Mohon tunggu...
Diaz Thaufiqurahman
Diaz Thaufiqurahman Mohon Tunggu... Editor - Mahasiswa Universitas Mercu Buana

Diaz Thaufiqurahman - 41521010088, Fakultas Ilmu komputer, Teknik Informatika, Universitas Mercu Buana, PENDIDIKAN ANTI KORUPSI DAN ETIK UMB - Prof Dr Apollo, M.Si.Ak,CA,CIBV,CIBV, CIBG;

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Cara Memahami Komunikasi dengan Pendekatan Semiotika

5 April 2023   02:55 Diperbarui: 5 April 2023   03:06 297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Dalam aplikasinya, semiotika umum dapat digunakan dalam berbagai bidang, seperti sastra, seni, film, iklan, dan media massa.

Semiotika struktural dan posmodernisme

      Semiotika struktural dan posmodernisme adalah dua pendekatan yang berbeda dalam memahami tanda dan makna dalam budaya dan bahasa. Semiotika struktural, yang dikembangkan oleh Ferdinand de Saussure, menekankan pada struktur dasar bahasa dan bagaimana tanda dan makna dihasilkan melalui hubungan antara tanda dan artinya dalam sistem bahasa. Saussure menekankan pentingnya perbedaan antara bahasa (sistem) dan pidato (penggunaan bahasa), serta pentingnya memahami aturan-aturan dan struktur yang terkandung dalam bahasa. Dalam semiotika struktural, tanda dan makna dipahami sebagai bagian dari sistem yang lebih besar, dan dianalisis dalam konteks hubungan simbolis dan struktur yang membentuk makna.

      Di sisi lain, posmodernisme menekankan pada keragaman, kompleksitas, dan multi-tafsir dalam pemahaman tanda dan makna. Posmodernisme menolak ide bahwa makna dapat dipahami secara objektif, dan menekankan pada pentingnya konteks sosial dan sejarah dalam mempengaruhi interpretasi dan penggunaan tanda dan makna. Posmodernisme juga menekankan pada peran kekuasaan dalam pembentukan dan pemaknaan tanda dan makna, serta menolak pandangan bahwa ada satu makna yang benar atau dominan. Sebuah teks postmodernisme bukanlah ekspresi tunggal dan individual sang seniman; kegelisahannya, ketakutannya, ketertekanannya, keterasingannya, kegairahannya atau kegembiraannya, melainkan sebuah permainan dengan kutipan kutipan bahasa. Kecenderungan posmodernisme adalah menerima segala macam pertentangan dan kontradiksi di dalam karyanya, disebabkan bercampuraduknya berbagai bahasa. Teks posmodernisme, tidak bermakna tunggal, akan tetapi adalah aneka ragam bahasa masa lalu dan sudah ada, dengan asal muasal yang tidak pasti, yang di dalamnya aneka macam tulisan, tak satu pun di antaranya yang orisinal, bercampur dan berinteraksi. Teks adalah sebuah jaringan kutipan-kutipan yang diambil dari berbagai pusat kebudayaan yang tak terhitung jumlahnya

      Meskipun ada perbedaan antara semiotika struktural dan posmodernisme, keduanya tetap berkontribusi dalam memahami kompleksitas dan keragaman tanda dan makna dalam budaya dan bahasa. Keduanya juga digunakan dalam berbagai bidang, termasuk seni, sastra, film, dan media massa.

      Kelemahan pendekatan semiotika ini mungkin ada yakni sifatnya yang sistematik keilmuan, sehingga orang awam akan mengalami kesusahan untuk memahaminya, tetapi kajian semacam itu memungkinkan suatu pendekatan yang bersifat manusiawi, yang memperlihatkan perspektif kemanusiaan, sehingga segala-galanya akan menjadi sesuatu yang penting bagi kehidupan manusia

      Pandangan ini menunjukkan bahwa  memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika masih memerlukan ilmu bantu lainnya, Misalnya, dalam komunikasi verbal, kita perlu memahami tata bahasa, sintaksis, dan semantik untuk dapat mengartikan pesan yang disampaikan. Sedangkan dalam komunikasi nonverbal, kita perlu mempertimbangkan kajian antropologi, psikologi, dan ilmu sosial lainnya untuk memahami bagaimana tanda-tanda visual, gerak, dan bahasa tubuh dipahami dan digunakan dalam konteks budaya dan sosial tertentu.

      Selain itu, untuk memahami bagaimana pesan dikomunikasikan dan diterima oleh penerima, kita perlu mempertimbangkan faktor-faktor seperti konteks, tujuan, dan audience. Oleh karena itu, memahami komunikasi dengan pendekatan semiotika memerlukan ilmu bantu lainnya, terutama dalam memahami bagaimana tanda-tanda digunakan dan dipahami dalam konteks komunikasi yang berbeda.

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus Azwar Ersyad, M.Sn. "Semiotika komunikasi dalam perspektif Charles Sanders Pierce". CV. Mitra Cendekia Media 18 Mei 2022

Sobur,  Alex,  Analisis  Teks  Media:  Suatu  Pengantar  Untuk  Analisis  Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: Rosda Karya. 2001.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun