"Terima kasih, Cedric," jawab Alena dengan lembut. "Aku tahu ini tidak akan mudah, tapi kita harus melakukannya. Kerajaan kita bergantung pada keberhasilan kita."
Dengan semangat yang berkobar, mereka meninggalkan istana saat fajar menyingsing. Kuda-kuda mereka berlari melewati jalan setapak menuju hutan lebat yang mengelilingi kerajaan. Jalan menuju Gunung Kuno terkenal berbahaya, penuh dengan hutan belantara yang dipenuhi binatang buas dan makhluk-makhluk aneh yang jarang ditemui manusia. Namun, itu bukan satu-satunya ancaman. Morgath, yang mengetahui pergerakan mereka, pasti akan mengirim pasukannya untuk menggagalkan misi ini.
Hari pertama perjalanan mereka relatif tenang. Hutan di sekeliling mereka terasa seperti hidup, dengan pepohonan yang besar dan bayangan yang seolah-olah berbisik di balik dedaunan. Namun, saat malam menjelang, suasana berubah. Kabut mulai turun, menyelimuti jalan setapak dengan lapisan tebal yang membuat mereka sulit melihat lebih dari beberapa langkah ke depan.
"Alena, kita harus berhenti di sini untuk malam ini," kata Cedric sambil memeriksa lingkungan sekitar. Mereka menemukan sebuah gua kecil yang tampak cukup aman untuk dijadikan tempat berlindung. Dengan cepat, Cedric membuat api unggun kecil untuk menghangatkan mereka di malam yang dingin.
Saat duduk di dekat api, Alena merasakan keheningan yang aneh di sekitar mereka. Suara-suara hutan yang biasanya ramai dengan nyanyian burung atau serangga mendadak lenyap. Hanya ada desiran angin yang terasa semakin dingin. Tiba-tiba, dari balik kabut, terdengar suara langkah kaki yang berat dan gemuruh aneh yang menggema di hutan.
Cedric berdiri dengan cepat, menghunus pedangnya. "Ada sesuatu yang datang," bisiknya, matanya waspada memandang ke arah kabut yang tebal. Dari kejauhan, sosok-sosok besar mulai muncul, semakin jelas dengan setiap langkah yang mendekat. Mereka adalah makhluk bayangan yang besar, dengan tubuh berotot yang dilapisi oleh kegelapan tebal. Mata mereka merah menyala, memancarkan kebencian dan kehausan akan kekacauan.
Makhluk-makhluk ini adalah pelayan Morgath, dikirim untuk menghentikan perjalanan Alena. Cedric segera maju ke depan, bersiap untuk melindungi sang putri. Namun, sebelum makhluk itu sempat menyerang, Alena mengangkat pedangnya. Cahaya yang terpancar dari pedang itu bersinar terang, menyinari kegelapan dan membuat makhluk-makhluk itu terhenti.
Dengan keberanian yang luar biasa, Alena melangkah maju. Cahaya dari pedangnya semakin kuat, mengusir bayangan-bayangan yang menyerang mereka. Makhluk-makhluk Morgath berteriak, terhantam oleh kekuatan Cahaya yang begitu kuat hingga mereka terpaksa mundur. Alena dan Cedric berhasil mengusir para makhluk itu, namun pertempuran tersebut menyadarkan mereka bahwa perjalanan ini tidak akan mudah.
"Ini baru permulaan," kata Cedric setelah makhluk-makhluk itu hilang di balik kabut. "Morgath akan mengirim lebih banyak lagi. Kita harus terus waspada."
Alena mengangguk, rasa tanggung jawab semakin membebani pundaknya. Namun ia juga tahu, semakin dekat mereka ke Gunung Kuno, semakin besar pula harapan mereka untuk menyelamatkan kerajaan. Mereka melanjutkan perjalanan keesokan paginya, bertekad menghadapi setiap tantangan yang menanti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H