Masa pandemi, bagi sebagian orang, telah berubah menjadi sebuah kontes produktifitas. Pemenangnya adalah mereka yang paling banyak menghasilkan sesuatu.
Coba kita lihat apa yang ada di media sosial.
Mendadak, ada begitu banyak orang yang menujukkan betapa produktifnya mereka di masa pandemi ini.
Mendadak, ada begitu banyak yang "tampil" menjadi koki hebat, atlet berprestasi, atau musisi produktif sepanjang masa pandemi ini. Semua orang tiba-tiba begitu berambisi untuk mencapai sesuatu yang selama ini selalu ingin mereka capai. Ambisius itu baik. Tapi kita tetap harus menarik batas tegas agar ambisi itu bukannya malah menghancurkan kita.
Bagaimana agar tetap sehat
Seperti yang saya sampaikan sebelumnya, mempunyai ambisi itu baik. Punya tujuan itu bagus. Tapi kita harus menentukan target yang "sehat".
Bisa menyelesaikan banyak tugas dan pekerjaan itu sangat menyenangkan. Mungkin bisa dibilang mengakibatkan kecanduan. Membuat kita merasa ingin lebih dan lebih lagi. Membuat target yang lebih tinggi dan lebih tinggi lagi.
Tetapi, satu hal yang tidak boleh dilupakan, menetapkan target itu tetaplah harus SMART (Specific, Measurable, Attainable, Relevant, and Time-based). Begitu salah satu dari kelima hal tersebut diabaikan, siap-siap saja untuk merasa gagal dan kecewa karena tidak bisa mencapai target.
Biasanya itu terjadi karena kita tidak memberi waktu yang cukup untuk mencapai target tersebut atau target itu sendiri yang dibuat terlalu tinggi.
Ini masalahnya. Ketika kepercayaan diri seseorang sangat bergantung pada berapa banyak target yang bisa ia raih, kegagalan mencapainya bisa mengganggu kepercayaan dirinya. Itu bisa membuatnya stres. Merasa gagal.
Padahal, di masa pandemi ini, kondisi psikis kita harus tetap dijaga agar tetap sehat karena bisa mempengaruhi kekebalan tubuh kita. Yang tentunya akan sangat berbahaya ketika kekebalan tubuh itu turun.