"Sembagi Arutala dan Langit yang Tak Berujung"
Di bawah lengkung langit yang luas, Â
Sembagi Arutala menatap jauh, Â
Impian tergantung di ujung cakrawala, Â
Seperti bintang yang selalu bersinar dalam gulita.
Langkah-langkahnya tak pernah henti, Â
Meski bumi kadang bergetar di bawah kaki, Â
Angin menantang, badai menghadang, Â
Namun hatinya terus berdegup, tak pernah goyah.
Langit bukan batas, Â
Hanya ruang kosong yang menanti disentuh, Â
Sayap-sayap impian terbentang lebar, Â
Mengikuti jejak angin, menyusuri lautan mimpi.
Ia melangkah, dengan mata terarah, Â
Menuju ufuk yang tak pernah pudar, Â
Menggapai bintang, menggenggam angkasa, Â
Tak ada ujung bagi cita-citanya.
Setiap jatuh adalah pelajaran, Â
Setiap luka adalah pelatuk untuk bangkit, Â
Sembagi Arutala tak kenal menyerah, Â
Ia adalah nyala yang menolak padam.
Langit mungkin tampak tak berujung, Â
Tapi ia percaya, ada lebih dari sekadar langit. Â
Di balik awan, di seberang cakrawala, Â
Ada dunia yang menunggu untuk direngkuhnya.
Dengan tekad yang melampaui batas, Â
Ia terus mendaki tanpa lelah, Â
Sembagi Arutala, penjelajah impian, Â
Tak pernah berhenti, hingga langit mengaku kalah.
"Melangkah Menuju Puncak Cita"
Di ufuk pagi yang cerah, Â
Kuhirup semangat dalam embun pagi, Â
Dengan harapan menuntun langkahku, Â
Menuju puncak cita yang tak tergapai. Â
Setiap jejak di tanah ini, Â
Mengukir cerita di balik rintangan, Â
Dari lembah lembut hingga puncak curam, Â
Kegigihan dan tekad takkan sirna. Â
Kuyakini mimpi bukan ilusi, Â
Namun ladang yang siap ditanami, Â
Dengan kerja keras, dan keyakinan, Â
Mencari arti di setiap perjalanan. Â
Darah dan keringat mengalir, Â
Seiring dengan waktu yang tak berujung, Â
Setiap cobaan, setiap jatuh bangun, Â
Adalah batu pijakan menuju bintang. Â
Tangan-tangan yang saling menggenggam, Â
Menjadi pelipur dalam sunyi malam, Â
Sahabat dalam perjalanan yang panjang, Â
Memberi kekuatan, memberi harapan. Â
Di puncak cita yang kucita-citakan, Â
Kan kulihat segala jerih payah ini, Â
Kukayuh harap dengan penuh percaya, Â
Bahwa mimpi ini layak diperjuangkan. Â
Kini aku melangkah dengan pasti, Â
Setiap langkahku adalah nyala api, Â
Menuju puncak yang takkan berhenti, Â
Di sanalah harapan dan cita bersatu. Â
"Rinduku pada Bintang yang Tertinggi"
Di bawah langit malam yang bertabur bintang, Â
Aku duduk merenung, memikirkan impian. Â
Jaraknya begitu jauh, bagai langit yang tak terjang, Â
Namun hatiku tak surut, penuh harapan yang membara.
Bintang itu bersinar, sinarnya memesona, Â
Menggoda jiwa yang mendambakan kebahagiaan. Â
Ia menjadi penunjuk arah, dalam gelap yang mencekam, Â
Meski langkahku goyah, kutemukan ketenangan.
Sejauh mana pun harus aku melangkah, Â
Rinduku tak akan padam, meski terhalang awan. Â
Setiap detik berlalu, setiap napas terasa, Â
Membawa harap untuk menjangkau mimpi yang menanti.
Bintang yang tertinggi, kau lambang keyakinan, Â
Satu titik terang di lautan ketidakpastian. Â
Walau terik mentari kadang membuatku lelah, Â
Ku akan terus berusaha, demi cahaya harapan.
Dalam setiap malam yang sunyi dan sepi, Â
Rinduku padamu, oh bintang di angkasa tinggi. Â
Meski sulit digapai, akan kukekalkan keyakinan, Â
Karena setiap impian dimulai dari sebuah harapan.
Cilacap, Desember 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H