Mohon tunggu...
Dibbsastra
Dibbsastra Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Minat saya adalah sebagai penulis cerpen, puisi, quotes, artikel, novel

Selanjutnya

Tutup

Cerbung

Putri Alena dan Kerajaan Cahaya - Part 3

6 September 2024   03:25 Diperbarui: 6 September 2024   04:55 164
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Perjalanan Menuju Gunung Kuno

Keesokan paginya, saat embun masih menetes di dedaunan dan kabut tipis menyelimuti istana, Alena berjalan dengan langkah mantap menuju aula utama, di mana kedua orang tuanya, Raja Andros dan Ratu Selene, telah menunggu. Ia tahu bahwa apa yang akan ia sampaikan tidak mudah diterima, namun ancaman Morgath tidak bisa diabaikan. Dengan suara tegas, Alena menceritakan pengalaman malam sebelumnya---tentang cermin tua, bayangan Morgath, dan peringatan gelap yang diterimanya.

Raja Andros mendengarkan dengan seksama, kedua tangannya menggenggam erat sandaran kursi takhtanya. Wajahnya yang tegar mulai menunjukkan kerut keprihatinan yang mendalam. Sementara itu, Ratu Selene menatap putrinya dengan mata penuh kekhawatiran, namun ada kilatan keyakinan dalam sorot matanya. Mereka tahu bahwa ini bukan sekadar mimpi buruk atau halusinasi. Ini adalah peringatan nyata dari kegelapan yang mendekat.

"Anakku, Morgath adalah musuh yang sangat kuat," kata Raja Andros dengan suara berat. "Dia tidak akan mudah dikalahkan. Namun, kami percaya pada kekuatan yang kau miliki. Darah para leluhur yang menundukkan Morgath dulu mengalir dalam dirimu."

Ratu Selene, dengan penuh kelembutan namun tegas, menambahkan, "Alena, ada sesuatu yang harus kau ketahui. Morgath tidak bisa dilawan hanya dengan kekuatan senjata atau prajurit. Kau harus pergi ke Gunung Kuno. Di sana, tersembunyi sebuah artefak yang dikenal sebagai *Cahaya Kehidupan*. Artefak itu adalah satu-satunya hal yang bisa melindungi kerajaan kita dari kegelapan. Tetapi perjalanan ke Gunung Kuno penuh dengan bahaya yang tak terbayangkan. Hanya kau yang bisa menemukannya, karena kau adalah pewaris garis Cahaya."

Alena terdiam sesaat. Pikiran tentang petualangan yang berbahaya menakutinya, tetapi ia tahu bahwa ini adalah takdirnya. Cahaya yang selalu menyertainya, yang ia pikir hanyalah kebetulan atau halusinasi, kini menjadi lebih jelas maknanya. Kekuatan itu, yang diwarisi dari leluhurnya, harus ia gunakan untuk menyelamatkan kerajaan Cahaya.

"Jika ini memang takdirku, maka aku tidak akan menghindar," kata Alena akhirnya. "Aku akan pergi ke Gunung Kuno dan menemukan *Cahaya Kehidupan*."

Keputusan Alena membuat kedua orang tuanya bangga, meski hati mereka dipenuhi dengan kecemasan. Dengan keberanian yang baru ditemukan, Alena mulai mempersiapkan perjalanan. Ia mengenakan jubah perjalanan berwarna biru tua yang dihiasi lambang keluarga kerajaan, dan pedang perak yang diwariskan dari generasi ke generasi diselipkan di pinggangnya. Pedang itu, meskipun tampak sederhana, telah diberkahi dengan kekuatan magis yang mampu memancarkan Cahaya saat dihadapkan dengan kegelapan.

Saat semua persiapan selesai, Raja Andros memerintahkan salah satu ksatria terbaiknya, seorang pemuda bernama Cedric, untuk menemani Alena dalam perjalanan. Cedric adalah ksatria muda yang telah membuktikan kesetiaannya kepada kerajaan dalam berbagai pertempuran. Dia dikenal sebagai petarung ulung, namun di balik baju zirahnya, Cedric menyimpan kekaguman yang dalam terhadap Alena. Meski mereka jarang berbicara, Cedric selalu memperhatikan putri dengan rasa hormat yang besar.

Saat mereka bersiap untuk berangkat, Cedric mendekati Alena dan berkata dengan penuh semangat, "Putri, perjalanan ini akan sangat berbahaya, tetapi dengan kekuatan Cahaya yang ada di sisimu, aku yakin kita bisa mengatasi apa pun yang menghadang." Cedric memberikan senyuman yang penuh keyakinan, mencoba memberi semangat pada Alena. Meskipun Alena merasa ragu untuk bergantung pada orang lain, terutama karena beban tugas ini seolah-olah hanya miliknya sendiri, ia menghargai kesetiaan Cedric.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerbung Selengkapnya
Lihat Cerbung Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun