Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengapa Kita Merasa Perlu Berbagi di Media Sosial?

20 Mei 2021   07:04 Diperbarui: 20 Mei 2021   07:08 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Berbagi di media sosial.Mungkinkah mencari harga diri dari media sosial? (sumber foto: dole777 on Unsplash)

Mencari harga diri dari media sosial, ngga cuma membuat kamu lebih gampang dipengaruhi jumlah "like" dan komentar yang kamu terima, tapi juga bisa menyebabkan kecanduan psikologis.

Itu bisa merendahkan materi putih (white matter) yang ditemukan di otak kamu. Dan yang mengerikan, kecanduan tersebut bekerja dengan cara yang sama seperti kamu kecanduan narkoba.

Berbagi di media sosial.Mungkinkah mencari harga diri dari media sosial? (sumber foto: dole777 on Unsplash)
Berbagi di media sosial.Mungkinkah mencari harga diri dari media sosial? (sumber foto: dole777 on Unsplash)
Pada dasarnya, kita ngga boleh beralih ke media sosial untuk meningkatkan harga diri kita. Itu cuma menandakan kalau kita punya ketergantungan pada faktor eksternal untuk merasa bernilai tinggi, bukan karena apa yang ada di dalam diri kita.

Definisi harga diri sebenarnya adalah penilaian kognitif dan emosional dari nilai kita sendiri.

Dan ketika kita salah dalam menilai media sosial, like dan komentar, kita menjadi bagian dari sebuah siklus negatif dan menyalahartikan kepuasan jangka pendek sebagai kepuasan jangka panjang. Kenyataannya, kita harus melakukan sesuatu yang bermakna dalam jangka panjang pada diri kita sendiri untuk meningkatkan harga diri.

Ketika kita memposting sesuatu yang kita anggap layak, tapi menyembunyikan lebih banyak sisi negatif dari hidup kita, secara ngga sadar kita sedang menyingkirkan rasa malu yang kita sapu ke bawah karpet supaya ngga terlihat.

Kamu jadi ngga sadar kalau rasa harga diri yang sehat itu berarti bebas untuk tumbuh tanpa takut gagal. Kalau kegagalan itu ngga boleh mengubah siapa diri kamu sebenarnya.

Kecanduan kita juga terkait dengan kebutuhan untuk menemukan validasi dari orang lain dan kebutuhan untuk membagikan kehidupan kita secara online, yang sayangnya malah mengabaikan kebahagiaan kita sendiri.

Apa yang bisa kita lakukan?

Ini yang menarik.

Sebuah studi menunjukkan kalau orang yang punya tujuan cenderung lebih kebal terhadap harga diri yang datang dari like dan komentar di media online.

Orang yang punya tujuan memperhatikan umpan balik positif tapi mereka ngga mengandalkan itu untuk merasa nyaman dengan diri mereka sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun