Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memahami Tagar "Indonesia Terserah"

21 Mei 2020   22:45 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:43 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya tentu sepakat dengan perkataan Prof. Faturochman, bahwa tagar 'Indonesia Terserah' hanya merupakan bentuk ketidakpuasan para tenaga medis atas situasi yang semakin 'kacau' dan tidak tentu saat ini. Kalau memang kita mau masuk dalam situasi 'New Normal', tentu kita harus mempersiapkan diri sebaik mungkin. 

Belum lagi, Indonesia saat ini sepertinya akan menerapkan konsep herd immunity. Bagi saya, untuk masuk dalam 'new normal' dengan diawali herd immunity belum dapat dilakukan, sebab kebiasaan dan perilaku masyarakat kita masih dibilang 'sulit' untuk mengikuti protokoler kesehatan. Sehingga kalau ini dipaksakan, maka angka kematian akan meningkat drastis. 

Bahkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) juga tidak merekomendasikan setiap negara menerapkan herd immunity dan/atau melonggarkan lockdown. 

Sebab menurut WHO herd immunity bukanlah cara utama yang tepat untuk memutus penyebaran COVID-19. Inilah kompleksitas permasalah yang mungkin tidak kita sadari.

Saat ini, tanggung jawab besar berada di pundak para tenaga medis. Dunia sekarang sedang menggantungkan harapan pada mereka agar semua pasien bisa ditangani dengan baik. 

Karena itu, dukungan sosial, juga dukungan moril dan materil harus diberikan oleh kita semua. Kalau kita melakukan pembiaran, saya kira akan ada banyak kejadian buruk yang bisa terjadi. Kita sebagai masyarakat biasa, perlu kritis dan pandai dalam mengelola aktivitas hidup keseharian. 

Para tenaga medis perlu diberi dukungan agar mereka tetap teguh dalam menjalankan tugas pelayanannya. Ada banyak bentuk dukungan yang bisa kita lakukan, salah satunya adalah dengan mengikuti anjuran Pemerintah; tetap di rumah, hindari keramaian, jaga jarak, cuci tangan setiap kali menyentuh benda di tempat umum, memakai masker saat keluar rumah dan berbagai cara lain yang kita bisa lakukan sendiri.

Kita juga perlu memberikan dukungan secara emosional kepada para tenaga medis, sebab dengan adanya dukungan emosional itu, mereka merasakan adanya perhatian yang membuat mereka merasa lebih nyaman saat menghadapi kesulitan di tempat kerja. 

Melalui adanya hubungan yang berarti serta dukungan sosial yang menandakan seseorang diterima, maka pada akhirnya resiliensi perawat akan meningkat. 

Dalam situasi ini, resiliensi merupakan hal yang perlu dibangun oleh tenaga medis untuk dapat mengatasi tantangan dan kesulitan di tempat kerja serta sebagai faktor protektif mencegah burnout dan tress berlebihan. 

Dengan adanya resiliensi, maka kemampuan tenaga medis untuk bangkit kembali dalam mengatasi situasi sulit dapat terjadi. Resiliensi di tempat kerja merupakan sarana untuk memfasilitasi seseorang tenaga medis agar mampu beradaptasi dengan lingkungan yang penuh tekanan di tengah pandemi ini. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun