Mohon tunggu...
Diaz Abraham
Diaz Abraham Mohon Tunggu... Jurnalis - Penyesap kopi, pengrajin kata-kata, dan penikmat senja

Peraih Best Feature Citizen Jurnalis 2017 dari PWI (Persatuan Wartawan Indonesia) | Sisi melankolianya nampak di Tiktok @hncrka | Narahubung: diazabraham29@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Politik Abu-abu

8 Februari 2024   18:25 Diperbarui: 8 Februari 2024   18:30 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sialnya politik kita tidak memperhatikan hal ini. Saya coba analiogikan tiga produk tadi menjadi tiga paselon yang bertanding dalam konstelasi politik hari ini. Mereka semua masih ada di ranah abu-abu. Saya coba menganalisisnya dengan kaca mata paling objektif yang bisa saya buat.

Pasangan satu menggembar gemborkan perubahan. Keduanya melihat banyak hal yang tidak beres dalam pemerintahan sebelumnya. Mereka secara garis besar berjanji untuk memberikan perubahan dengan landasan keberpihakan pada masyarakat papa. Narasi ini begitu indah, apalagi banyak warga yang hidup di tengah garis kemiskinan juga berada di tingkat ekonomi menengah kebawah. Paselon satu menekankan pada kesetaraan ekonomi dan keberpihakan pemerintahannya kelak kepada kaum bawah.

Bisa dibilang posisi Anis Baswedan dan Muhaimin Iskandar atau biasa disapa Cak Imin jelas. Mereka menjadi oposisi. Narasi kesetaraan selalu mereka gaungkan. Namun begini, saya penduduk Jakarta yang sebelumnya dipimpin Anis Baswedan. Sialnya tingkat kesenjangan di Jakarta meningkat tahun 2022. Pada 2017 indeks gini ratio berada di angka 0,409 sedangkan September 2022 menjadi 0,411. Meningkatnya indeks ini menampilkan tingkat kesenjangan yang lebih tinggi.

Dalam sektor pertanian Cak Imin pernah mengkritisi belanja alutsista di Indonesia. Menurutnya angka yang sebegitu besar dapat dialihkan ke sektor pertanian. Lagi, narasi yang dibangun begitu indah. Namun pernyataan ini bisa jadi belunder besar. Bangsa Indonesia berada di lokasi strategis dalam perdagangan maupun jalur laut dunia. Berbatasan dengan dua samudera dan laut yang kaya akan mineral. Alam di Indonesia sangat kaya. Logika sederhananya begini, semua orang butuh makan dan tempat tinggal, sedangkan penduduk bumi terus meningkat. Mereka butuh tanah untuk memenuhi dua kebutuhan utama tersebut. Indonesia dengan kekayaan alam dan lokasi strategisnya sebagai jalur produksi bisa menjadi target perang selanjutnya. Sialnya negara ini belum memiliki armada tempur yang kuat. Indeks pertahanan kita memang berada di nomor 13 dunia, tapi indikatornya apa?

Jika indikaornya hanya jumlah alat tempur dan personel aktif, ini bisa dibanggakan. Namun pernahkah kita berpikir jumlah tersebut bisa mengakomodir luasnya wilayah dan masyarakat sipil yang perlu dilindungi? Luas wilayah Indonesia bukan hanya dihitung di darat, tapi dasar laut, permukaan laut, udara, dan antariksa. Dengan kekuatan pertahanan, Indonesia punya nilai tukar lebih di mata dunia. Cara ini bisa memenangkan posisi Indonesia saat diplomasi dengan negara lain. Selain itu kehadiran militer yang kuat membuat negara lain berpikir ulang jika berniat menyerang Indonesia. Saat pertahanan kuat, petani aman dan jalur distribusi pangan dunia lebih kondusif. Harga pangan global bisa dikendalikan dengan baik, termasuk pangan dalam negeri. Selama penguatan militer, penguatan pertanian jadi fokus selanjutnya. Karena bisa dilihat sekarang, meski pertanian kita masih kurang tapi masyarakat masih bisa makan, meski dengan persoalan yang ada. Jujur saja saya lebih menghargai pendapat influencer tanaman yang meminta keluarga menanam bahan makanan pokok sendiri di rumah menggunakan media tanam ketimbang megalihkan dana pinjaman luar negeri untuk kebutuhan militer yang hendak diperuntukan untuk pertanian. Ajakan influencer itu lebih masuk akal bagi saya, seorang pengguna Redmi.

Posisi paselon satu di atas kertas sangat jelas. Mereka ingin memberi perubahan dan kesetaraan. Tapi itu semua terlihat hanya di atas kertas. Tak ada gagasan baru dan cemerlang untuk menjalankan ide indah itu. jika dilihat partai pengusung paselon ini berada di pemerintahan. Mereka juga yang mengesahkan kebijakan pemerintah tapi sekarang menciderai keputusan yang diambil. Mereka mengkritisi sendiri kerja yang mereka buat, bahkan sampai hari ini belum keluar dari kabinet sebagai penegas dari sikap mereka sebagai oposisi. Jadi menurut saya paselon satu itu masih abu-abu. Mereka masih bermain di aera abu-abu. Benci tapi sayang.

Paselon dua memiliki sikap tegas untuk melanjutkan kinerja pemerintahan sebelumnya. Mereka berjanji memperbaiki beberapa kekurangan yang masih dirasakan. Sikap mereka tegas. Karena ketegasan ini, mereka selalu diserang. Anehnya dua paselon lain menyerang bukan karena gagasan mereka tapi menyerang pemerintahan sebelumnya. Beberapa catatan yang mereka buat sering kali terabaikan. Debat yang sering dimunculkan di televisi seperti talkshow anatara oposisi dan petahana semata. Tidak lebih. Namun posisi paselon dua dipilih demi meraup suara presiden sebelumnya, Joko Widodo. Banyak orang yang menyukai pemerintahannya. Dan terlebih dalam kalkulasi politik, suara Prabowo sebagai capres nomor urut dua jika digabung dengan Jokowi sebagai rivalnya di Pilpres 2019 membuatnya bisa melenggang tenang ke Istana Negara. Jadi pilihan untuk meneruskan dalam mendulang suara lebih masuk akal bagi paselon 2.

Paselon 2 didukung oleh elit pemerintahan saat ini. Mereka masuk dalam kabinet dan menguasai suara di DPR. Bisa dibilang mereka adalah kepanjangan tangan dari elit pemerintahan. Narasi ini yang dibuat oleh paselon 1 untuk meruntuhkan hegemoni pasangan Prabowo dan Gibran melalui narasi keberpihakan dan kesetaraan. Namun narasi itu juga yang membuat mereka terlihat abu-abu, karena partai pendukungnya adalah pendukung pemerintahan sebelumnya.

Posisi paling abu-abu dari narasi yang dibangun oleh paselon dua adalah persona yang dibangun. Mereka ingin menampilkan Prabowo yang gemoy. Namun dalam beberapa debat, Prabowo kerap terpancing emosinya. Gibran juga begitu. Dia tidak menampilkan anak kecil yang datang dari budaya timur dengan kesantunan dan ketakziman kepada orang yang lebih tua. Beruntungnya dalam bedat terakhir keduanya memberikan kata penutup yang sarat makna untuk kerukunan dengan permintaan maaf. Masyarakat memang haus akan permintaan maaf pemerintah. Kata-kata pamungkas itu yang bisa mengembalikan pesona gemoy yang mereka tampilkan, meski terasa terlambat.

Posisi tiga yang paling bingung dan berada di lokasi paling jelas abu-abunya. Pasangan ini tidak menyerang pemerintah juga tidak berpihak pada pemerintah. Mereka seakan tidak memiliki arah dan tujuan jelas. Mereka pasangan paling abu-abu yang saya lihat.

Begitulah perpolitikan saat ini. Buat saya, Pemilu kali ini tidak seru, minim gagasan, dan ide. Pemilu kali ini hanya ajang untuk memenangkan pasangan dengan ukuran angka. Padahal bangsa ini butuh nilai yang lebih luhur dari sekadar angka. Nilai itu hanya bisa diberikan oleh negarawan yang selalu memikirkan perkembangan sebuah bangsa, bukan memikirkan cara untuk memenangkan sebuah laga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun