Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Memahami Tagar "Indonesia Terserah"

21 Mei 2020   22:45 Diperbarui: 21 Mei 2020   22:43 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tagar 'Indonesia Terserah' ramai diperbincangkan dan menjadi trending di Twitter, Instagram dan beberapa media sosial lain.  Adanya tagar ini, menuai banyak respondan dan penilaian dari berbagai pihak. 

Salah satunya datang dari Guru Besar Psikologi Sosial UGM, Prof Faturochman. Baginya, tulisan 'Indonesia Terserah' yang ramai di media sosial tersebut, meskipun bernada menyerah, sebenarnya para tenaga medis tidak menyerah, karena mereka terikat sumpah profesi dan tentu semangat pelayanan dalam diri mereka tidak bisa hilang begitu saja. 

Tagar tersebut dilihat hanya sebagai bentuk protes tenaga kesehatan terhadap kurangnya disiplin masyarakat terkait pencegahan Virus Corona dan peraturan Pemerintah yang selalu berubah-ubah bahkan 'melonggarkan' PSBB, (Kompas.com, Minggu, 17/5/2020).

Pertanyaan sekarang adalah, kalau sampai protes ini diabaikan, dan seandainya para tenaga medis sudah tidak peduli dan cuek (masa bodo), apa yang akan terjadi? Mampukah kita merawat diri kita sendiri? Dapatkan orang mati menguburkan orang mati, atau orang sakit menolong orang sakit? 

Saya kira tagar ini bukan sesuatu yang biasa. kalau melihat dengan saksama, tagar tersebut merupakan bentuk protes dari tenaga medis terhadap perilaku masyarakat yang sudah tidak lagi mengindahkan protokoler kesehatan dan aturan Pemerintah yang selalu berubah. karena itu, tagar ini perlu mendapat perhatian serius dari kita semua, terlebih para pemangku kebijakan. 

Bahwasannya para tenaga medis sudah sangat kelelahan dan jenuh dengan situasi yang terjadi sekarang. Bahkan, saya pernah bertanya kepada salah satu perawat, dia secara jujur mengatakan bahwa dia jenuh karena capek dan lelah mengurus para pasien yang terlalu banyak.

Inilah realita yang tidak bisa kita tampik, bahwa para tenaga medis yang bertugas menangani pasien Covid-19 kini banyak yang mengalami stres/tekanan karena tuntutan pekerjaan yang overload, seperti memberikan pelayanan keperawatan pada pasien, baik untuk kesembuhan ataupun pemulihan status fisik dan mentalnya, memberikan pelayanan lain bagi kenyamanan dan keamanan pasien seperti penataan tempat tidur dan lain-lain, melakukan tugas-tugas administratif, dan lain sebagainya. 

Apabila keadaan seperti ini berlangsung lama dan terus-menerus, maka pasti para tenaga medis akan mengalami kelelahan fisik, emosi, dan mental. Inilah dikenal dengan gejala burnout (kelelahan kerja).

Karena pelayanan dan penanganan bagi semua orang, baik yang masih berstatus ODP, PDP ataupun bagi yang sudah positif corona, menjadi prioritas utama para tenaga medis yang tidak bisa ditinggalkan apalagi dibiarkan begitu saja, maka kelelahan pun tak terelakkan.

Walau demikian, atas nama kemanusiaan mereka tidak bisa melepas tanggung jawabnya begitu saja. Hal utama yang menjadi prioritas adalah kesehatan dan keselamatan banyak orang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun