Di ufuk pagi yang cerah, Â
Kuhirup semangat dalam embun pagi, Â
Dengan harapan menuntun langkahku, Â
Menuju puncak cita yang tak tergapai. Â
Setiap jejak di tanah ini, Â
Mengukir cerita di balik rintangan, Â
Dari lembah lembut hingga puncak curam, Â
Kegigihan dan tekad takkan sirna. Â
Kuyakini mimpi bukan ilusi, Â
Namun ladang yang siap ditanami, Â
Dengan kerja keras, dan keyakinan, Â
Mencari arti di setiap perjalanan. Â
Darah dan keringat mengalir, Â
Seiring dengan waktu yang tak berujung, Â
Setiap cobaan, setiap jatuh bangun, Â
Adalah batu pijakan menuju bintang. Â
Tangan-tangan yang saling menggenggam, Â
Menjadi pelipur dalam sunyi malam, Â
Sahabat dalam perjalanan yang panjang, Â
Memberi kekuatan, memberi harapan. Â
Di puncak cita yang kucita-citakan, Â
Kan kulihat segala jerih payah ini, Â
Kukayuh harap dengan penuh percaya, Â
Bahwa mimpi ini layak diperjuangkan. Â
Kini aku melangkah dengan pasti, Â
Setiap langkahku adalah nyala api, Â
Menuju puncak yang takkan berhenti, Â
Di sanalah harapan dan cita bersatu. Â
"Rinduku pada Bintang yang Tertinggi"
Di bawah langit malam yang bertabur bintang, Â
Aku duduk merenung, memikirkan impian. Â
Jaraknya begitu jauh, bagai langit yang tak terjang, Â
Namun hatiku tak surut, penuh harapan yang membara.
Bintang itu bersinar, sinarnya memesona, Â
Menggoda jiwa yang mendambakan kebahagiaan. Â
Ia menjadi penunjuk arah, dalam gelap yang mencekam, Â
Meski langkahku goyah, kutemukan ketenangan.
Sejauh mana pun harus aku melangkah, Â
Rinduku tak akan padam, meski terhalang awan. Â
Setiap detik berlalu, setiap napas terasa, Â
Membawa harap untuk menjangkau mimpi yang menanti.
Bintang yang tertinggi, kau lambang keyakinan, Â
Satu titik terang di lautan ketidakpastian. Â
Walau terik mentari kadang membuatku lelah, Â
Ku akan terus berusaha, demi cahaya harapan.