Ketika  kita mendengar kata "angklung" yang pertama terbayang dibenak kita  adalah sebuah alat musik getar dari sebuah bambu yang berasal dari daerah Jawa Barat. Semua pasti membayangkan permainan angklung yang  seperti anak anak sekolah lakukan yang akan di tampilkan oleh Yadi Mulyadi sebagai konduktor dalam konser SORA ( Sound of Heritage ).
Tetapi  semuanya berubah 180 derajat, ketika Yadi Mulyadi mulai menggerakan  tangan nya, semua pemain yang ada di atas pentas dengan bersahutan  menggetarkan angklungnya sehingga mucul suatu iarama yang dinamis  terdengar oleh para hadirin. Perpaduan alat musik angklung orchestra,  bass, keyboard, drum, perkusi dan biola ataupun cello menciptakan sebuah  perpaduan yang menarik.
Dalam  konser SORA malam ini, kang Yadi Mulyadi yang merupakan lulusan  Pascasarjana Institut Seni Budaya Indonesia (ISBI) Bandung, yang juga merupakan Dosen Prodi Bambu di ISBI Bandung membawakan 9 judul musik  karya originalnya seperti : Slander, Mossa, Journey, Samudera, Bakikik, Sky, Kontraksi, Revolution, dan Restructure. Para pemain angklung  orchestra ini pun merupakan anak didik kang Yadi  Mulyadi dari ISBI Bandung, Universitas Pendididkan Indonesia Bandung,  dan juga Universitas Pasundan Bandung.
Menurut  DR. Phil. Yudi Sukmayadi, M.Pd yang merupakan Wakil Dekan Bidang  Akademik FPSD UPI, sudah menjadi suatu keharusan adanya proses pengkaryaan dalam setiap genre. Hendaknya karya angklung itu menjadi  satu proses temuan yang terus senantiasa dilakukan para penggiat angklung, dengan demikian kita menunjukkan tanggung jawab kita atas  penghargaan UNESCO bahwa angklung sebagai warisan budaya dunia tak benda  milik Indonesia. Dan semoga event SORA ini dapat mengawali proses  pengkaryaan dalam angklung.
Konser  SORA menurut kang Yadi merupakan bentuk sumbangsihnya akan dunia musik  angklung. Yang telah dipelajari kurang lebih 15 tahun oleh kang Yadi.  Sehingga SORA ini merupakan konser angklung yang bertujuan untuk memulai  proses pengkaryaan dalam musik angklung. Komposisi original dengan  tetap mempertahankan karakter dari musik angklung tanpa meninggalkan  aspek "menghibur" sebagai sebuah pertunjukan musik yang akan disuguhkan  dalam satu paket pertunjukan yang menarik.
Dan  seperti dalam negeri dongeng ketika saya dan para hadirin yang  hadir di Teater Tertutup Dago Tea House ini ikut terbawa alunan musik  yang dimainkan para musisi angklung orchestra sehingga waktu pun tak  terasa sudah tiba pada penutupan acara. Dan akhirnya pada akhir acara,  para pemain serta seluruh pendukung acara SORA ini didaulat untuk  menerima karangan bunga dari para tamu undangan sebagai wujud ucapan  terima kasih atas terlaksananya konser SORA ini.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H