Tanggapan yang lebih asertif bisa kamu lakukan dengan menepuk pundak orang tersebut dengan lembut, dan berkata dengan suara yang jelas tapi penuh hormat, "Permisi, Â sebenarnya ada antrian di sini. Akan lebih baik kalau kamu bisa menunggu giliran seperti kami semua."
Terasa perbedaannya kan?
Kamu mungkin akan mendapatkan tanggapan yang lebih positif di sini. Mungkin orang tersebut akan meminta maaf dan pindah ke garis belakang. Atau, mereka mungkin menjelaskan alasan kenapa mereka menyelak dan kamu mungkin akan merasa senang untuk bisa membantu mereka.
Tapi, seperti yang saya bilang di atas, mereka mungkin juga akan masih merespons dengan buruk. Respons asertif kamu ngga jadi jaminan orang lain jadi ngga agresif juga kan?
Tapi, setidaknya kamu akan merasa senang mengetahui kalau kamu sudah melakukan yang terbaik dan menggunakan komunikasi asertif. Setuju?
Kamu juga pasti suka:
- Apa Itu Kepemimpinan Transaksional? Bagaimana Struktur Membuahkan Hasil?
- Mengapa Punya "Lebih" Tidak Membuat Kita Lebih Bahagia (dan Apa Artinya)?
Keuntungan keterampilan komunikasi asertif
Ada banyak keuntungan dari keterampilan komunikasi asertif. Misalnya:
- Asertif membantu kita merasa baik tentang diri kita sendiri dan orang lain.
- Asertif mengarah pada pengembangan saling menghormati dengan orang lain.
- Asertif meningkatkan harga diri kita.
- Asertif membantu kita mencapai tujuan kita.
- Asertif meminimalkan perilaku menyakiti dan mengasingkan orang lain.
- Asertif mengurangi kecemasan.
- Asertif melindungi kita dari dimanfaatkan oleh orang lain.
- Asertif memungkinkan kita untuk membuat keputusan dan pilihan bebas dalam hidup.
- Asertif memungkinkan kita untuk mengekspresikan berbagai perasaan dan pikiran.
Pikirkan asertif sebagai titik tengah antara pasif dan agresif. Seimbang!
Kamu bisa melatih sikap arsetif dengan beberapa tips berikut:
- Nyatakan sudut pandang atau permintaan kamu dengan jelas.
- Beri tahu orang lain bagaimana perasaan kamu sejujur mungkin, dan ingatlah untuk mendengarkan apa yang mereka bilang juga.
- Pikirkan tentang nada dan volume suara kamu. Bagaimana kamu mengatakannya sama pentingnya dengan apa yang kamu bilang. Bicaralah dengan volume percakapan yang normal, bukan teriakan atau bisikan. Dan pastikan kamu terdengar asertif, tapi ngga agresif.
- Pastikan bahasa tubuh kamu cocok. Pendengar kamu akan mendapatkan pesan yang berbeda kalau kamu berbicara dengan asertif sambil melihat ke lantai. Cobalah untuk menatap mata orang lain, berdiri tegak, dan rilekskan wajah kamu.
- Cobalah untuk ngga melebih-lebihkan dengan kata-kata seperti "selalu" dan "ngga pernah". Misalnya, "Kamu terlambat 20 menit, dan ini sudah ketiga kalinya dalam minggu ini", itu lebih baik daripada, "Kamu selalu terlambat!".
- Cobalah untuk berbicara berdasarkan fakta daripada penilaian. Misalnya, "Ada informasi penting yang hilang dalam laporan ini". Itu lebih baik daripada, "Kamu sudah melakukan pekerjaan yang buruk lagi".
- Gunakan "pernyataan saya" sebanyak mungkin untuk memberi tahu orang lain bagaimana perasaan kamu. Misalnya, "Saat kamu meninggalkan piring kamu di atas meja, saya merasa kesal karena saya ngga suka meja yang kotor. Tapi saya juga ngga ingin membersihkannya untuk kamu". Itu jauh lebih baik daripada, "Kamu benar-benar jorok!".
- Sering berlatih. Asertif adalah sebuah keterampilan. Kamu harus melatihnya dalam banyak situasi berbeda. Dan jangan lupa untuk memuji diri kamu sendiri atas usaha baik kamu.
Kelemahan komunikasi asertif
Tentu saja semua hal punya kelemahan. Begitu juga dengan komunikasi asertif.