Mungkin tanpa adanya internet pun orang-orang seperti itu tetap akan melakukan hal-hal bodoh, tapi internet memberi mereka insentif tambahan sekaligus memungkinkan mereka untuk membagikannya ke orang lain.
Internet membuka banyak jalan berbeda untuk mendapatkan ketenaran dan penghargaan melalui media sosial. Semua dimungkinkan karena adanya perubahan teknologi dan dijadikannya perhatian sebagai sebuah komoditas.
Sepertinya saat ini ada lebih banyak ketenaran yang beredar.
Menjadi lebih gampang bagi seseorang untuk menjadi terkenal sebentar.
Mungkin ada lebih banyak orang yang berusaha untuk terkenal dan ngga berhasil, tapi yang pasti, orang yang berhasil terkenal saat ini jauh lebih banyak dibandingkan sebelumnya saat belum ada internet dan media sosial.
Dan mungkin mereka yang mengabaikan moral dan norma-norma lainnya hanya untuk mendapatkan perhatian di internet, memang ngga punya hal itu dari awal.
Mereka senang mengolok-olok orang-orang, membahayakan dirinya dan orang lain, dan siap melakukan apa saja demi keuntungan finansial juga ketenaran selama beberapa waktu.
Apa kata peneliti?
Menurut para peneliti, media sosial memberi semua orang alat untuk terus menerus mengekspos kehidupan mereka di mana mereka mengkurasi pengalaman mereka dan semakin khawatir tentang visibilitas mereka.
Betul, perhatian memang ada manfaatnya. Bukan cuma sekedar keuntungan finansial, tapi karena manusia memang makhluk sosial, jadi kita menyamakan semua perhatian, suka, komentar, dan keterpaparan itu sebagai persetujuan.
Dan kita terprogram untuk menginginkan persetujuan dari orang lain.