Mohon tunggu...
Dicky Saputra
Dicky Saputra Mohon Tunggu... Wiraswasta - Talks about worklife and business. Visit my other blog: scmguide.com

-

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

7 Tanda Kalau Anda adalah Toxic Friend bagi Orang Lain

30 Mei 2020   15:01 Diperbarui: 3 Juni 2020   20:29 3620
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Toxic friend, teman beracun? Terdengar menyeramkan, ya?

Toxic, beracun, membuat orang lain tersakiti, memberi pengaruh buruk, bahkan bisa membunuh. Kata itu digabungkan dengan kata teman, jelas bukanlah seseorang yang kita inginkan ada berada di dekat kita.

Itu versi kita. Bagaimana dengan versi orang lain? Menurut Anda, bagaimana teman-teman akan mendeskripsikan Anda? Apakah mereka menganggap Anda teman yang baik? Jujur? Bisa dipercaya? Menyenangkan? Supportif? Atau, jangan-jangan terjadi sebaliknya?

Dapat teman yang baik itu sulit. Kalau sudah dapat, tentu akan kita pertahankan. Dan sebisa mungkin, kita pasti ingin menjadi teman yang baik juga untuk orang lain.

Tapi, pada praktiknya, tidak semulus itu. Setiap orang pasti pernah berbuat kesalahan. Kita, pasti pernah salah. Dan terkadang kesalahan itu tidak kita sadari. Tahu-tahu teman kita menjauh. Tahu-tahu teman kita sakit hati. Dan tahu-tahu kita sudah sendirian.

Orang sudah menganggap kita sebagai toxic friend. Orang yang harus dihindari. Bahkan tanpa kita sadari. Tahu-tahu semuanya sudah terlambat.

Mumpung belum terlambat, ada baiknya kita kenali 7 tanda yang bisa jadi peringatan, buat saya dan Anda juga tentunya.

1. Terlalu bergantung dan menuntut, itu tanda toxic friend

Kita butuh teman, itu wajar. Sangat normal. Yang menjadi tidak normal adalah pada saat saya atau Anda selalu menuntut teman kita ada buat kita.

Ada masalah sedikit, langsung telepon teman minta tolong. Ada persoalan kecil, langsung kontak teman minta bantuan untuk menyelesaikan. Kalau ditolak, langsung pakai senjata, "Katanya teman. Masa teman tidak mau membantu."

Memaksa orang lain untuk memberikan bantuan atas nama pertemanan.

Belum lagi kalau anda mulai terlalu posesif dengan teman Anda. Melihat mereka bergaul dengan teman yang lain, anda tidak suka. Anda kecewa.

Anda selalu menuntut teman anda untuk selalu ada. Anda menuntut lebih dari yang Anda berikan untuk mereka. Itu tandanya Anda sudah menjadi toxic friend.

2. Terlalu mengendalikan

Foto: unsplash.com
Foto: unsplash.com

Anda selalu memberi tahu teman Anda apa yang harus mereka lakukan, dengan siapa mereka boleh berteman, tanpa sadar Anda sudah ikut campur dalam banyak aspek kehidupan mereka.

Anda selalu ingin tahu apa yang mereka lakukan saat tidak bersama Anda karena takut ketinggalan atau tidak terlibat. Anda takut kalau mereka akan meninggalkan Anda karena menemukan teman yang lebih baik.

Padahal, yang akan terjadi sebenarnya adalah semakin Anda mengekang dan berusaha mengontrol hidupnya, semakin Anda akan dijauhi karena menjadikan pertemanan tersebut buruk bagi mereka.

3. Tidak toleran, tandanya Anda seorang toxic friend

Hubungan pertemanan seharusnya saling menghargai dan saling menguntungkan.

Tanda lainnya Anda telah menjadi toxic friend adalah selalu memaksakan keinginan sendiri. Ingin selalu dituruti, merasa kecewa kalau teman Anda berbeda pandangan.

Kalau Anda lupa kapan terakhir kali seorang teman mengorbankan kepentingannya untuk Anda, atau Anda tidak pernah memikirkan kepentingan mereka, Anda sudah menjadi teman yang tidak toleran.

4. Memberi nasehat tanpa diminta

Sering saya jumpai dalam sebuah pertemanan orang yang selalu memberi nasehat tanpa diminta. Dengan dalih peduli atau membantu. Ketika Anda yang melakukan hal itu, apa sebenarnya yang diinginkan?

Semakin sering Anda memberi nasehat tanpa diminta, mereka bukan merasa semakin terbantu tapi justru akan merasa Anda terlalu mencampuri urusannya.

Memberi nasehat tanpa diminta, sama seperti Anda sedang menghakimi temanAanda, ikut campur urusan mereka, dan seolah menunjukkan kalau Anda lebih baik dari mereka.

Tapi, tahukah kalau ada sebagian teman yang memang hanya ingin didengar? Bukan untuk dibantu dengan nasehat-nasehat, karena merekalah yang paling tahu masalahnya.

Orang-orang yang memberi nasehat tanpa diminta biasanya bukan karena mereka merasa peduli, tapi karena memberikan perasaan memegang kendali dan merasa lebih baik atau superior. Dan kebanyakan orang tidak sadar akan hal ini. Mereka akan berdalih kalau mereka peduli.

5. Banyak mengkritik, salah satu tanda toxic friend

Foto: pixabay.com
Foto: pixabay.com

Ini mirip dengan poin nomor empat. Hanya dari sisi yang lain. Dengan alasan yang sama, peduli, Anda selalu mengkritik apa yang teman lakukan bahkan pakaian yang mereka kenakan. Alasannya? Peduli dan menginginkan mereka lebih baik. Betul begitu?

Terlalu banyak mengkritik adalah salah satu tanda anda adalah toxic friend. Apakah benar Anda peduli saat mengkritik semua tentang dia?

Pernahkah Anda berpikir dengan semua kritik itu, harga dirinya terluka? Dia merasa buruk akan dirinya. Merasa gagal. Merasa rendah diri karena selalu ada yang kurang. Hati-hati, tidak hanya sesama teman, orangtua pun bisa menjadi toxic parents jika melakukan hal seperti ini pada anak-anak mereka.

Yang mereka perlukan adalah membuatnya nyaman akan dirinya dan didukung. Tentu selama tidak ada pelanggaran yang dilakukan terhadap hukum, norma, apapun.

6. Semua pembicaraan adalah tentang Anda, Anda, dan Anda

Seberapa sering Anda membicarakan tentang diri sendiri dibandingkan tentang teman? Semua masalah, pencapaian, apa yang dilakukan, semua tentang Anda.

Bagaimana dengan sang teman? Kapan terakhir kali Anda benar-benar mendengarkan, bukan sekadar mendengar, apa yang teman katakan?

Atau, Anda hanya bilang, "Oh, begitu", kemudian kembali mengalihkan pembicaraan ke diri sendiri.

Kadang kita tidak sadar. Tapi, hal itu menunjukkan kalau Anda lebih mementingkan diri sendiri ketimbang orang-orang terdekat di sekitar. Pertemanan yang baik adalah yang seimbang. Saling memberi dan menerima. Saling mendengarkan satu sama lain.

Anda harus mampu melakukan itu kalau tidak mau terjerumus ke dalam sebuah toxic friendship.

7. Tidak senang dengan kesuksesan teman

Jujur, saat melihat teman sukses, apa yang Anda rasakan? Apakah ikut senang? Atau tidak senang?

Senang atau tidak senang akan menunjukkan bagaimana Anda sebenarnya melihat teman. Apakah benar-benar sebagai teman atau seorang saingan?

Saat melihat orang lain sukses, terlebih teman sendiri, ada dua reaksi yang bisa muncul. Apakah Anda merasa iri atau terinspirasi?

Foto: pixabay.com
Foto: pixabay.com

Saat iri, menganggap teman sebagai saingan, secara tidak sadar Anda akan menjadikan pertemanan sebagai kompetisi dan akan berharap melihat mereka gagal.

Kalau melihat teman Anda semakin sukses tapi semakin membuat Anda sakit, iri, dan kalah, itu tandanya sudah menjadi toxic friend.

***

Apakah Anda merasa mengalami  sendiri tanda-tanda di atas?

Kalau iya, bagus. Itu berarti Anda belum terlambat dan masih bisa mengubahnya. Karena teman yang benar-benar toxic adalah mereka yang tidak sadar dan merasa apa yang dilakukannya benar.

Kita harus jujur pada diri sendiri. Sudah menjadi teman seperti apa kita untuk orang lain? Teman seperti apa yang kita inginkan? Kita seharusnya berusaha juga menjadi seorang teman seperti kita ingin orang lain menjadi teman kita.

Tidak mudah menyadari dan mengakui kesalahan yang sudah dilakukan. Mengubah sikap? Lebih sulit lagi. Butuh waktu dan usaha terus menerus.

Namun, yang perlu diingat, Anda sudah melakukan satu langkah besar jika sudah bisa menyadari teman seperti apa Anda saat ini sehingga tahu apa yang harus diubah untuk menjadi teman yang lebih baik.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun