Panggilan dari Hutan
Di suatu tempat yang jauh dari keramaian kota, tersembunyi sebuah desa kecil bernama Sinaran. Desa ini terletak di tepi hutan belantara yang dikenal dengan nama Hutan Mistik. Hutan ini terkenal karena keindahannya yang menakjubkan serta cerita-cerita misterius yang mengelilinginya. Di Sinaran, tinggal seorang gadis bernama Asha, yang dikenal karena rasa ingin tahunya yang besar dan hati yang penuh kasih.
Sejak kecil, Asha sering menghabiskan waktu di pinggiran hutan, memperhatikan bagaimana cahaya matahari menembus dedaunan dan bagaimana burung-burung berkicau merdu di pagi hari. Dia merasa ada sesuatu yang spesial di dalam hutan itu, sesuatu yang selalu memanggilnya dengan lembut, seperti bisikan angin yang membawa pesan rahasia. Meski demikian, Asha selalu berhati-hati dan tidak pernah melangkah jauh ke dalam hutan, karena ada berbagai cerita tentang bahaya yang mengintai di sana.
Pada suatu pagi yang cerah, keadaan di desa berubah drastis. Cuaca yang biasanya sejuk dan menyegarkan tiba-tiba menjadi panas dan kering. Tanah-tanah yang subur menjadi retak-retak, dan aliran sungai yang biasanya deras kini hanya menyisakan genangan air keruh. Warga desa mulai merasa putus asa, karena tanaman-tanaman mereka layu dan sumur-sumur hampir kering.
Kakek Asha, seorang tetua bijak yang dikenal dengan pengetahuan luas tentang tradisi dan legenda desa, berkumpul dengan warga di alun-alun desa. Dengan wajah penuh kekhawatiran, dia mengungkapkan keyakinannya bahwa hutan memiliki kekuatan magis. Menurut legenda, hutan itu dipenuhi dengan energi kuno yang bisa menyembuhkan tanah yang gersang jika hanya seseorang yang memiliki hati yang murni bisa menemukannya.
Warga desa, yang telah mencoba segala cara untuk mengatasi kekeringan, merasa bahwa mereka tidak punya pilihan lain. Tidak ada yang berani masuk jauh ke dalam hutan karena ketakutan akan bahaya dan misteri yang belum terpecahkan. Dalam pertemuan itu, Kakek Asha menyatakan bahwa satu-satunya harapan mereka adalah jika seseorang dengan keberanian dan niat baik pergi mencari bantuan di dalam hutan.
Setelah pertemuan itu, Asha merasa gelisah. Dia tahu bahwa kakeknya adalah orang yang sangat dihormati, dan dia tidak bisa mengabaikan panggilan untuk membantu desanya. Meski ketakutan melanda, Asha tahu bahwa dia harus melangkah maju. Dia merenung sejenak tentang tanggung jawab yang ada di pundaknya dan merasa tekadnya semakin kuat.
Kepada keluarganya, Asha mengatakan bahwa dia akan memasuki hutan untuk mencari jawaban. Ibunya, dengan mata penuh air mata, mencoba mencegahnya. Namun, Asha meyakinkan ibunya bahwa dia akan berhati-hati dan hanya akan mencari jalan keluar dari situasi ini. Ibunya, meski berat hati, akhirnya merelakannya pergi.
Asha mempersiapkan bekal yang diperlukan untuk perjalanannya. Dia mengambil beberapa roti kering, air dalam kantong kulit, serta sebuah pisau kecil yang diberikan oleh kakeknya untuk perlindungan. Selain itu, dia juga membawa beberapa benda kecil yang dianggap sebagai jimat oleh penduduk desa, termasuk batu-batu kecil yang dianggap membawa keberuntungan.
Saat matahari mulai merendah di cakrawala, Asha mengambil napas panjang sebelum memasuki hutan. Langkahnya perlahan namun pasti, dan dia merasakan kesejukan yang menyelimuti tubuhnya begitu dia melangkah melewati batas hutan. Pohon-pohon besar berdiri tegak, seolah membentuk gerbang alami menuju tempat yang tidak dikenal. Dengan setiap langkah, suasana di sekelilingnya semakin gelap dan misterius.
Di dalam hutan, Asha merasakan perubahan yang nyata dalam udara. Aroma tanah yang lembab dan dedaunan yang membusuk menyambutnya. Suara burung-burung yang berkicau lembut dan desiran angin membuat suasana terasa tenang namun juga penuh dengan ketegangan. Asha tahu bahwa dia harus tetap waspada.
Seiring berjalannya waktu, Asha semakin dalam menjelajahi hutan. Dia mengikuti jalur setapak yang tampaknya sering dilalui, namun semakin lama, jalur itu semakin hilang di antara pepohonan yang semakin rapat. Asha merasa seperti sedang berada di dalam labirin alami, dan ketidakpastian mengintai di setiap sudut.
Di tengah perjalanan, dia merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Sesekali, dia mendengar suara langkah-langkah lembut di belakangnya. Ketika dia berhenti dan menoleh, tidak ada apa-apa kecuali bayangan pohon-pohon yang saling bersaing untuk menyerap cahaya matahari. Asha mencoba untuk menenangkan pikirannya, meyakinkan dirinya bahwa itu hanya efek dari imajinasinya yang disebabkan oleh ketegangan.
Setelah beberapa jam berjalan, Asha merasa lapar dan kelelahan. Dia berhenti di bawah sebuah pohon besar untuk istirahat. Saat dia membuka bekalnya, dia merenungkan betapa pentingnya perjalanan ini. Dalam hati, dia berdoa agar dia bisa menemukan sesuatu yang bisa membantu desanya dan membawa kembali harapan yang hilang.
Di tengah-tengah istirahatnya, Asha mendengar suara aliran air. Terinspirasi, dia mengikuti suara itu dan menemukan sebuah sungai kecil yang mengalir jernih. Dia mengisi kantong airnya dan kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri tepi sungai. Di sepanjang tepi sungai, dia melihat berbagai jenis flora dan fauna yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Ada bunga-bunga aneh dengan warna-warna cerah dan ikan-ikan kecil yang berenang riang.
Saat mendekati bagian hutan yang lebih dalam, dia melihat sebuah batu besar yang menonjol dari tepi sungai. Batu itu tampak berbeda, seperti ada sesuatu yang tertanam dalam ukiran kuno di permukaannya. Dengan penuh rasa ingin tahu, Asha mendekat dan mulai memeriksa batu itu. Dia menyadari bahwa ukiran tersebut membentuk tulisan yang samar namun jelas: "Hanya mereka yang memiliki hati murni akan menemukan jalan menuju sumber kehidupan."
Kata-kata itu membuat Asha merasa tertegun. Dia merasa bahwa ukiran itu adalah pesan yang ditujukan kepadanya. Dia merasa campur aduk antara ketakutan dan harapan. Apakah ini petunjuk yang dia cari? Apakah dia cukup murni untuk menemukan apa yang sedang dicari? Dengan tekad baru, Asha memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan, mengikuti aliran sungai yang tampaknya mengarah lebih dalam ke hutan.
Ketika matahari mulai merendah, suasana hutan menjadi semakin misterius. Bayangan-bayangan panjang menjulang dari pepohonan dan suara malam mulai menggantikan kicauan burung. Asha memutuskan untuk berhenti dan mendirikan tempat peristirahatan sementara. Dia membuat api kecil untuk menghangatkan tubuh dan memasak sedikit makanan. Di sekitar api, dia merenungkan perjalanan yang telah dia lakukan dan apa yang mungkin dia temui selanjutnya.
Dalam keheningan malam, Asha merasakan sesuatu yang aneh—sebuah rasa bahwa dia tidak sendirian. Dia melihat ke sekeliling dan berusaha untuk mendengar setiap suara yang mungkin mengungkapkan keberadaan makhluk lain di hutan. Namun, tidak ada yang terlihat selain hutan yang gelap dan api yang berkelip-kelip.
Asha tidur dengan penuh harapan dan ketegangan, siap menghadapi tantangan yang mungkin ada di depan. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai dan bahwa dia harus tetap kuat dan berani untuk menghadapi segala sesuatu yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H