Jeremy Bentham merancang konsep panopticon sebagai solusi untuk memperbaiki sistem penjara yang ada pada masanya. Ia percaya bahwa dengan mengimplementasikan konsep ini, penjara dapat menjadi lebih efisien, penghuni dapat berperilaku lebih baik, dan biaya operasional dapat dikurangi. Namun, tidak banyak panopticon yang dibangun sesuai dengan rencananya.
Meskipun konsep panopticon Jeremy Bentham awalnya dikembangkan untuk penggunaan dalam sistem penjara, konsep ini juga telah diinterpretasikan secara lebih luas dalam konteks sosial dan politik. Panopticon telah digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan pengawasan dan kontrol dalam masyarakat modern, serta masalah privasi dan kekuasaan yang terkait.
Meskipun tidak ada Panopticon fisik yang pernah dibangun sesuai dengan desain Bentham, konsep ini telah mempengaruhi pemikiran sosial dan politik. Panopticon telah digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan kontrol sosial, kekuasaan, dan pemantauan yang konstan dalam masyarakat modern. Konsep ini juga memiliki relevansi dalam era digital, di mana teknologi pemantauan elektronik memainkan peran penting dalam pengawasan dan privasi. Dalam beberapa hal, Panopticon mencerminkan perhatian Bentham terhadap masalah kontrol dan kebebasan individu dalam masyarakat. Meskipun konsep ini kontroversial, ia tetap menjadi bagian penting dalam warisan pemikiran Jeremy Bentham.
LALU, APA TUJUAN DARI KONSEP PANOPTICON YANG DI RANCANG OLEH JEREMY BENTHAM?
Tujuan utama dari Panopticon Jeremy Bentham, adalah menciptakan sebuah struktur pengawasan yang efisien dan efektif untuk mengatur perilaku individu dalam masyarakat, terutama di lembaga pemasyarakatan atau penjara. Bentham melihat Panopticon sebagai sarana untuk mencapai disiplin dan pengendalian sosial yang lebih baik.
Bentham berpendapat bahwa dengan adanya kesadaran konstan akan pengawasan, individu akan memilih untuk menghindari tindakan yang melanggar peraturan atau hukum, karena mereka tidak ingin menerima hukuman atau pengawasan yang lebih ketat. Dalam pandangan Bentham, hal ini akan menciptakan kontrol sosial yang lebih efektif dan mendorong individu untuk berperilaku sesuai dengan norma-norma yang diinginkan oleh masyarakat.
Selain itu, Bentham juga melihat Panopticon sebagai alat untuk meningkatkan efisiensi dan pengelolaan dalam lembaga pemasyarakatan. Dengan pengawasan sentral dari sebuah menara, jumlah pengawas yang diperlukan dapat dikurangi, sementara cakupan pengawasan menjadi lebih luas. Ini akan membantu mengurangi biaya operasional dan memastikan pengawasan yang lebih efektif terhadap tahanan.
Namun, penting untuk dicatat bahwa tidak ada Panopticon fisik yang pernah dibangun sesuai dengan desain Bentham, dan keefektifan serta keberlanjutannya sebagai model pengawasan telah menjadi subjek perdebatan. Banyak pihak yang menolak desain panopticon buatan Bentham ini karena alasan kemanusiaan, mengawasi setiap saat para tahanan merupakan suatu tindakan yang menyalahi hak asasi para tahanan untuk menjaga privasinya. Meskipun berada di sebuah penjara, bukan berarti para tahanan tidak berhak memiliki sebuah privasi. Selain itu, ada juga kekhawatiran tentang penyalahgunaan kekuasaan dalam konteks Panopticon. Kekuasaan yang terpusat dalam tangan penjaga atau otoritas dapat menimbulkan risiko penyalahgunaan atau perlakuan yang sewenang-wenang terhadap individu yang berada dalam pengawasan dan mengabaikan aspek privasi serta kebebasan individu.
Jeremy Bentham pun terus mencoba selama bertahun-tahun membujuk agar pemerintah mengadopsi konsep tersebut. Namun, ide ini tidak diterima dalam rencana lembaga pemasyarakatan saat itu. Jeremy Bentham saat itu pun menerima 23.000 sebagai kompensasinya pada 1813. Namun, ia kehilangan kepercayaan pada semangat reformasi politisi dan pejabat saat itu. Meski demikian, rencananya dinilai cukup berpengaruh melihat dari konstruksi berikutnya seperti di Stateville Correctional Center, di Joliet, Illinois, Amerika Serikat. Penjara itu menggabungkan fitur-fitur Panopticon.
Meskipun konsep Panopticon tidak pernah sepenuhnya diimplementasikan dalam bentuk yang direncanakan oleh Bentham, pengaruhnya telah membawa dampak penting dalam bidang sosiologi, filsafat, dan studi kekuasaan. Konsep pengawasan tak terlihat dalam Panopticon terus diperdebatkan dan dikaji dalam konteks modern, terutama dalam era teknologi dan kemajuan sistem pemantauan.
Dalam era digital dan kemajuan teknologi, beberapa elemen dari konsep Panopticon telah diterapkan dalam konteks pengawasan dan pemantauan modern. Dalam masyarakat yang terhubung secara digital, ada kemungkinan pengumpulan data, pemantauan elektronik, dan pengawasan yang luas terhadap individu.
Contohnya, teknologi pemantauan seperti kamera CCTV, pengawasan elektronik, sensor, dan pengumpulan data secara massal dapat menciptakan situasi di mana individu dapat merasa selalu terpantau. Pemerintah, organisasi, dan perusahaan dapat memanfaatkan teknologi ini untuk memantau perilaku dan aktivitas individu secara online dan offline.
Selain itu, media sosial dan platform online juga memberikan elemen pengawasan dalam bentuk pengumpulan data pribadi, analisis perilaku pengguna, dan penargetan iklan yang dipersonalisasi. Hal ini memungkinkan perusahaan untuk memantau dan mengumpulkan informasi tentang kegiatan dan preferensi pengguna. Namun, implementasi teknologi pengawasan dan pemantauan ini juga memiliki aspek privasi dan etika yang kompleks. Perdebatan tentang batasan-batasan pengawasan dan penggunaan data pribadi terus berlangsung.
Penting untuk mempertimbangkan kepentingan privasi, kebebasan individu, dan perlindungan data dalam konteks kemajuan teknologi dan penerapan elemen Panopticon modern. Meskipun konteksnya berbeda, prinsip dasar pengawasan tak terlihat dan pengaruhnya terhadap perilaku individu masih relevan.
APA YANG MELATARBELAKANGI JEREMY BENTHAM DALAM MENGEMBANGKAN KONSEP PANOPTICON?
Hal yang melatarbelakangi Bentham dalam mengembangkan konsep Panopticon terkait erat dengan pandangan utilitarianisme yang ia anut. Bentham adalah seorang filsuf utilitarian yang meyakini bahwa tindakan yang benar adalah tindakan yang memberikan kebahagiaan yang maksimal bagi sebanyak mungkin orang. Dalam pandangan utilitarian, tujuan utama masyarakat adalah mencapai kesejahteraan dan kebahagiaan yang maksimal bagi semua anggotanya.
Bentham percaya bahwa untuk mencapai kebahagiaan dan kesejahteraan umum, diperlukan kontrol sosial yang efektif. Dia melihat bahwa manusia cenderung bertindak egois dan memaksimalkan keuntungan pribadi mereka. Dalam konteks ini, pengawasan yang ketat dan disiplin diperlukan untuk mengendalikan perilaku individu dan mencegah mereka melanggar aturan yang dapat mengganggu kebahagiaan umum.