Saat kembali mengenang masa-masa sekolah, saya selalu teringat dengan Kereta Api Rel Diesel (KRD) jurusan Cianjur-Bandung. Bukan sekadar alat transportasi, tetapi "sahabat" setia yang menemani keseharian saya selama bersekolah di sebuah sekolah menengah atas di Bandung rentang tahun 1997 hingga 2000.Â
Tinggal di perbatasan antara Bandung dan Cianjur, saya harus berhadapan dengan jarak dan waktu yang tak singkat. Dengan pilihan transportasi yang terbatas dan biaya yang harus dihemat, kereta api menjadi solusi terbaik untuk perjalanan harian saya. Meski begitu, perjalanan dengan kereta api KRD bukanlah tanpa tantangan.
Setiap pagi, saya harus bersiap untuk "bertempur" di dalam gerbong kereta yang dipadati penumpang. Para penjual sayur, ibu-ibu dengan barang dagangan, bahkan penumpang yang membawa ayam atau hewan ternak kecil sering kali menjadi rekan perjalanan saya.Â
Aroma gerbong yang bercampur asap diesel, debu, dan bau sayur adalah sesuatu yang tak mungkin saya lupakan. Di tengah himpitan itu, berdiri sepanjang perjalanan sejauh 1,5-2 jam ke Bandung menjadi hal yang biasa. Namun, meskipun penuh perjuangan, ada cerita-cerita kecil yang selalu membuat pengalaman ini begitu berharga.
Kereta, Kehidupan, dan Kenangan yang Tak Terlupakan
Ketika sekolah dulu, naik kereta api bukan hanya tentang berpindah dari satu tempat ke tempat lain, melainkan juga tentang menyaksikan berbagai sisi kehidupan. Di dalam kereta, saya sering melihat wajah-wajah penuh harapan dari para pedagang yang hendak menjual hasil bumi mereka di Pasar Ciroyom. Ada yang membawa karung sayur, ada pula yang membawa keranjang ayam hidup. Mereka adalah cermin semangat perjuangan sehari-hari, sama seperti saya yang berjuang untuk menimba ilmu di Bandung.
Meski perjalanan sering kali melelahkan, ada momen-momen unik yang membuat semuanya terasa lebih ringan. Seorang ibu yang dengan ramah membagikan buah kepada sesama penumpang, pedagang asongan yang menawarkan dagangan dengan humor khas mereka, atau percakapan ringan dengan penumpang lain yang membuat waktu terasa lebih cepat berlalu. Kereta api adalah ruang di mana berbagai cerita kehidupan bertemu, menciptakan mozaik kenangan yang tak tergantikan.
Namun, perjalanan ini juga tak lepas dari tantangan. Tidak jarang kereta terlambat karena gangguan teknis atau harus berhenti lama di tengah perjalanan. Saya sering kali harus bersiap untuk tiba di sekolah dengan baju yang sedikit kusut dan tubuh yang lelah. Tetapi, semua itu justru membentuk karakter saya. Ketekunan dan kesabaran yang saya pelajari dari pengalaman ini menjadi bekal penting dalam menghadapi berbagai tantangan hidup.
Transformasi Kereta Api: Dari Asap Diesel ke Fasilitas Modern
Hampir 20 tahun berlalu sejak terakhir kali saya naik kereta api KRD untuk perjalanan harian saya. Ketika akhirnya saya kembali menggunakan kereta api setelah sekian lama, perubahan yang saya temukan begitu membuat saya takjub. Gerbong-gerbong tua yang dulu penuh asap dan bau solar kini telah berubah menjadi ruang yang nyaman dengan fasilitas modern.
Kini, gerbong kereta dilengkapi dengan pendingin ruangan yang membuat perjalanan terasa lebih sejuk, bahkan saat matahari terik. Kursi-kursi yang empuk dan bersih menggantikan bangku kayu keras yang dulu menjadi "teman" perjalanan saya. Tidak hanya itu, setiap kursi kini memiliki colokan listrik, memungkinkan penumpang untuk mengisi daya gadget mereka selama perjalanan. Ini adalah perubahan besar yang membuat kereta api semakin diminati oleh masyarakat dari berbagai kalangan.
Transformasi ini adalah bukti nyata dari upaya pemerintah dan PT KAI dalam meningkatkan pelayanan transportasi publik. Kereta api tidak lagi menjadi pilihan terakhir, melainkan menjadi alternatif utama yang nyaman dan efisien. Perubahan ini tidak hanya terjadi pada fasilitas fisik, tetapi juga pada sistem manajemen dan pelayanan yang semakin profesional.
Kereta Api Sebagai Bagian dari Perjalanan Hidup
Bagi saya, kereta api bukan hanya sekadar moda transportasi, melainkan juga bagian penting dari perjalanan hidup. Di atas rel yang membentang dari Cianjur ke Bandung, saya belajar banyak hal tentang kehidupan. Saya belajar menghargai perjuangan orang lain, memahami arti ketekunan, dan menikmati momen-momen kecil di tengah kesulitan.
Kenangan tentang kereta api KRD dengan segala suka dukanya adalah bagian tak terpisahkan dari masa muda saya. Meski penuh perjuangan, ada kehangatan dalam kenangan itu. Kehangatan yang sama kini saya rasakan ketika melihat bagaimana kereta api telah berubah menjadi moda transportasi modern yang nyaman dan aman.
Cerita yang Selalu Hidup di Rel Kenangan
Berbicara tentang kereta api, kenangan, dan perjalanan hidup adalah sesuatu yang akan selalu hidup dalam ingatan saya. Kereta api adalah saksi bisu dari perjalanan saya menimba ilmu, menempa karakter, dan memahami kehidupan. Kini, dengan segala perubahan dan kemajuan yang ada, kereta api tetap menjadi bagian penting dari kehidupan masyarakat Indonesia.
Perubahan fasilitas yang semakin modern bukan hanya memberikan kenyamanan, tetapi juga menunjukkan bagaimana transportasi publik di Indonesia mampu mengikuti perkembangan zaman. Namun, di balik semua itu, saya tetap merindukan aroma khas gerbong kereta api KRD, suara gemuruh rel, dan cerita-cerita kecil yang pernah menghiasi perjalanan saya setiap hari. Karena pada akhirnya, kereta api adalah tentang lebih dari sekadar perjalanan fisik; ia adalah tentang perjalanan hati dan kenangan.
Semoga cerita ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua untuk selalu menghargai setiap momen dalam perjalanan hidup, baik di masa lalu maupun masa kini. Karena setiap perjalanan, sekecil apa pun, selalu membawa pelajaran berharga.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H