Mohon tunggu...
WARDY KEDY
WARDY KEDY Mohon Tunggu... Relawan - Alumnus Magister Psikologi UGM
Akun Diblokir

Akun ini diblokir karena melanggar Syarat dan Ketentuan Kompasiana.
Untuk informasi lebih lanjut Anda dapat menghubungi kami melalui fitur bantuan.

SAYA adalah apa yang saya TULIS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peduli Sesama di Tengah Pandemi

5 Mei 2020   15:00 Diperbarui: 5 Mei 2020   16:53 322
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mungkin diantara kita ada yang akan berpendapat bahwa kekayaan dari si kaya itu harus dipersalahkan dan kemiskinan Lazarus itu yang dibenarkan. Namun dari sini saya mengajak kita untuk mencari penyebab mengapa orang kaya itu dipersalahkan dan Lazarus dibenarkan?

Kita melihat bahwa kekayaan itu berasal dari dirinya sendiri dan bersifat netral. Dari sikap orang kaya itulah baru kita dapat menilai baik-buruknya. Mengapa orang kaya itu disalahkan padalah kita tahu dia sama sekali tidak meghina, memaki atau merendahkan Lazarus?

Nah, sejauh pemaham saya, orang kaya itu dipersalahkan karena dia tidak memikirkan dan tidak peduli terhadap orang lain. Si kaya itu sama sekali tidak memperhatikan kebutuhan Lazarus.

Bisa dikatakan, si kaya itu telah menjadi "asosial". Dia hanya memikirkan kenikmatannya sendiri. Dan dia telah kehilangan kepekaan dan kemanusiaan. Dia mengira bahwa kekayaan itu bersifat pribadi dan tidak menyangkut kehidupan bersama dan tidak bersifat sosial. Di sinilah letak kesalahan dari si kaya itu.

Setiap hari si kaya itu hanya selalu memikirkan kekayaan sebagai sarana kenikmatan bukan sebagai sarana pelayanan dan sarana untuk menolong dan membantu sesama yang berkekurangan dalam kehidupan bersama.

Kekayaan si kaya membuat dia kehilangan sikap toleran dengan keadaan orang lain. Dia telah tenggelam dalam kenikmatan kekayaan itu. Dan lebih dari semua itu, si kaya telah kehilangan jati dirinya, sebab dia menempatkan kekayaan senbagai sarana kemewahan. Sampai-sampai dia tidak melihat Lazarus sebagai pribadi dengan kemanusiaan yang utuh sama seperti dia juga.

Sebagai akibat dari sikapnya ini, si kaya pun mengalami penderitaan yang luar biasa saat kematiannya. Inilah yang seharusnya menjadi fokus perhatian kita. Inilah yang harus kita pelajari dan selalu ingat dalam keseharian hidup kita, khususnya selama menjalani masa sulit menghadapi wabahnya Covid-19.

Bahwasannya, kita harus memiliki sikap peduli dan toleran terhadap penderitaan dan kebutuhan orang lain, terlebih pada orang kecil yang terancam hidupnya karena adanya Covid-19. Segala kelebihan yang kita miliki seharusnya kita bagikan juga kepada yang membutuhkan. 

Dengan begitu kita akan memperoleh harta berlimpah di Surga. Kalau kita selalu mau berbagi dan membantu sesama kita yang berkekurangan, niscaya kita akan memperoleh berkat berlimbah dari Tuhan.

Dengan bersikap peduli terhadap sesama kita tentu akan selamat dan gembira. Kita pun akan bahagia jika kita selalu berusahan menolong sesama. Sebab untuk saya kebahagiaan terbesar dalam hidup ini adalah ketika saya mampu melihat penderitaan orang lain sebagai penderitaan saya, dan mengalami kebahagiaan orang lain sebagai kebahagiaan saya juga.

Muder Teresa mengatakan bahwa sedikit yang kita punya tetapi banyak yang kita berikan mungkin adalah sesuatu yang mustahil. Namun itulah logika Cinta. Dalam memberi dan dalam menolong sesama, tersirat makna cinta dan kasih yang begitu mendalam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun