perilaku angkuh di tempat kerja tidak cuma mempengaruhi dinamika internal organisasi, tapi juga punya dampak yang signifikan pada lingkungan kerja dan masyarakat secara lebih luas.

Di tingkat organisasi, perilaku angkuh bisa menciptakan atmosfer yang toksik dan tidak menyenangkan. Ini bisa menghambat kolaborasi antar tim, mengurangi semangat kerja karyawan, dan bahkan mempengaruhi produktivitas secara keseluruhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun