Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Kisah di Bawah Bayang-bayang Penjajah - Part 27

14 September 2024   03:10 Diperbarui: 14 September 2024   03:15 144
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ketika Harapan dan Kekuatan Bertemu

Malam itu terasa lebih dingin dari biasanya, angin berhembus kencang membawa suara bisikan lembut dari hutan di sekitar benteng. Meskipun mereka baru saja memenangkan pertempuran besar, suasana tegang masih terasa. Para prajurit tahu bahwa kemenangan hari ini hanyalah permulaan, dan musuh bisa saja kembali dengan kekuatan yang lebih besar.

Di dalam benteng, Raden berdiri di jendela, menatap langit malam yang dipenuhi bintang. Ia teringat pada keluarganya, yang sudah lama tidak ia temui. Di tengah kesibukannya memimpin pasukan, ia jarang sekali memikirkan dirinya sendiri. Tapi malam ini, setelah pertempuran yang panjang dan berat, ia merasa rindu pada kehidupan lamanya---sebuah kehidupan sebelum penjajahan datang, ketika ia masih bisa hidup tenang bersama keluarganya.

Tiba-tiba suara langkah kaki terdengar mendekat, dan Suryo muncul di pintu. Wajahnya yang kelelahan menunjukkan betapa pertempuran itu juga menguras tenaganya. "Raden, para prajurit sudah siap untuk perintah selanjutnya," katanya. "Tapi aku pikir kita perlu menyusun strategi lebih matang. Musuh pasti akan datang lagi, dan mungkin dengan kekuatan yang lebih besar."

Raden menoleh ke arah Suryo dan mengangguk. "Kamu benar. Kita tidak boleh terlena dengan kemenangan ini. Kita harus bersiap untuk yang lebih buruk." Ia berjalan menuju meja di tengah ruangan, di mana peta besar wilayah benteng tergelar. "Kita harus menguatkan pertahanan di semua sisi. Kalau musuh datang lagi, kita tidak bisa hanya mengandalkan serangan mendadak. Kita butuh strategi yang lebih dalam."

Suryo mendekat, matanya menatap peta dengan cermat. "Benteng ini berada di posisi yang cukup strategis, tapi kelemahan kita ada di bagian selatan. Bukit-bukit di sana terlalu curam dan sulit dijaga."

Raden memikirkan hal itu sejenak. "Kita bisa menempatkan beberapa pasukan di bukit-bukit itu, meskipun sulit. Setidaknya, mereka bisa memberi peringatan jika musuh datang dari arah sana."

Suryo mengangguk. "Dan bagaimana dengan persediaan kita? Perang berkepanjangan bisa membuat kita kehabisan sumber daya."

Raden menghela napas panjang. "Itu juga menjadi masalah. Kita harus mencari cara untuk mendapatkan suplai tambahan. Kalau tidak, kita akan kehabisan makanan dan senjata sebelum pertempuran benar-benar berakhir."

Saat mereka berbicara, tiba-tiba seorang pengawal datang dengan tergesa-gesa. "Raden, ada seseorang yang ingin bertemu. Dia mengatakan bahwa dia datang dengan pesan penting dari desa di sebelah utara."

Raden dan Suryo saling bertukar pandang. Keduanya merasa aneh bahwa ada orang yang datang pada saat seperti ini, terutama dari utara, yang selama ini dianggap relatif aman. "Bawa dia masuk," perintah Raden.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun