Di dalam hutan, Asha merasakan perubahan yang nyata dalam udara. Aroma tanah yang lembab dan dedaunan yang membusuk menyambutnya. Suara burung-burung yang berkicau lembut dan desiran angin membuat suasana terasa tenang namun juga penuh dengan ketegangan. Asha tahu bahwa dia harus tetap waspada.
Seiring berjalannya waktu, Asha semakin dalam menjelajahi hutan. Dia mengikuti jalur setapak yang tampaknya sering dilalui, namun semakin lama, jalur itu semakin hilang di antara pepohonan yang semakin rapat. Asha merasa seperti sedang berada di dalam labirin alami, dan ketidakpastian mengintai di setiap sudut.
Di tengah perjalanan, dia merasa ada sesuatu yang mengikutinya. Sesekali, dia mendengar suara langkah-langkah lembut di belakangnya. Ketika dia berhenti dan menoleh, tidak ada apa-apa kecuali bayangan pohon-pohon yang saling bersaing untuk menyerap cahaya matahari. Asha mencoba untuk menenangkan pikirannya, meyakinkan dirinya bahwa itu hanya efek dari imajinasinya yang disebabkan oleh ketegangan.
Setelah beberapa jam berjalan, Asha merasa lapar dan kelelahan. Dia berhenti di bawah sebuah pohon besar untuk istirahat. Saat dia membuka bekalnya, dia merenungkan betapa pentingnya perjalanan ini. Dalam hati, dia berdoa agar dia bisa menemukan sesuatu yang bisa membantu desanya dan membawa kembali harapan yang hilang.
Di tengah-tengah istirahatnya, Asha mendengar suara aliran air. Terinspirasi, dia mengikuti suara itu dan menemukan sebuah sungai kecil yang mengalir jernih. Dia mengisi kantong airnya dan kemudian melanjutkan perjalanan menyusuri tepi sungai. Di sepanjang tepi sungai, dia melihat berbagai jenis flora dan fauna yang belum pernah dia lihat sebelumnya. Ada bunga-bunga aneh dengan warna-warna cerah dan ikan-ikan kecil yang berenang riang.
Saat mendekati bagian hutan yang lebih dalam, dia melihat sebuah batu besar yang menonjol dari tepi sungai. Batu itu tampak berbeda, seperti ada sesuatu yang tertanam dalam ukiran kuno di permukaannya. Dengan penuh rasa ingin tahu, Asha mendekat dan mulai memeriksa batu itu. Dia menyadari bahwa ukiran tersebut membentuk tulisan yang samar namun jelas: "Hanya mereka yang memiliki hati murni akan menemukan jalan menuju sumber kehidupan."
Kata-kata itu membuat Asha merasa tertegun. Dia merasa bahwa ukiran itu adalah pesan yang ditujukan kepadanya. Dia merasa campur aduk antara ketakutan dan harapan. Apakah ini petunjuk yang dia cari? Apakah dia cukup murni untuk menemukan apa yang sedang dicari? Dengan tekad baru, Asha memutuskan untuk terus melanjutkan perjalanan, mengikuti aliran sungai yang tampaknya mengarah lebih dalam ke hutan.
Ketika matahari mulai merendah, suasana hutan menjadi semakin misterius. Bayangan-bayangan panjang menjulang dari pepohonan dan suara malam mulai menggantikan kicauan burung. Asha memutuskan untuk berhenti dan mendirikan tempat peristirahatan sementara. Dia membuat api kecil untuk menghangatkan tubuh dan memasak sedikit makanan. Di sekitar api, dia merenungkan perjalanan yang telah dia lakukan dan apa yang mungkin dia temui selanjutnya.
Dalam keheningan malam, Asha merasakan sesuatu yang aneh—sebuah rasa bahwa dia tidak sendirian. Dia melihat ke sekeliling dan berusaha untuk mendengar setiap suara yang mungkin mengungkapkan keberadaan makhluk lain di hutan. Namun, tidak ada yang terlihat selain hutan yang gelap dan api yang berkelip-kelip.
Asha tidur dengan penuh harapan dan ketegangan, siap menghadapi tantangan yang mungkin ada di depan. Dia tahu bahwa perjalanan ini baru saja dimulai dan bahwa dia harus tetap kuat dan berani untuk menghadapi segala sesuatu yang akan datang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H